12 Desember 2011

refleksi minggu pertama Desember 2011


BERDAMAI MENYONGSONG RAJA DAMAI

Yesaya 40: 1-11


Mari siap berdamai. Mari berdamai..

Ajakan ini terbentuk dari tafsiran sekaligus reflektif kuat dari apa yang dikatakan Allah di akhir-akhir masa hidup abdiNya yang luar biasa itu, Nabi Yesaya. Di masa-masa sangat sulit bangsa Israel yang telah sekitar 150 tahun di pembuangan babel, Allah memberikan penghiburan dan sekaligus pengharapan bagi umatNya itu. Sebuah nubuatan. Nubuatan tentang Mesias, Sang Penyelamat. Tentang kedatangan kehadiran Raja pembawa Damai. Raja Damai.

Sudahkah kita berdamai? Ya, berdamai dengan diminta maupun tidak diminta, dikondisikan maupun sangat tidak terkondisi. Siap berdamai sekarang? Mau berdamai sekarang? Berdamai dengan orang-orang yang pernah, sedang bahkan akan menyakiti hati kita. Memaafkan, dengan melupakan hal-hal yang pahit, bangun dari keterpurukan benci dendam dan berhasil tersenyum kepada godaan marah hingga semua kuasa buruk jahat jadi malu. Malu karena kedamaian hati juga diri kita. Kedamaian yang dapat kita miliki hanya dari Sang Raja Damai. Damai dari Tuhan Yesus Kristus.

Dan berdamai tentu adalah tindakan dan proses. Pertama kali, mari berdamai dengan Tuhan. Jujur, jernih dan tulus mengakui kelemahan kita, menyembah Dia Allah Yang Maha Kudus. Memohon “perbaikan” jalinan yang terputus antara kita denganNya, melalui Keselamatan Kristus. Ada proses sekaligus berdamai dengan diri kita sendiri. Mensyukuri diri sendiri sebagai berkat dan karunia anugerah besar dari tuhan. Dengan modal tersebut kita akan dimampukan mewujudkan tingkah laku yang sungguh mau berdamai dengan sesama. Ya, ini berikutnya, berdamai dengan sesama. Bahkan berdamai dengan musuh (lihat dan bandingkan Matius 5: 43-44 & Lukas 6: 27-35).

Bahkan kita bisa lebih ahli dan lebih berani untuk menyapa dan melayani mengasihi mereka yang sering tidak masuk hitungan. "Hiburkanlah, hiburkanlah umatKu, demikian firman Allahmu" (ayat1, juga baca hingga ayat 5) Kepada yang sakit, terkena bencana, yang miskin, yang terbelakang dan terpinggirkan. Tulisan dan perenungan janganlah hanya sebuah ungkapan manis saja. Mari berdasarkan Firman melalui Nabi besar Yesaya, kita sungguh-sungguh mengimani dan kuat percaya memberlakukannya ketika menghadapi berbagai agin taufan pergumulan dan ombak tinggi tantangan zaman yang kian egois individulisme ini!

Hadapi bahkan lawan dan kalahkanlah kebencian. Tentu bukan dengan kebencian lagi, tetapi harus dengan Kasih. Gelap kejahatan hanya pasti hanya takluk oleh Kasih Damai yang dari Tuhan. Hanya dengan damai kita baru benar-benar siap dan layak menyambutNya. Mari bawa kabar baik (ayat 9). Mari berdamai saudaraku-saudariku..

Selamat berdamai dalam menyongsong Sang Raja Damai! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

refleksi minggu keempat November 2011


MENANTI


1 Korintus 1: 4-9


Mari baca dan katakan kalimat ini,” Hati Bersyukur Melayani”. Sekali lagi, “Hati Bersyukur Melayani.” Ya, mungkin seperti satu kesatuan kalimat, tetapi seperti penulisannya kalimat tersebut terdiri dari tiga kata. Tepatnya tiga hal kristalisasi dari refleksi perikop kali ini.

Mari menanti Natal- Kelahiran Tuhan Yesus Kristus- atau peringatan perayaan kedatanganNya yang pertama, tetapi juga mari menanti kedatanganNya untuk kedua kali, bukan dengan sekadar jasmani apalagi cuma dimensi materi. Juga jangan hanya dengan pikiran, rasioa dan pengetahuan belaka. Tetapi marilah kita menanti kedatangan bahkan kehadiranNya dengan hati!

Persolannya hati yang bagaimana. Seperti hal kedua dari kalimat ungkapan di awal tadi, tentu dengan hati yang sungguh bersyukur! Rasul Paulus yang dahulu bernama Saulus mengalami perubahan dari dalam hatinya dengan juga seluruh akal budi dan karakter juag segenap sikap tubuh jasmaninya. Hingga indah ketia Paulus dipakai oleh Tuhan menyuarakan kebahagiaan menanti di dalam Tuhan. Kerinduan dan keinginan bertemu melalui surat yang ditulis sendiri oleh Paulus diawali dengan menarik. Paulus menyapa semua jemaat di Korintus dengan hati yang bersyukur. “Aku senantiasa mengucap syukur kepada allahku karena kamu atas karunia Allah yang dianugerahkanNya kepada kamu dalam Kristus Yesus.” (ayat 4).

Mari menanti Tuhan dengan hati yang bersyukur. Setia menghitung berkat-berkatNya, di kurang-lebih satu tahun ini, bahkan di sepanjang hidup kehidupan kita. Syukuri semua “kekayaan” yang dari Tuhan (baca lagi 5-8) dengan jalan mempertanggungjawabkan semua berkat Tuhan itu.

Dengan cara apa? Deangan cara benar-benar bersedia untuk diutus dipakai menjadi saluran berkat-berkat tersebut. Bagi keluarga, jemaat hingga bagi sesama yang sunguh membutuhkan. Membawa kebahagiaan Kasih bagi orang-orang yang letih lesu berbeban berat. Mengkondisikan bahkan mewujudkan kebaikan yang bertambah di kondisi dan situasi yang bagaimanapun. Dengan menggunakan hati, pengetahuan, perkataan bahkan segala potensi dan karunia-karunia yang dianugerahkan Tuhan , di manapun kita berada bagi lingkungan dan sesama.

Inilah semua yang mungkin bisa kita sebut sebagai penantian atau menanti dengan setia (ayat 9) dan aktif! Jangan menanti dengan lalai dan pasif, tetapi harus dengan aktif. Menanti dengan Hati yang selalu mau Bersyukur dan benar-benar nyata Melayani. Bersyukur mendoakan lebih banyak orang lain, melawat mengunjungi yang sakit dan bergumul. Membantu yang butuh bantuan, menolong yang sangat memerlukan pertolongan. Bahkan kita mau hadir dan menjumpai mereka dengan Kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus, melayani. Menanti dengan hati bersyukur melayani. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

reflleksi minggu ketiga November 2011


SIAP

Matius 25: 31-46

Di awal renungan ini ijinkan saya mengajak kita, mari semua pembaca terkasih.. mari berjuang dalam hidup kita masing-masing dengan sungguh, agar kita masuk ke dalam golongan/kumpulan/kelompok “domba”.

Apakah kita masuk kelompok “domba”, atau malah kita sesungguhnya masuk kelompok “kambing”? Perikop kali ini kembali menyentak kesadaran iman kita. Ketika Tuhan Yesus Kristus sendiri menyatakannya. “Domba” penggambaran yang telak tentang hati dan sikap yang mau berserah dan setia kepada Allah Tuhan, “Tuan” – Gembala pemilik kita. Menyatakan sekaligus menjadi undangan rohani agar para Jemaat yang mengikutiNya saat itu benar-benar mau berubah dan berbuah.

Ya, berubah karena ada ujung dari perjalanan kita di kehidupan dunia ini. Untuk waktunya nanti kita harus melanjutkan bersama ke kehidupan berikutnya, Kehidupan Kekal Sorgawi. Masih banyak yang berpikir bahwa kematian adalah akhir segala kehidupan kita. Tidak! Kehidupan akan terus berlanjut. Dan titik peralihan itu ada di saat Tuhan Yesus Kristus sendiri akan datang untuk kedua kali. Dia sudah pernah datang dengan Natal-Nya. Kemudian tumbuh besar layaknya manusia, mengajar, hingga rela berkorban tebus dosa kita di Kayu Salib. Dan kemudian bangkit, naik ke sorga dan janjiNya sendiri Dia akan datang untuk kedua kali. Tidak ada lagi pengampunan dosa seperti kedatanganNya yang pertama tadi, di kedatangan Tuhan Yesus Kristus untuk kedua kali nanti, yang ada hanyalah: Penghakiman.

Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. (ayat 32-33). Dan saat Kristus datang kembali, orang yang sudah selamat dan yang tidak selamat yang masih hidup di bumi ini dan lolos dari masa kesengsaraan besar masih bercampur.

Penghakiman itu meliputi pemisahan orang fasik dari orang benar. Sungguh-sungguh dilandaskan pada perbuatan kasih dan kebaikan terhadap mereka yang menjadi milik Kristus dan yang menderita. Ungkapan kasih dan belas kasihan ini dianggap sebagai tindakan yang menunjukkan iman dan keselamatan sejati (baca ulang ayat 35-46). Orang fasik tidak akan diizinkan untuk memasuki Kerajaan Kristus, tetapi akan langsung dicampakkan ke dalam tempat hukuman keal. Tetapi orang benar atau kelompok “domba” akan mewarisi hidup kekal dan Kerajaan Allah. Berbenahlah, BERUBAHLAH, bersiaplah! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

22 November 2011

refleksi minggu kedua November 2011


70 TAHUN

Mazmur 90


Ini doa Musa, abdi Allah itu. Ketika Allah membuat Israel mengembara sekitar 40 tahun di padang gurun sebagai hukuman atas ketidaksetiaan mereka. Setelah mengakui semua pelanggaran mereka di hadapan hukum Allah, Musa berdoa memohon pemulihan perkenan dan berkat Allah. “Dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Dialah Allah.”
Seraya mengingatkan umat Tuhan itu (dan kini tentu kita juga, sekarang ini) bahwa Tuhan akan mengembalikan kita semua ke debu (ayat 3). Yang mengingatkan kita kembali dengan ungkapan Allah sejak awal, “..dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3: 19)

Ya, kita ini debu. Akan kembali kepada debu. Betul, kita ini hakikinya tanah. Akan kembali kepada tanah. Tuhan sajalah yang membuat, menjadikan bahkan memelihara sehingga bisa hidup! Yang di perikop ini FirmanNya melalui pemazmur jelas menyebutkan durasi hidup kita 70 tahun dan jika kuat 80 tahun, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan, sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Dan di mataNya, seribu tahun sama seperti hari kemarin. Sehingga kekuatanNya yang Maha Besar, Allah sesungguhnya mampu menghanyutkan kita, manusia penuh cacat cela dosa ini, seperti mimpi! (ayat 5).

Sehingga di ayat 7-9 misalnya, terasa sekali dengan kata “sungguh” penyesalan dan permohonan ampun dari Musa dalam doanya. Sekaligus ajakan kepada bangsa Israel dan sekali lagi, juga kita di konteks zaman kian banyak godaan bahkan tekanan dosa, untuk kita malu dan sadar. “Sungguh, kami habis lenyap karena murkaMu.. Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemasMu, kami menghabiskan tahun-tahun kami sperti keluh.”

Menghabiskan hari-hari kita di bumi, yang paling lama 70-80 tahun (bandingkan dan baca ulang ayat 10). adalah jangka yang pendek dibandingkan dengan kekekalan. Kita harus berdoa memohon pemahaman yang memadai tentang singkatnya hidup kita ini supaya mempersembahkan hati yang bijaksana kepada Allah dalam memanfaatkan setiap hari yang diberikan-Nya kepada kita. Hidup ini harus menjadi persiapan untuk hidup “selanjutnya” di Sorga abadi kekal!, Apa yang Allah inginkan dari hati, diri dan kehidupan kita bagi diri-Nya, bagi keluarga kita dan orang lain. Melalui kesetiaan pelayanan di hidup sehari-lepas sehari.

Coba maknai sekali lagi dan lebih dalam, ketika waktu kita di dunia ini sudah habis dan kita sampai di sorga, bagaimana kita hidup atau tidak hidup dalam pengabdian Kasih kepada Allah akan dinilai. Mengingat hal itu, kita harus berdoa memohon hati yang bijaksana, ketakutan yang benar akan Allah. “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (ayat 12). Agar Allah sungguh berkenan atas hidup, pekerjaan juga pelayanan kita.

Sehingga Dia mau kembali. Dan kita juga kembali. Kembali pada apa? Kembali ke jalinan manusia dengan Tuhan, kita dengan Allah dalam link simpul kekuatan Kasih Sayang dan Kasih Setia. Lalu akibatnya kita yang rapuh ringkih bisa dibuatNya kembali kenyang, diteguhkanNya kembali dan lebih kuat dalam Iman, Pengharapan dan Kasih. Jadi saluran berkat bagi sesama dan kehidupan. Menjalaninya hingga 70 atau 80 atau berapa puluh tahun pun hanya dengan sukacita dan sorak sorai. Ada “keseimbangan” antara duka-suka, sakit-sehat, lemah-kuat dan menangis-tertawa. Indah!

Semuanya jadinya makin lebih indah, sungguh amat indah! Hidup yang kita jalani jadi benar-benar semarak, ketika kita sebagai pengikut dan hambaNya, mempersilakan Allah bekerja menggenapkan janji dan segala perbuatan tanganNya yang Besar. Bahkan hingga anak cucu kita (baca renungkan sungguh lagi ayat 16 & 17). Minimal yang pasti, atas dan melalui tangan-tangan kita yang “kecil”, yang berusia “kecil/singkat” kurang-lebih tadi - menurut versi pemazmur-: 70 tahun. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

03 November 2011

refleksi minggu pertama November 2011


HARI TUHAN

Amos 5: 18-20



Walau semua hari adalah hari Tuhan, hari ini harinya Tuhan, besok dan kapanpun adalah harinya Tuhan. Sering dimaknai bahwa istilah “hari Tuhan” itu adalah “hari kedatanganNya ke dunia kedua kali”. Yang beredar cukup hangat belakangan adalah Tahun 2012 adalah tahun “hari Tuhan” tersebut. Armagedon, kiamat?

Tetapi “harinya Tuhan” bagi bangsa Israel di konteks perikop Amos adalah hari ketika Allah akan menghukum semua musuh mereka dan mereka sendiri akan dimuliakan (maknai ayat 19) . Yang sangat menarik, Nabi Amos mengejutkan mereka dengan menegaskan bahwa ketika hari itu tiba, itu akan berarti hukuman bagi bangsa Israel (juga kini berlaku untuk kita semua) yang berdosa.

Hal “hari Tuhan” di beberapa konteks dan pemahaman berbeda di atas sesungguhnya menorehkan satu refleksi kuat bagi kita. Soal kedatanganNya kedua kali, itu kepastian. Tentu tidak boleh ada keraguan mengenai itu. Kapan waktunya? Itu hak dan kuasa Allah yang menentukan, satu-satunya hanya Allah yang tahu. Ingat Firman yang berkata,” Aku akan datang seperti pencuri” (Matius 24: 43 & Wahyu 3: 3). Begitu pula tentang hal yang lebih “kecil atau sederhana” yakni hari Allah akan menghukum musuh-musuh Israel, prerogratif waktu penentuannya Allah! Namun di kedua perbandingan ini, bukankah kita yang harus bersikap lebih takut kepada Allah. Lebih mau melihat diri kita ke dalam. Lebih mau jujur mengakui dosa dan kesalahan, yang telah dan mungkin masih saja bercokol di hati, pikiran bahkan sikap tingkah laku keseharian?

Singkatnya, hikmat dari Tuhan tentang “hariNya” di tiap hari demi hari yang Tuhan beri setiap hari untuk kita jalani kini, apakah kita sudah lebih dilayakkan. Layak untuk menyongsong kedatangan Tuhan. Menyambut setiap penggenapan janji-janji dan rancangan Tuhan diberlakukan bagi dunia. Termasuk bagi hidup kehidupan kita di hari ini. Tiap hari menanti, tiap hari menunggu, tiap hari menanti menunggu dengan hikmat. Tidak pasif tetapi aktif! Aktif menjalani hari-hari dengan iman percaya, pengharapan tiada henti bahkan dengan terus melayankan Kasih bagi sesama.

Di dalam kitab ini, sesungguhnya Amos menyampaikan kesedihan Tuhan karena dosa-dosa Israel. Nyanyian yang berbentuk ratapan hati ini mengatakan bahwa malapetaka mereka itu sudah pasti, kegelapan dan bukannya terang (ayat 18 & 20) bahkan seakan-akan sudah terjadi. Tetapi dengan penuh hikmat dari Tuhan, Amos masih mengimbau umat itu untuk berbalik. Berbalik bertobat kepada Allah. Agar minimal "sisa-sisa keturunan" mereka dapat diselamatkan (baca ulang satu pasal 5 ini, juga khususnya ayat 15). Hal ini tentu harus menjadi sapaan HikmatNya yang menguatkan iman kita juga.

Mari lebih berhikmat menghadapi dan menjalani hari-hari kita sekarang juga khususnya besok. Mau lebih membuang ego dan kesombongan diri. Lebih berani meminta maaf dan memaafkan sesama. Tidak bosan-bosan lebih peduli, kepada anggota keluarga terdekat kita, tetapi juga bagi tetangga dan sesama. Dimanapun dan walau bagaimanapun keadaannya, tiap waktu tiap hari! Sehingga kita lebih bersemangat agar Keselamatan dari Allah adalah juga bagian kita. Tidaklah sekadar untuk generasi kita berikutnya. Tetapi sekarang. Sehingga anak-anak, dan anak-anak dari anak-anak kita berikutnya boleh lebih memiliki kepastian sungguh menjadi pewaris Keselamatan Sorgawi. Dan hidup kehidupan kita bersama hari inipun, kita sudah boleh mengecap “Keindahan Damai Sorgawi” Allah, Sang pemilik hari. Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

25 Oktober 2011

refleksi minggu kelima Oktober 2011


KELUARGA PEMIMPIN SEJATI

Matius 23: 1-12


Di perjalanan hidup keluarga kita selama ini. Khususnya di tiap ibadah, doa keluarga, juga khususnya saat teduh, saling sharing, bersama belajar di Pendalaman atau pemahaman Alkitab (PA) tiap keluarga juga kelompok kecil, jemaat umat dan di hidup sehari-hari dengan banyak orang yang kita lakukan, sudahkah hati kita “dibongkar”Nya? Maksudnya, diubah dan dipulihkan dari dalam hati menjadi lebih baik. Lebih saling mengerti satu dengan yang lain. Lebih peduli antar anggota keluarga. Lebih mau mengasihi dengan melayani dan menjadi keluarga yang benar-benar tulus mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan Allah.

Ketika kita dan keluarga kita berhasil terus setia mempersembahkan yang terbaik. Maka itu akan terwujud bagi lingkungan lebih luas, bagi gereja, sesama, bangsa negara dan kehidupan. Peduli kepada penderitaan tetangga juga sesama, mau tulus mengasihi mereka yang membutuhkan, menolong yang perlu pertolongan, membantu yang perlu dibantu, melakukan yang baik dan benar dalam kehidupan masyarakat dan tidak pernah lelah menempatkan kepentingan bersama jauh lebih utama dari kepentingannya sendiri. Keluarga yang mengkondisikan lahirnya pemimpin.

Dan Tuhan Yesus Kristus “membongkar” topeng kebohongan mereka (kaum Farisi dan Ahli Taurat) yang menganggap dirinya pemimpin, padahal sama sekali tidak. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang takut akan Tuhan dan memberlakukan FirmanNya. Sehingga terbiasa melakukan apa yang dikatakan dan diajarkannya (baca lagi ayat 3). Tidak hanya pandai mengikat beban-beban aturan, peraturan dan hukum lalu menaruh semua beban itu di pundak orang lain, tetapi tidak untuk dirinya (baca jug ayat 4). Pemimpin sejati adalah pemimpin yang memberi perintah, dan ketika perintah itu dilakukan maka orang yang melakukannya tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Pemimpin yang rendah hati walau hingga berjabatan tinggi. Pemimpin yang selalu memperhatikan kepentingan orang lain dan orang banyak. Pemimpin yang melayani (baca ulang ayat 5-12). Pemimpin yang roh kepemimpinannya adalah benar-benar Roh Mengasihi.

Mari kita hidup nyata menjadi komunitas atau khususnya keluarga yang berkecenderungan menjadi tempat asal lahirnya pemimpin-pemimpin seperi itu. Keluarga pemimpin sejati! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

20 Oktober 2011

refleksi minggu keempat Oktober 2011


KELUARGA SIANG DAN MALAM

Mazmur 1


Anda ingin berbahagia? Terlebih, rindu sekali keluargamu hidup bahagia? Jawaban telak kita dapati di bagian awal Kitab Mazmur: Hiduplah dalam FirmanNya, siang dan malam! “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat (Firman) Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.” (ayat 1-2).

Mari kita dan keluarga kita melakukan itu. Ya, ungkapan “siang dan malam” menunjukkan kepenuhan hari yang kita jalani. Tiap hari, di semua hari. Kapan, di mana dan bagaimanapun mari jadi pribadi dan keluarga yang menyukai FirmanNya, merenungkan Ajaran Allah dan sungguh berjuang melakukan segala sesuatu RencananNya berlaku di dalam dan melalui kita.

Sehingga di tantangan bahkan tantangan pergumulan zaman yang kian berat di “siang” dan jahat di “malam” . Kita bisa semakin menjadi “pohon yang ditanam yang di tanam di tepi aliran air” -karena air sering digunakan sebagai lambang Roh Allah- bertumbuh dengan akar-akar di dalam realitas kasih Abadi, bukan realitas ketakutan. Tiap kita selalu memiliki vitalitas iman, tidak akan layu dalam pengharapan, selalu berbuah-buah Kasih yang manis (baca lagi ayat 3).

Sekali lagi di bagian penutup perikop kali ini, pemazmur menegaskan ulang. Bagi yang berjuang menjauhi kefasikan dan memberlakukan hidup benar, ada jaminan Tuhan bahwa apa saja yang kita dan keluarga kita lakukan akan berhasil. Siang dan malam! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

12 Oktober 2011

refleksi minggu ketiga Oktober 2011


KELUARGA YANG DIPAKAINYA

Yesaya 45: 1-8


"Akulah Tuhan, tidak ada yang lain." Ini adalah kalimat yang berulang kali ditegaskan dalam bagian ini (baca lagi ayat 5 & 6). Umat Tuhan termasuk kita sekalian, sesungguhnya diingatkan bahwa hanya Kasih Tuhan yang dapat menciptakan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan itu, Allah berkenan mengurapi Koresy yang walaupun bukan seorang Yahudi (Raja Persia yang menaklukkan Kerajaan Babilonia), dan tidak mengenal-Nya, namun Allah memakainya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Dan dipakaiNya, dijadikan alat dalam Tangan Tuhan.

Melalui Koresy, Allah melakukan tindakan pembebasan terhadap umat-Nya dari tekanan bangsa-bangsa lain. Mendemonstrasikan kedaulatan-Nya. "Dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, tidak ada yang lain di luar Aku." Melalui tindakan penyelamatan yang Allah kerjakan ini, bangsa-bangsa lain di luar Israel menyadari dan mengakui Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dari dulu sampai sekarang, tindakan penyelamatanNya itu ditujukan kepada semua bangsa, semua orang.

Gerejalah kini pengemban kehendak Allah itu. Dan kembali kita diingatkan, sel terkecil dari GerejaNya adalah: Keluarga. Keluarga kita masing-masing dan keluarga besar Jemaat GKJ Nehemia dengan semua simpatisan. Apakah Allah sudah dan sedang “campur tangan” terlibat di semua perkara kehidupan keluarga kita.

Mari jadi keluarga yang mau mendirikan bangunan Rancang Penyelamatan Tuhan. Keluarga yang mampu bertahan dalam iman percaya, setia taat melakukan perintah Firmannya. Keluarga yang selalu mempersilakan Tuhan memberkati dan menyalurkan berkat-berkatNya bagi semua orang, siapapun walau bagaimanapun. Sungguh-sungguh menjadikan kita sebagai alat penyebar Kasih dan Damai yang tidak pernah habis di bumi. Keluarga yang senantiasa dipakaiNya! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

06 Oktober 2011

refleksi minggu kedua Oktober 2011

KELUARGA KEBAIKAN

Filipi 4: 1-9


Maksud judul refleksi kali ini “Keluarga Kebaikan” tentu bukan artinya “Keluarga yang terlalu baik”. Tetapi lebih sebuah penggugahan bagi rasional khususnya iman kita untuk berjuang memberlakukan lebih banyak kebaikan, di dan dari keluarga. Selalu memulai dari keluarga. Tuhan Yesus Kristus sendiri memulai tanda karya mujizatnya pertama kali adalah di keluarga (air jadi anggur pada pernikahan di Kana).

Dan Rasul Paulus menegaskan ulang hal tersebut kepada “keluarga besar” jemaat di konteks kota Filipi. Betapa pentingnya untuk bersehati sepikir. Dengan orang-orang yang terdekat di kehidupan sehari-hari kita. Yang merupakan persekutuan, kebersamaan dan saling melayani dari hati limpah Kasih sukacita! (baca kembali ayat pertama, Filipi 4: 1).

Hanya dengan formula inilah membuat tiap kita, yang pastinya anggota dari satu keluarga, benar-benar teguh bertahan di zaman kian berat dan jahat sekarang ini! Malahan akan bisa terus bertumbuh, tidak berhenti melakukan banyak kebaikan hati, yang langsung tidak langsung pasti akan diketahui lebih banyak orang (ayat 5).

Jadi keluarga yang rajin mendoakan, lebih peduli, sedia mengampuni, sering memberi pujian juga semangat, menjadi teladan kebenaran kebaikan, dengan tetap rendah hati dan makin senang jika bisa melakukan yang baik, tulus menolong, membantu dan melayani sesama.

Pertumbuhan iman kepada Allah sudah seharusnya bertumbuh di keluarga. Bunga-bunga spiritual dalam Kristus sebaiknya bermekaran dalam keluarga. Apa yang telah keluarga kita pelajari, terima, dengar dan lihat, mari sekarang dilakukan! (ayat 8-9).

Sehingga buah-buah percaya dalam Kuasa Roh Keluarga Kerajaan Allah benar-benar berwujud: Perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama di dunia. Oleh sel terkecil dari GerejaNya yakni keluarga. Keluarga yang memancarkan kebaikan bagi semua orang. Keluarga kebaikan! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

28 September 2011

refleksi minggu pertama Oktober 2011


BATU PENJURU

Matius 21: 33-46


Bom yang meledak Minggu lalu (25 September 2011) di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunten, Solo – Jawa Tengah. Yang mengakibatkan 1 (satu) korban tewas yakni si pelaku bom bunuh diri. Sedangkan korban dari pihak GBIS tercatat 22 orang jemaat, baik dirawat jalan maupun harus mendapat perawatan serius RS. Dr. Oen dan RS. Brayat Minolyo, Solo. Menurut informasi di beberapa media rupanya sangat murah. Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah (JI), Nasir Abbas menjelaskan untuk membuat satu unit bom di GBIS Solo, karena daya ledak bom tersebut tergolong kecil, “Hanya 200 ribu sudah jadi!”

Lanjut ujar Nasir karena itu tidak membutuhkan donatur, “Dana untuk membuat bom kecil, tidak perlu donator, cukup patungan dengan teman maka akan jadi.” Kejahatan makin mudah terlaksana. Menyakiti dan membunuh semakin gampang saja! Ini sangat mengena dengan perikop kita kali ini. Kental refleksinya saat menelusuri Perumpamaan Penggarap-penggarapan Kebun Anggur. Bahwa penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hamba tuan pemilik tanah itu: Mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi merekapun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.

Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani.
Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Mereka menangkapnya dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya. (baca lagi ayat 35-39).

Bangsa Israel menolak Mesias dan kerajaan-Nya. Oleh karena itu, Kerajaan Allah dan kuasa-Nya diberikan kepada orang lain, kepada mereka yang menerima Injil, baik orang Yahudi atau bukan. Prinsip ini masih berlaku. Kerajaan Allah dan kuasa-Nya akan diambil dari orang yang tidak setia kepada Kristus serta menolak ajaran KasihNya.

Sebaliknya, kerajaan itu akan diberikan kepada kita semua yang bersedia hidup di dunia namun tetap mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya. Inilah sesungguhnya yang dimaksud Tuhan Yesus Kristus untuk kita lakukan dengan firmanNya di ayat 42,”.. Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

23 September 2011

refleksi minggu keempat September 2011


KEBENARAN & KESELAMATAN

Mamzur 25



Tahukah anda bahwa Mazmur secara keseluruhan adalah kitab terpanjang di dalam Alkitab? Juga berisi pasal yang terpanjang (Mazmur 119: 1-176). Juga pasal terpendek (Mazmur 117: 1-2). Dan memiliki ayat tengah yakni Mazmur 118: 8. Yang menarik lainnya dari Kitab Mazmur misalnya istilah “Haleluya” (Pujilah Tuhan) sebagai istilah atau ungkap yang diakui secara universal di kalangan orang percaya, 28 kali digunakan dalam Alkitab dan 24 di antaranya ada dalam Mazmur.

Belum lagi menjadi Kitab di dalam Perjanjian Lama (PL) yang paling digemari karena sifat kerohaniannya yang sangat mendalam dan luas. Tidak ada kitab lain di dalam Akitab yang demikian terang-terangan mengungkapkan perasaan dan kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan Allah dan juga kehidupan. Mengalir indah dengan ciri sastra yang paling menonjol adalah gaya syair yang disebut paralisme. Mencakup irama hati juga pemikiran, tidak sekadar irama sajak atau apalagi sebuah mantra. Ciri-ciri khas yang menarik seperti inilah yang membuat isi Mazmur dapat diterjemahkan ke berbagai bahasa ibu tanpa terlalu banyak kesulitan. Dan sekali yang paling mendasar karena Kitab ini adalah Kitabnya Sabda, Firman Allah.

Berisi nyanyian pujian dan penyembahan pengabdian kepada Allah yang mengalir dari gunung-gunung tertinggi kehidupan. Dan seruan-seruan keputusasaan yang terangkat dari lembah-lembah hati terdalam pemazmur seperti di Pasal 25 ini. Firman berbentuk doa mohon ampun dan sekaligus perlindunganNya. Mengingatkan juga menegaskan kembali kepada kita yang membaca Mazmur, termasuk perikop kita saat ini, bahwa: Allah selalu menjamin Kebenaran akan sabdaNya dan menjamin Keselamatan kita. Ada Keselamatan karena Kasih bagi yang mau rendah hati (ayat 9). Kebenaran jalanNya ditunjukkan dan berlaku hanya bagi mereka yang mau takut -menyembah mengabdi tadi- (ayat 12). Oleh karenanya mari saudara-saudara, kita bersama mau lebih belajar juga berujar di hati, melakukan tindakan nyata seperti ungkap pemazmur di ayat 5, “Bawalah aku berjalan dalam kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari.” Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

refleksi minggu ketiga September 2011


IRI HATIKAH AKU?

Matius 20: 1-16


Kisah tentang Kerajaan Sorga ini sangatlah indah! Diperumpamakan seperti seorang tuan rumah yang sejak pagi-pagi benar keluar rumah mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Dengan bayaran sedinar sehari. Singkatnya, ada beberapa rombongan pekerja yang dipanggiil dan mulai bekerja dengan waktu mulai yang berbeda. Ada yang pagi sekali, lalu ada yang pukul 9 (sembilan pagi), kemudian pukul 12 ada, ada lagi pukul 15 (tiga sore) dan terakhir bahkan baru dipanggil dan bekerja pukul 17 (lima sore).

Ketika tiba waktu pembayaran upah kerja, giliran dilakukan terbalik, rombongan pekerja yang masuk terakhir lebih dulu menerima. Namun masalah timbul ketika jumlah upah yang tiap pekerja terima, semua sama, satu dinar. Para pekerja yang masuk terdahulu mengira akan mendapat upah lebih banyak. Dan iri hati bermunculan, mereka bersungut-sungut! Namun tuan itu menjawab, “Aku tidak berlaku tidak adil, bukankah kita sudah sepakat sedinar sehari? Ambillah bagianmu dan pergilah. Aku mau memberikan sama . Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (baca lagi ayat 13-15).

Tuhan Yesus Kristus mengajarkan melalui perumpamaan ini bahwa hal memasuki Kerajaan Allah adalah hak istimewa, bukan karena jasa kita. Keselamatan dan semua yang kita miliki adalah kasih karunia, anugerah dari Allah. Bukan upah! Karenanya mari, jangan merasa lebih layak, atau bahkan lebih hebat dari orang lain. Semua adalah kesempatan yang diberiNya. Dan Allah selalu peduli kepada semua, menawarkan Kasih karuniaNya kepada sekalian orang, kemurahan hatinya diberlakukan bagi siapapun. Khususnya bagi yang mau dipanggil dan bekerja di ladangNya! Jangan iri hati. Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

09 September 2011

refleksi minggu kedua September 2011


PENGAMPUNAN

Kejadian 50: 15-21


Yusuf mengampuni, dan sama sekali tidak mendendam. Walau mungkin bagi dunia, dia punya hak untuk itu. Tetapi tidak, Yusuf mengampuni saudara-saudaranya yang telah cukup banyak mereka-rekakan hal yang jahat pada diri dan perjalanan hidupnya. Hingga dibuang ke negeri jauh, yang kini di konteks perikop ini, negeri di mana mereka berada, Mesir.

“Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud.. memelihara hidup suatu bangsa yang besar.” (ayat 19-20) Demikian ucap pengampunan Yusuf, luarbiasa kuat dan indah!

Kejernihan dan kebaikan hati Yusuf bermaksud menyerahkan “pengadilan” tentang perbuatan saudara-saudaranya itu sepenuhnya hanya kepada Kasih Allah. Segala-galanya yang terjadi dalam hidupnya pada hakekatnya diatur dan dipimpin oleh Tuhan semata-mata.

Demi keselamatan umatNya, dan demi penggenapan dan pelaksanaan janji-janji Allah selanjutnya. Yusuf berhasil menempatkan kepentingan yang lebih besar, “bangsa Allah yang besar” itu, termasuk di dalamnya saudara-saudara dan keluarganya.

Mari, persilakan Tuhan dengan sabda firmanNya juga kekuatan Kasih Allah mengurapi kita sekalian. Mengurapi hati, pikiran bahkan tingkah laku kita setiap hari dipimpinNya. Sehingga semuanya hanya berdasar hati yang baik dan murni menuju ke a rah yang baik. Memerdekakan, membebaskan dan mewujudkan damai sejahtera nyata.

Laksanakanlah hanya rencana-rencanaNya, sekalipun manusia dan dunia berdosa. Jangan mendendam, apalagi berencana balas dendam! Mau dan ayo terlatihlah mengampuni. Miliki watak karakter yang baik, seperti Yusuf (baca lagi ayat 21), mari lebih sering memenangkan hati sesama karena kekuatan perkataan juga sikap pelayanan kita. Karena kekuatan sabda dan kasihNya! Mengampuni.. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

25 Agustus 2011

refleksi minggu pertama September 2011


SEDIA DITEGUR

Matius 18: 15-20


Pertama, jadilah pribadi yang mau ditegur. Kedua, jadilah persekutuan yang sedia ditegur. Baik ditegur oleh sesama manusia. Namun khususnya oleh dan dalam teguranNya. Ditegur oleh Allah.

Sesungguhnya cara dan bentuk teguranNya itu banyak. Dan telah sering kali kita ditegur. Baik oleh Firman, juga kenyataan hidup pribadi, pergumulan studi, pekerjaan, perjuangan keluarga bahkan sungguh ditegur sebagai bangsa dan penghuni dunia melalui berbagai perang, krisis ekonomi, bencana demi bencana dan sebagainya!

Namun mari lebih dulu menjadi sosok pribadi lepas pribadi yang peka, mau mendengar suara Allah dan manusia (baca ayat 15). Suara yang baik dan koreksi yang memulihkan membangun kita. Jangan tampik dan jangan berdalih. Karena kalau kita masih mengeraskan hati dan keras kepala maka teguran itu akan datang oleh dan bagi persekutuan kebersamaan di mana kita berada (baca lagi ayat 16-19) Oleh dan dalam keluarga misalnya. Juga jemaat, lingkungan tetangga, juga ditegur di kehidupan berbangsa bernegara, hingga dalam kehidupan alam seantero kehidupan dunia.

Memang awalnya bagian ini lebih menuju kepada saudara seiman. Tetapi bukankah teguran untuk diri kita dan kehidupan kita itu berguna untuk kebaikan orang lain, siapapun mereka. Berguna bagi banyak orang di sekeliling kita ada.

Oleh karenanya mari mau jadi umat Tuhan di kehidupan sehari-hari yang mau menegur ketidakbenaran, ketidakadilan dan kejahatan! Namun yang terpenting dari semua itu adalah mari jadi pengikut Kristus yang selalu sedia ditegur. Sehingga “.. Jika dua orang dari padamu di dunia sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapaku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (ayat 19-20).

Dan akhirnya Ketiga, semuanya ini memang untuk kebaikan diri sendiri. Tetapi khususnya untuk kebaikan cinta kasih banyak orang, kehidupan bersama. Ditegur berarti dikasihi, ditegur berarti diberkati! Amin




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

refleksi minggu keempat Agustus 2011


DILEPASKAN

Yeremia 15: 15-21


Ini pergumulan Yeremia. Namun acapkali juga jadi pergumulan kita. Pergumulan percaya dan pelayanan kepada Allah. Ketika Yeremia tampaknya sudah melayaniNya, mewartakan Firman dengan sangat baik. Yang diterima justru celaan sesama, kesakitan hidup, bahkan penderitaan karena dikejar-kejar banyak orang ingin berbuat jahat padanya.

Rupanya syaratnya mau kembali. Tidak melulu hitung-hitungan manusia, mengharap pamrih kenikmatan dunia karena sudah melakukan pelayanan. Tetapi mengembailkan semua untuk kemuliaan Allah saja. Ayat 19 jelas Allah berkata, “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapanKu..”

Ya, mari kembali kepada Allah. Mengakui dan menyembahNya sehingga benar-benar tidak mau kembali lagi kepada kesedihan dan ketakutan karena kuasa kejahatan yang selalu mengintai mengancam. LanjutNya lagi kepada Yeremia juga kini kepada kita,”.. dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagiKu. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.

Tuhan berjanji kepada NabiNya ini, akan membuat Yeremia menjadi “tembok berkubu dari tembaga.” Kokoh kuat dan sulit sekali ditembus. Tidak bisa dikalahkan oleh berbagai goda rayu dunia, bahkan dari intimidasi yang memerangi hati dan diri. Kitapun bisa memilikinya, tembok iman berkubu dari tembaga buatan Allah sendiri. Allah yang selalu menyertai, bahkan selalu menyelamatkan dengan melepaskan (baca lagi ayat 20 & 21). Melepaskan kita dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan kita dari genggaman orang-orang lalim.

Ketika mau melepaskan ego, asal mau berserah penuh kepadaNya. Kita pasti dilepaskan, diselamatkanNya! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

19 Agustus 2011

refleksi minggu ketiga Agustus 2011


PENGHARAPAN DALAM KESESAKAN

Mazmur 138

Kesesakan hidup yang semakin menjadi belakangan ini, membuat manusia di seantero dunia banyak memilih jalan pintas, memilih bunuh diri! Ada yang disebabkan karena malu, dilecehkan, putus cinta, sakit berkepanjangan, pergumulan keluarga, sosial, hingga yang paling banyak adalah masalah himpitan ekonomi.

Adalah Jepang mungkin negara dan bangsa yang terbesar angka kasus bunuh diri terjadi, dari berbagai sumber tercatat rata-rata 30 ribu orang Jepang bunuh diri per tahun dalam sepuluh tahun terakhir ini. Begitu pula dengan bangsa Amerika, yang belakangan ini mengalami terpaan krisis ekonomi dunia sangatlah besar. Angka bunuh diri juga terus meningkat di negeri adidaya itu.

Dan yang terdekat, juga merebak terjadi di negeri kita yang baru berulangtahun ke 66, Indonesia. Paling miris dari berbagai kasus bunuh diri, adalah semakin banyaknya pasangan suami isteri di Indonesia melakukan bunuh diri bareng!

Ini menjadi koreksi besar untuk iman dan kehidupan yang masih harus terus hidup. Tuhan ingin kita hidup bukannya mati. Itu yang dinyatakan Daud dengan lantang melalui mazmurnya, “Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku.. dan tangan kananMu menyelamatkan aku.” (baca lagi ayat 7).

Karenanya mari miliki terus dan lebih lagi pengharapan hanya kepada Allah. Mari kembali datang ke Sumber Hikmat dan Kehidupan. Ayo bangun lagi, bangkit lagi, lalu belajarlah lebih tekun, bekerjalah lebih rajin dan jujur. Yakin sungguh bahwa Tuhan akan selalu menyelesaikan segala pergumulan perjuangan, bagaimanapun berat dan sesaknya! (ayat 8).

Teruslah berpengharapan, hingga kita layak menerima Keselamatan perbuatan tanganNya. Menikmati dan kemudian harus kita bagikan bagi mereka yang masih kesesakan dan sangat membutuhkan: Kasih Setia Tuhan, yang sangat melegakan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

10 Agustus 2011

refleksi minggu kedua Agustus 2011


HAPUS PRASANGKA

Matius 15: 21-28


Seorang perempuan Kanaan (perhatikan, dia bukan orang Israel dan tentu bukan penyembah Allah) datang memohon kepada Tuhan Yesus, ”Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita” (ayat 22). Lalu para murid memintaNya untuk menyuruh perempuan itu pergi, karena terus mengikuti mereka dengan berteriak-teriak.

Ada rasa tidak suka atas tingkah laku tersebut. Yang kemungkinan besar berasal dari prasangka. Anggapan kurang baik yang berakar perbedaan suku, ras, bangsa dan agama antara para murid dengan si ibu perempuan Kanaan ini.

Tetapi Tuhan Yesus punya jawabannya sendiri. Ia menerima perempuan Kanaan itu bahkan memenuhi permohonannya tadi. Setelah menguji dengan satu ungkapan agak kasar, “Tidak patut roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Yang luarbiasa si ibu perempuan Kanaan itu meresponya tanpa ada prasangka sedikitpun.

Malah ia menjawab ujian tersebut dengan kasih & imannya. Kasih seorang ibu kepada anaknya, dan iman hanya kepadaNya. Dan itu semualah yang menghancurkan bahkan menghapus segala prasangka.

Mari berjuang hapuskan segala bentuk prasangka. Agar kita lebih bersedia mengasihi, menolong, dan membantu siapapun dengan bebas dan jernih.

Sehingga akhirannya adalah berbahagia. Di ayat terakhir (ayat 28) dikisahkan, Tuhan Yesus berfirman menyembuhkan,” Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Seketika itu juga sembuhlah anak perempuannya! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

03 Agustus 2011

refleksi minggu pertama Agustus 2011


TUHAN DARI SEMUA

Roma 10: 4-15


Tuhan Yesus Kristus itu Tuhan untuk orang Kristen saja, atau Tuhan untuk semua orang?

Di perikop kali ini kita menemukan jawaban telaknya, kurang-lebih demikian: Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan semua orang, Dia menawarkan Keselamatan sesungguhnya untuk semua. Dan itu pasti berlaku hanya bagi mereka (siapapun orangnya) yang mau mempercayai. Mau mengimani.

Sebab siapapun yang mengaku dengan mulutnya, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatinya, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari anatara orang mati, maka mereka pasti diselamatakan (baca lagi ayat 9).

Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani. Karena, Allah yang satu itu adalah Tuhan dari semua orang, kaya bagi semua orang yang berseru kepadaNya (ayat 12).

Mari bersedialah lebih lagi diutus. Diutus memberitakan Allah dengan KasihNya, melalui berita dan perbuatan-perbuatan yang baik bagi siapapun. Tanpa ada pemilahan, pengkotak-kotakan. Berbuat baik dan melayankan Kasih bagi siapapun. Sehingga akan lebih banyak orang mendengar tentang Dia. Tentang Kuasa dan KasihNya yang ditawarkan bagi semua, sekali lagi bagi dan untuk semua orang. Lalu ketika semakin banyak yang mendengar, maka akan lebih banyak yang mau percaya.

Dan percaya (iman) mereka inilah yang melayakkan kita berseru. Berseru menyembah meminta pertolonganNya. Akhirnya , barangsiapa yang sungguh-sungguh berseru kepada nama Tuhan Yesus Kristus, pasti diselamatkan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

28 Juli 2011

refleksi mingu kelima Juli 2011


AKSI KONKRET

Matius 14: 13-21


Jangan kelebihan berjanji-janji, berjuanglah melayankan bukti. Dan mari meresponlah dengan tindakan, tindakan membantu khususnya mereka yang lapar dan butuh bantuan. Tuhan Yesus Kristus berkata kepada murid-muridNya: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.” (ayat 16). Perhatikan kata “harus” dan kata “makan”, penekanan sebuah perintah yang menuju kepada hal yang sangat nyata mendasar, firmanNya untuk para murid melakukan aksi konkret memenuhi kebutuhan paling mendasar manusia.

Walau yang ada hanya lima roti dan dua ikan. Tetapi dari keterbatasan itu muncul berkat yang melimpah. Dari yang tampaknya kecil dan sedikit, lahir aksi nyata yang menyapa melayani banyak sekali orang.

Tuhan Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu. Kemudian memberikannya kepada para murid, kemudian murid-murid membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan yang terjadi? Mereka semua dapat makan.

Ada aksi konkretNya juga dari para murid untuk orang banyak di situ. Dengan doa permohonan dan berkat tersedialah makanan untuk mereka saat itu kemungkinan besar sudah kelaparan. 5000 orang laki-laki ditambah dengan para ibu, perempuan dan anak-anak. Jadi sekitar 20.000 orang bisa makan, makan sampai kenyang! Bahkan masih sisa potongan-potongan roti 12 bakul penuh (baca lagi ayat 17-20).

Mari belajar (dan mengajar) memberi, memberi dan memberi lebih lagi. Bukan sekadar bereaksi, tetapi bagian dari aksi. Aksi kita yang tulus memberi dengan Kasih, aksi konkret! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

25 Juli 2011

refleksi minggu keempat Juli 2011


MAMPU MEMBEDAKAN

I Raja-raja 3: 1-15


Apa jawab kita jika suatu waktu Allah datang bertanya sekaligus berfirman,”Apa yang kau mau agar Kuberikan padamu?” Kemungkinan besar kita akan sangat kesulitan menentukan atau menyusun daftar permintaan kepadaNya.

Firman Tuhan kali ini mengajarkan kita melalui Hikmat Salomo, untuk meminta dan berdoa yang baik! Permintaan yang baik bahkan doa yang baik pastilah berisi hal-hal yang baik di mata Tuhan, bukan hanya di mata manusia. Inilah yang kita serap dari bagian ayat 10, “Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” Hal yang bagaimana?

Adalah saat Salomo muda mempersembahkan seribu korban. Ya, seribu korban bakaran di atas mezbah di Gibeon. Sehingga dalam mimpinya Allah berfirman, ”Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (4-8) Dan jawab Salomo sangat luarbiasa, permintaan yang sangat baik, doa yang indah sekali, “Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?” (Ayat 9).

Mari jadi seperti anak-anak yang mau diajar. Agar memiliki hati penuh hikmat juga pikiran penuh pengertian, hingga kita mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat! Kemudian hidup bersikap membenci yang jahat, dengan berjuang keras untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat.

Namun sebaliknya, menyetujui hal-hal yang baik. Hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya (ayat 14). Bahkan mendukung dan berjuang sungguh-sungguh memberlakukan nyata, perbuatan pelayanan yang berkenan di mata Tuhan saja. Membedakan, menetapkan, lalu nyata melakukan, yang baik! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

18 Juli 2011

refleksi minggu ketiga Juli 2011


MERDEKA DARI HUKUM

Roma 8: 1-11


Harga beras naik lagi! Berita dan khabarnya terakhir mencapai Rp. 700 – Rp. 1000 / kg untuk satu pekan ini saja. Tiap hari naik sekitar Rp. 100/kg. Rakyat kembali mengeluh, khususnya ibu-ibu rumahtangga penat ketakutan, lagi dan lagi!

Tapi mari hiduplah dalam Roh! Maksudnya? Mari memikirkan tidak melulu hanya soal daging (makanan, minuman dan pakaian) saja. O iya tentu, semua itu perlu, tetapi ketika kita hanya hidup dalam daging maka yang muncul ya itu tadi ketakutan dan bisa –bisa tidak tahu jalan ke luar. Buntu mengambil langkah pemecahan.

Sebab mereka yang hidup menurut daging , memikirkan hal-hal yang dari daging. Mereka yang hidup dalam Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (baca lagi ayat 5). Dan hanya di dalam Roh Allah saja kita bisa tenang menentukan jalan dan langkah ke depan terbaik yang harus kita perbuat. Bagi diri sendiri maupun bagi keluarga, juga bahkan bagi sesama yang lebih menderita.

Roh sajalah yang bisa menuntun dan menguatkan. Memberi kita semangat hidup karena dimerdekakan dalam Kristus. Dimerdekakan dari segala ancaman, sampai ancaman hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging , telah dilakukan oleh Allah. (ayat 2-3).

Sehingga pikiran dan hati bisa tetap damai sejati. Bekerja dan beraktifitas terus dengan lebih baik. Jalan ke luar, ide, kreatifitas, kesehatan dan berkat-berkatNya akan lebih lagi diberi.

Di harga tinggi bagaimanapun, tetaplah percaya dengan rendah hati, kita pasti dijaga, pasti ditolong dan diselamatkan Allah. Dimerdekakan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

12 Juli 2011

refleksi minggu kedua Juli 2011


DIDIK

Mazmur 86: 11-17

Ini sebuah doa. Tepatnya doa dari seorang hamba Tuhan yang setia, yang selalu datang berseru dan Allah menjawab. Doa seorang Daud.

Daud meminta ditunjukkan jalan, jalan Tuhan agar hidup kehidupannya sesuai kebenaran. Dididik dalam kebenaran Allah. Takut menyembah, memuliakan dan bersedia hidup dibentuk oleh ajaran-ajaran dalam namaNya. Di tengah orang-orang yang semakin banyak tidak mau lagi dididik dibentuk Tuhan. Orang-orang yang angkuh menyerang dan gerombolan manusia sombong ingin mencabut nyawanya. Namun Daud tetap berpegang pada ajaranNya, melakukan semua perintah Allah dengan segenap hati.

Berdoa memohon hal-hal lain termasuk kebutuhan materi dan fisik, tentu boleh. Tetapi mari terlebih dulu dan selalu memiliki yang lebih penting. Mari berdoa minta didikan Tuhan. Kesadaran mau dituntun diarahkan Tuhan, memohon Dia sajalah yang menunjukkan jalan, bahkan melindungi menjagai kita. Menikmati banyak kebaikanNya walau di tengah sakit bergumul an berjuang mengikuti perintah FirmanNya.

Semua terjadi hanya untuk kebaikan kita. Kebencian dan kejahatan akan malu dan takluk jika melihat ada Kekuatan Terbesar yang selalu mengajar, membimbing kita. Selalu ditolong, dihibur, dikuatkan Allah untuk berubah jadi lebih baik dan lebih indah meneruskan perjalanan studi kehidupan, sehari lepas sehari.

Mari selalu bersedia dididikNya! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

28 Juni 2011

refleksi minggu pertama Juli 2011


BELAJAR

Matius 11: 25-30


Siapa sesungguhnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus dengan “orang bijak, orang pandai” dan “orang kecil” di ayat pertama (ayat 25) perikop kita kali ini? Rupanya yang dimaksud dengan orang pandai dan bijak adalah para ahli Taurat. Golongan yang arogan dengan ajaran-ajaran yang mereka dalami sehingga menutup hati pikirannya terhadap ajaran Yesus.

Sedangkan yang dimaksud dengan orang kecil adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin yang tidak terpelajar, tetapi mau bersikap seperti seorang anak kecil yang mau belajar (ingat Lukas 18:17), mau membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa yang Tuhan katakan.

Terlebih tambah dengan adanya undangan Tuhan Yesus Kristus yang begitu manis (ayat 28). Ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa. Untuk mau datang kepada Yesus, rindu belajar, dengan setia mendengarNya, taat menjadi hamba-Nya serta memberlakukan Kasih di keseharian.

Bagi siapa yang mau terus belajar, maka Ia akan dibebaskan dari berbagai beban yang tidak dapat diatasi. Kita akan diberikan perhentian, kedamaian, dan Roh KudusNya untuk menuntun semua kita yang bersedia belajar dalamNya di kehidupan ini.

Dan yang terakhir, juga mau belajar pikul “kuk”. Kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak atau pedati. Yang merupakan perlambangan didikan dan tuntunan dari Tuhan, kuk-nya Tuhan! (ayat 29-30)

Di berbagai angin topan pergumulan hidup, terus belajar dari Tuhan, untuk malah semakin sabar dan lembut.

Di gelombang laut perjuangan iman, jangan berhenti belajar dalam Kasih, sehingga malah makin rendah hati dan tenang. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

23 Juni 2011

refleksi minggu keempat Juni 2011


KASIH KESETIAAN

Mazmur 89: 1-9


Ada lagu Sekolah Minggu yang cuplikan kata-katanya seperti ini, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. selamanya.. Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. kunyanyikan s’lamanya…” dan seterusnya, lagu yang sangat singkat namun dalam makna. Persis dengan ungkapan Pemazmur di perikop kita kali ini, “ Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,..” (ayat 2).

Bagian kali ini termasuk luarbiasa, karena lebih dari sepertiga Mazmur bisa digolongkan sebagai mazmur ratapan atau keluhan. Beberapa mazmur bahkan mencerminkan krisis bangsa. Kebanyakan merupakan keluhan dan penderitaan keluarga terlebih pribadi yang rasa-rasanya hampir membuat putus asa. Tetapi mari teruslah menyanyi! Menyanyi bersyukur, menyanyi memuji, menyanyi mengagungkan kasih setia Allah kepada kita hingga kini. Tetap setia menyanyikan kasih setia Tuhan, memperkenalkan kesetiaanNya.

Tidak hanya melalui lagu dan musik, tetapi khususnya lewat sikap tingkah laku sehari-hari. Agar kasih setia Tuhan dibangun untuk selama-lamanya , dan kesetiaanNya tegak seperti langit (ayat 3). Langit bersyukur, bumi mengagungkanNya dan semua umat manusia memuji-muji kebesaran terlebih karena keajaiban2Nya dan kesetiaanNya (ayat 6). Dan karena tidak ada yang menyamaiNya, tidak ada yang sejajar dengan kebaikan kasih Tuhan (ayat 7).

Dan ungkapan “sangat disegani dan ditakuti” (ayat 8) mari kita maknai bahwa hanya Dia yang layak disembah dan Allah saja yang boleh dimuliakan atas seluruh kasih kesetiaan yang dirancang dan diberlakukan untuk kita! Tuhan Maha Kuat akan kesetiaanNya, kesetiaan yang mengasihi semua ciptaan.

Khususnya mengasihi semua manusia dan terlebih setiap yang percaya dan sungguh mengasihiNya! Mari menjalani hidup kehidupan dengan setia mengasihi Tuhan dan sesama, kasih yang terus dilakukan nyata dengan setia tidak berhenti.

Dari Tuhan, melalui kita, untuk keluarga juga sesama dan akhirnya, harus dikembalikan hanya bagi kemuliaan keluhuran KasihNya. Kesetiaan Kasih. Kasih kesetiaan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

16 Juni 2011

refleksi minggu ketiga Juni 2011


AJARLAH

Matius 28: 16-20


Walau berita kemungkinan terjadinya “nyontek massal” yang dilakukan para murid salah satu SD di Surabaya sudah dinyatakan tidak benar. Tetapi yang pasti, -dan ini sangat memprihatinkan- memang ada oknum guru yang mendorong muridnya untuk menyontek saat ujian. Khabar yang kita ketahui, guru tersebut bahkan kepala sekolah sekolahnya telah diberikan sanksi tegas.

Perikop penutup Kitab Injil Matius ini berisi perintah Tuhan Yesus Kristus. Saat kesebelas murid disuruh berangkat ke Galilea (ayat 16). Beberapa orang masih ragu akan kelanjutan wibawa baptisan Kristen dan pewartaan Keselamatan (ayat 17)
Karenanya di ayat 18 & 19, Guru dan Tuhan itu menegaskan sekaligus memotivasi para murid, “… kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka...”. Sebuah Amanat Agung bagi setiap orang percaya untuk memberlakukannya nyata.

Namun bagian paling terakhir (di ayat 20) kerap terlupakan, luput kita refleksikan apalagi benar-benar dilakukan, yakni: Mengajar. Lewat tingkah laku kita, patuh mengajar menyebarkan kasih dan kebenaranNya. Juga melalui perkataan, sikap bahkan semua pelayanan, menerangi dunia yang kian gelap. Terlebih membantu membahagiakan sesama yang letih lesu berbeban berat. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (ayat 20). Jangan ragu, jangan bimbang dan jangan berhenti, ajarlah! Amin



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

09 Juni 2011

refleksi minggu kedua Juni 2011


PERBUATAN BESAR

Kisah Para Rasul 2: 1-13



Satu lagi peristiwa dan perbuatan besarNya diberlakukan! Mereka, murid-murid Tuhan Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat di Hari Pentakosta. Pentakosta adalah hari raya Tujuh Minggu (baca Im 23: 15 & Ul 16: 9), jatuh tepat hari kelima puluh sesudah Paskah.

Tiba-tiba Roh Kudus (Roh Allah) dicurahkan atas mereka. Terdengar suara seperti tiupan angin keras (ayat 2), lalu lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus! (ayat 3-4)

Tetapi yang jauh lebih menakjubkan adalah, terjadinya glossolalia (berbicara dalam bahasa-bahasa lain). Murid-murid mewartakan memuji perbuatan-perbuatan besar Allah dalam berbagai bahasa dan dialek yang lain daripada bahasa ibu mereka (bahasa Aram Galilea). Namun jelas dimengerti pengunjung-pengunjung perayaan yang menyaksikan kejadian tersebut !(ayat 9-11) Pembalikan kutuk pada peristiwa Babel di konteks Perjanjian Lama, mungkin juga dimaksudkan oleh penulis Kisah Para Rasul di peristiwa ini.

Biarlah dunia tercengang-cengang dan heran! Seperti yang dialami semua orang yang melihat dan mendengar “komunikasi nyambung” walau perbedaan sangat beragam di antara mereka. Mari refleksikan peristiwa Pentakosta ini menguatkan kerinduan kita kembali untuk berkomunikasi.

Berkomunikasi dengan Allah. Dengan wujud, lebih ahli lagi berkomunikasi dengan orang-orang di dekat kita bahkan sesama, siapapun mereka. Lakukan dengan rendah hati dan bersemangat dipakaiNya “masuk” ke dalam hati orang lain, dengan tingkah laku Kasih Yang Besar.

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan kasih. Sekarang ini apalagi, semakin dibutuhkan perwujudan nyata, perbuatan-perbuatan besar Allah di hidup kehidupan mereka. Wartakanlah, komunikasikanlah, siarkanlah! Roh Kudus pasti memberkati kita semua. Selamat Hari Pentakosta. Amin.





tulisan & foto: Lusindo Tobing.

31 Mei 2011

refleksi minggu pertama Juni 2011


DOA BERSAMA-SAMA

Kisah Para Rasul 1: 6-14


Pertanyaan juga keinginan para murid dan pengikutNya yang berbunyi, “.. maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan?..” (ayat 6) kurang-lebih memiliki arti juga kesamaan berbunyi, “..maukah Engkau pada masa ini memerintah sebagai raja?..” Tetapi langsung Tuhan Yesus Kristus menjawab tegas soal waktu dan masanya itu urusan Allah saja. Tetapi setiap mereka akan menerima kuasa, jika Roh Kudus dicurahkan, agar mereka semua menjadi saksi sampai ujung bumi. (ayat 7-8)

Tidak hanya hidup dengan kekuatan daging manusia, tetapi khususnya dengan Roh Kudus, inilah yang diinginiNya berlaku dalam hidup kita. Dan salah satu kebiasaan, lalu menjadi karakter juga identitas, bahkan sering dikatakan merupakan nafas hidup orang yang percaya adalah: Doa.

Persis di konteks perikop inilah Tuhan Yesus Kristus naik terangkat ke sorga, teguranNya melalui dua malaikat kepada semua mereka, sangatlah indah,”..mengapa kamu (cuma) berdiri melihat ke langit?..” (ayat 11). Mari kitapun demikian. Jangan hanya diam saja, terpana, terbengong-bengong dengan berbagai fenomena hidup kehidupan sehari-hari.

Jangan cuma bereaksi, tetapi mari beraksi. Ya, beraksi dengan cinta kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan pelayanan. Mari tekun melihat ke bumi nyata, membumi. Dan mulailah selalu dengan doa-doa. Sekali lagi bukan doa pribadi, tidak untuk kepentingan ego belaka! Tetapi mari berdoa seperti mereka, para pengikut juga murid (ayat 13-14), saling mendoakan dan mendoakan orang juga pihak lain, dalam hadiratNya dengan sehati mereka bertekun. Doa bersama-sama! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing

26 Mei 2011

refleksi minggu kelima Mei 2011


KOMITMEN

Mazmur 66: 13-20


Sekarang ini, betapa makin banyak janji yang ditagih untuk dipenuhi. Di berbagai bidang, strata masyarakat, dimensi dan di mana-mana tempat, semakin banyak komitmen dibuat, tetapi kecenderungannya dilanggar atau sedikit sekali yang ditepati!

Perikop kita kali ini, sudah terasa di bagian awal yakni ayat 13-15, sesungguhnya berbicara komitmen seluruh umat Allah. Yang telah ditolong dan selalu diselamatkanNya dari berbagai musuh.

Tetapi khususnya pemazmur, yang bersyukur kepada Allah untuk kelepasan keselamatan pribadi, yang dianggapnya sebagai pengalaman keluaran yang baru. Hidup yang baru.

Mari jadi baru. Bahkan terus-menerus diperbarui dengan memberlakukan komitmen (perjanjian - keterikatan) Kasih di keseharian. Seperti Allah selalu berkomitmen sejak awal sampai selamanya, misalnya: tidak akan pernah menolak doa-doa kita semua dan tidak menjauhkan kasih setiaNya (baca lagi ayat terakhir: 20). Marilah terus menepati janji memberi.

Rendah hati namun berani, berkomitmen dengan Allah. Mewartakan syalom melalui pelayanan yang indah, pekerjaan benar, sikap adil dan kepedulian penuh Kasih bagi sesama di keseharian. Komitmen mempersembahkan yang terbaik! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

21 Mei 2011

refleksi minggu keempat Mei 2011


MEMBAWA BERKAT

Kisah Para Rasul 2: 41-47


Jemaat mula-mula itu disukai oleh semua orang! Apa penyebabnya? Rupanya, karena mereka memiliki hati yang gembira dan ketulusan hati. Coba baca dan baca ulangi lagi ayat 43-47, hati mereka tulus dan bergembira untuk saling berbagi, membawa dan menjadi saluran berkat Allah bagi sesama.

Mari bersama meneladani cara hidup jemaat mula-mula, jemaat awal pertama ini. Dengan sungguh-sungguh bertekun dalam memberlakukan ajaran-ajaranNya. Baik dalam kebersamaan cinta kasih keluarga, persekutuan jemaat Tuhan, juga khususnya kepeduliaan terhadap dan dengan sesama. Di keseharian, kita bertekun dan sehati menawarkan cinta dan Kasih bagi sesama. Tentu melalui sikap dan tingkah laku kita, juga melalui perkataan dan kehadiran kita kepada orang-orang yang membutuhkan.

Sehingga terus-menerus, juga satu persatu, semakin banyak pribadi yang menerima keselamatan yang ditawarkan dari Allah melalui kita. Untuk masuk ke dalam masyarakat yang diselamatkan, Keluarga Kerajaan Allah. Kumpulan orang-orang yang tidak hanya mau menerima berkat, tetapi setia dan taat untuk saling membagikan berkat.

Mari memuji memuliakan Allah, dengan rendah hati terus membagikan Syalom. Mari membawa berkat dan disukai oleh banyak orang! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

19 Mei 2011

refleksi minggu ketiga Mei 2011


MELAKUKAN PEKERJAAN KRISTUS

Yohanes 14: 1-14


Dulu ada istilah “korupsi berjamaah”. Belakangan ini kita membaca, melihat dan mendengar di banyak media bahwa ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) mengungkapkan istilah baru yakni adanya “korupsi struktural”. Korupsi yang dilakukan secara tertata dan melibatkan orang-orang yang duduk di jabatan-jabatan tertentu, menyangkut struktur organisasi lembaga, juga pengambil keputusan penting dan kekuasaan. Sungguh memilukan dan memalukan!

Biarlah istilah-istilah tersebut menjadi koreksi tajam untuk diri kita sendiri dulu. Kemudian mari rindu membangun jaringan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan baik dan benar, bukannya jejaring korupsi dan pekerjaan gelap jahat lainnya. Seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri menghardik para muridNya,”Tidak percayakah engkau? .. percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku, .. barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan” (ayat 10-12).

Dan hardikan sekaligus Firman ini sekarang tiba pada kita semua, di kehidupan ini dan kini. Tiap langkah kaki bahkan langkah iman kita adalah perbuatan yang melakukan kehendakNya. Sehingga “Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu, Aku akan melakukannya.” (ayat 14) Indah sekali bukan?! Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, tentu dengan pertolongan urapan RohNya Yang Kudus akan melakukan, sekali lagi melakukan, untuk saya dan anda.

Ada struktur jaringan pekerjaan kebenaran, keadilan dan Kasih. Sehingga mari tanpa ragu, kita melakukan pekerjaan terlebih pelayanan bagi sesama di keseharian hanyalah untuk kemuliaan Allah di dalam Anak. Kemuliaan melakukan pekerjaan-pekerjaan Kristus! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

04 Mei 2011

refleksi minggu kedua Mei 2011


MAKAN BERSAMA

Lukas 24: 13-35

Tiap acara makan bersama selalu menyenangkan! Makan bersama keluarga, atau makan bersama jemaat, makan bersama teman-teman dan juga makan bersama dengan sesama yang lain. Karena selain perut yang diisi lalu kenyang, juga memuaskan selera makan lidah kita, tetapi yang lebih jauh ada kepuasan batin dengan kebersamaan, sadar orang lain juga menikmati apa yang sedang kita nikmati. Aku makan, mereka juga makan, mereka minum dan aku juga minum. Selalu menyenangkan (dan mengenyangkan) tetapi rupanya juga sangat membahagiakan. Ada “syalom” di tiap makan bersama.

Itu juga yang terjadi di bagian-bagian akhir perjalanan 2 (dua) muridNya, yang ditengah perjalanan menjadi 3 (tiga) orang karena ada “teman seperjalanan” yang bergabung, saat menuju kampung Emaus. Siapa orang ketiga itu? Ya, Dia Yesus, Guru mereka, Tuhan dan Juruselamat kita! Kedua murid mendesak Dia menerima undangan menginap malam itu, “Tinggallah bersama-sama dengan kami..” (baca lengkapnya di ayat 29).

Mereka mempersiapkan jamuan malam, tetapi pada saat akan makan bersama itu, Tuhan Yesus membawakan cara dan bahasaNya yang telak sekali mengingatkan mereka pada perbuatanNya di peristiwa mujizat pemberian makan (lebih dari) 5000 orang dan khususnya saat Perjamuan Kudus terakhir mereka (ayat 30). Setelah itu Dia lenyap dari tengah-tengah mereka (kedua murid). Tetapi mata dan mata hati mereka jadi terbuka, mereka pun mengenal Dia dan merasakan suatu kegembiraan aneh, sangat menyenangkan, sangat tenang dan damai namun penuh bahagia, penuh cinta dan Kasih.

Mari lebih sering berbagi makanan bagi mereka yang kelaparan. Berbagi minuman bagi mereka yang kehausan. Selain menyediakan dan atau mengajak keluarga, teman, rekan jemaat untuk makan bareng, makan bersama. Namun di atas semua itu, bagikanlah Syalom: Kebahagiaan, kelegaan, kedamaiaan dan kesejahteraan kepada lebih banyak orang lain.

Lewat sikap tingkah laku kita, juga doa, serta mau memberi, membagikan apa yang kita miliki. Sesederhana hingga sebesar apapun, mari, buatlah sesama kita lebih “kenyang”. Kenyang jasmani, tetapi lebih kenyang juga spiritual iman dengan Kasih. Sesulit bagaimanapun, wartakan dan bagikanlah Syalom. Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

27 April 2011

refleksi minggu pertama Mei 2011


WARTAKAN SYALOM

1 Petrus 1: 3-9


Maraknya kasus pembobolan dana di beberapa Bank belakangan ini, tentu berimbas pada tingkat kepercayaan masyarakat. Kasus terakhir malah pembobolan dana mencapai Rp. 111 miliar! Masyarakat mulai bertanya-tanya, lalu kebingungan bahkan tidak aman sejahtera dan jadinya tidak percaya. Hingga contohnya ada komentar di twitter ditayangkan salah satu televisi swasta berkata,”.. ah mending balik nabung di “celengan” aja!” Bernada agak kampungan tetapi cukup tajam dan sinis.

Mari wartakan damai sejahtera (shalom/syalom). Dunia sekarang ini kian membutuhkan pewartaan syalom. Mari kuatlah atas berbagai goda, nafsu dan rayuan Kuasa Jahat. Berhentilah terlibat dalam merugikan sesamamu! Jangan lakukan, dan jangan punya niat meliciki pihak lain. Kalau kita ingin hidup bergembira , jangan bergembira atas penderitaan, tangisan bahkan kesengsaraan yang lain. Tetapi mari berjuang untuk bergembira hanya karena melakukan kebaikan dan kebenaran dalam Tuhan bagi sesama.

Seperti isi Surat Rasul Petrus kepada orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia (baca lagi ayat 6-10) yang mengajak memanjatkan syukur ke hadirat Allah hanya karena menjadi berkat bagi sesama dan kehidupan. Walau menempuh masa-masa pencobaan kesukaran.

Inilah syalom yang sesungguhnya, syalom yang berasal dari iman yang tegar kuat menjalani melewati berbagai goda rayu si iblis dan tekanan dunia. Syalom yang penuh kesukaan kendatipun ada kesakitan, syalom yang membawa penyembahan sejati kepadaNya walau banyak penderitaan, dan syalom yang menghasilkan kebahagiaan di tengah berbagai kesukaran.

Semua ini akan menuju kepada satu titik saja, yakni: Keselamatan yang lengkap dan terakhir! Mari perjuangkan, terima nikmati, dan wartakan bagikanlah, Syalom mulai di dunia menuju Syalom Sorgawi! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

20 April 2011

refleksi minggu keempat April 2011


MEWARTAKAN KEBANGKITAN

Yohanes 20: 11-18


Selamat Hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, Selamat Paskah tahun 2011! Ayo dibangkitkan dengan kebangkitanNya, dan itu adalah cara terbaik kita untuk mewartakan kebangkitan Kristus. Seperti pesan dan perintah kepada Maria Magdalena, sesaat kebangkitanNya. “.. tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka..”

“Katakanlah..” agar kita juga bisa membangkitkan kehidupan orang lain, sesama yang letih lesu dan berbeban berat. Walau kita juga memiliki pergumulan. Setiap orang pikul salibnya, setiap keluarga juga pikul salibnya. Tetapi justru dengan itu kita dimampukan jadi kuat. Kuat dalam apa? Kuat dalam iman untuk bangun dan untuk bangkit berdiri lagi. Bahkan berjalan kembali meniti hidup kehidupan yang lebih baik.

Jika betul-betul ini kita lakonkan –tentu dengan kekuatanNya menang atas maut- maka orang lain akan melihat dan terinspirasi, bahkan berusaha juga bangkit dari keterpurukan roh dan hidup mereka.

Wartakan semangat untuk bangun lagi, lebih beranilah bersaksi untuk bangkit sesulit apapun tantangan pergumulannya. Lalu mari lebih sering lagi mengasihi. Dengan terus mau mengampuni dan melayani dengan Cinta Kasih.

Dan lakukan semua proses bangun dan bangkit tersebut menuju kebahagiaan. Kebahagiaan Ucap Syukur Paskah. Kesukacitaan kebahagiaan sorgawi Allah. Bukan kesombongan dunia atau kekuatan manusia belaka. Tetapi sungguh-sungguh diurapi dengan darah tercurah dan tubuhNya terpecah di kayu salib, terus-menerus kita perjuangkan berlaku tiap-tiap hari menuju kemuliaan dan kemenangan kekuatan Kasih Allah. Kemuliaan kemenangan kebangkitanNya! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

13 April 2011

refleksi minggu ketiga April 2011


MEMBANGKITKAN PENGHARAPAN

Mazmur 31: 10-16


Dunia semakin sulit berpengharapan. Semakin sesak keputusasaan terjadi. Misalnya saja, di satu kesempatan menonton salah satu stasiun televisi dengan acara Berita Malam, isinya adalah berita-berita seputar: Suami isteri menjual anaknya berusia 8 bulan karena merasa tidak akan sanggup lagi membiayai kebutuhannya, lalu seorang mantan TKW yang disiksa di Malaysia berteriak-teriak histeris trauma ketakutan, ada juga suami tega membunuh isterinya karena menuduh suka melawan dan tidak menghormatinya lagi, juga ada seorang ibu yang nekat naik Sutet (menara intalasi listrik bertegangan tinggi) karena kesal suaminya berselingkuh. Dan berita-berita “kehilangan pengharapan” lainnya!

Di tengah kenyataan hidup dunia seperti ini, Firman Tuhan melalui pemazmur menyapa mengingatkan kita semua untuk kembali dan selalu datang kepadaNya. Memohon sungguh belas kasih Allah (ayat 10-14), lalu mau dan mampu berserah dalam kuat kasihNya (ayat 15) dan terakhir, tetap meneruskan kehidupan dengan percaya beriman (ayat 16). Yang kesemua alur tersebut akan memampukan kita menyalurkan harapan yang benar, baik dan sejati di dalam Tuhan. Mari miliki juga kemudian bagikan terus pengharapan bagi sesama.

Membangkitkan pengharapan dalam diri sendiri, terlebih di hati pikiran orang lain karena urapan Roh Allah. Sehingga nada kehidupan bersama jadi lebih bersemangat, bahkan kasih yang lebih hangat dalam keluarga, studi, pekerjaan juga khusus dalam berjemaat. Terlebih bagi semua umat manusia di atas`muka bumi karena diterangi dan dibangkitkan api pengharapanNya.

Dalam Tuhan ada`pengharapan dan akan selalu ada harapan. Ketika kita boleh dipakai “berhasil” melahirkan pengharapan di hidup orang lain, kita sesungguhnya sedang dipakai Tuhan memberi mereka masa depan. Ya, memberi pengharapan - memberikan masa depan. Bahkan refleksi lebih jauh lagi di perjalanan kita jelang Jumat Agung hinga Paskah terus ke Pentakosta dan seterusnya, adalah, pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus memberikan kita semua: Keselamatan Kekal, pasti! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing

06 April 2011

refleksi minggu kedua April 2011


MEMBANGKITKAN PENGHIBURAN

Yohanes 11: 17-44


Sudah lihat dan dengar lagu “Udin Sedunia”? Atau yang lain lagi, sudah pernah melihat gaya seorang polisi di Gorontalo yang menari lagu India di televisi lokal maupun jejaring internet? Jika belum cobalah melihat dan mendengarkannya, sangat menghibur! Sehingga tidak mengherankan jika banyak dan semakin banyak orang yang mencari untuk menikmatinya.

Perenungan kita kali ini bukan mengajak kita mentah-mentah jadi seperti itu, walau mungkin bisa saja, namun yang menjadi penekanan adalah kata “menghibur”. Ya, sudahkah kita menjadi agen penghiburan Allah bagi dunia? Minimal, menjadi cabang saluran (kecil saja) penghiburan KasihNya bagi sesama manusia? Mari dengan serius namun wajar, mulai dari hal-hal sederhana buatlah orang lain lebih terhibur bahagia atas kehadiran, perkataan bahkan sikap tingkah laku kita. Dan bukan basa-basi!

Karena Tuhan kita tidak pernah berbasa-basi termasuk ketika berkata,”Saudaramu (Lazarus) akan bangkit..” (ayat 23) bisa dimengerti Marta saat itu kemungkinan memandangnya tidak lebih sebagai ucapan basa-basi penghiburan yang berhubungan tentang akhir zaman (ayat 24).

Semakin jelas kini mengapa ada lanjutan kalimatNya, “Percayakah engkau akan hal ini?” Pertanyaan Tuhan Yesus yang kini harus sungguh kita jawab. Mari jadi umat Allah, pribadi anggota Gereja yang benar-benar punya iman kepadaNya, percaya! Yang membuat kita sungguh berserah dan “menyerah” dalam Tangan Yang Kuat. Di ayat 33, keberserahan Maria dan orang-orang Yahudi di sekitar makam Lazarus, membuat hati Tuhan Yesus masygull dan Ia menangis! (baca lagi ayat terpendek: ayat 35).

Dan orang yang telah mati selama 4 hari itupun bangkit, ke luar dari makam dengan tubuh masih terbungkus kain kapan juga kain peluh (ayat 44). Kebangkitan Lazarus oleh Tuhan Yesus, harus menjadi kekuatan spiritual kita menjelang Jumat Agung dan Paskah untuk nyata mau dan mampu membangkitkan penghiburan bagi yang bersedih, bahkan berduka. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing

30 Maret 2011

refleksi minggu pertama April 2011


MATI DARI KEGELAPAN

Efesus 5: 8-14


Penipuan uang dengan berbagai modus semakin marak belakangan ini. Yang menarik, sekaligus miris dan sangat perlu diwaspadai, adalah penipuan yang dilakukan oleh para wanita muda dan cantik. Sebut saja seperti yang dilakukan SY di Bogor yang tertangkap di Bali, juga S di Parepare, lalu ada AF di Balikpapan dan juga MD beserta D, keduanya di Jakarta karyawan di sebuah Bank terkenal di Indonesia.

Tidak ada yang salah dengan muda, cantik atau ganteng, semua itu adalah keindahan dan kebaikan yang dari Tuhan. Tetapi bahaya sekali bila dikuasai bahkan dibuahi oleh kuasa kegelapan!

Rupanya kuasa gelap (iblis) memang tidak lagi menggunakan ular untuk menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Tetapi langsung masuk menggunakan celah nafsu kerakusan manusia itu sendiri, si laki-laki atau juga si perempuan. Jatuh dan bahkan dipakai menjatuhkan sesama manusia untuk ikut jatuh dalam dosa.

Siapapun anda, perempuan atau laki-laki, mari, jangan lagi mau diperhamba si iblis! Si kuasa kegelapan! Jangan mau hidup kehidupanmu dirusak, bahkan merusak, merugikan dan bisa menghancurkan kehidupan banyak orang. Tinggalkan kegelapan, mari masuki kehidupan baru dalam terang, kehidupan dalam Kasih Karunia Allah. Jangan lagi turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa (ayat 11).

Mari kita semua rindu Terang Kristus dan berjuanglah hidup sebagai anak-anak terang (ayat 8). Maka kita dan kehidupan kita hanya akan berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran (ayat 9). Jadilah kebahagiaan bagi diri sendiri, khususnya jadilah kebahagiaan bagi lebih banyak orang.

Yakni ketika, kita mau mati dari kegelapan dan bangkit menjadi terang! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.