27 September 2017

Refleksi Minggu pertama Oktober 2017


Mazmur 25: 1-9



Mengasihi Keluarga dengan Kerendahan Hati


                                                                                                                                                       foto: lt.

Seperti orang tua yang membesarkan dan mendidik anak-anaknya, dalam perikop kita kali ini Allah menunjukkan cara tersebut dengan bertindak sebagai navigator yang penuh kasih di perjalanan hidup umat-Nya. Mazmur 25 lahir dari pergumulan seorang Daud yang hidup dalam persekutuan mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosa-dosanya, namun yakin akan kasih setia Allah: “Dosa-dosaku pada waktu muda dan pelanggaran-pelanggaranku janganlah Kauingat, tetapi ingatlah kepadaku sesuai dengan kasih setia-Mu, oleh karena kebaikan-Mu, ya TUHAN. TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkanjalan kepada orang yang sesat.” (ayat 7-8).

Di setiap ibadah Minggu kita, saat pengampunan dosa (berita anugerah) dinyatakan, maka petunjuk hidup baru diberikan. Namun semua berawal dari pengakuan dosa atau pertobatan kita bukan? Mari hiduplah lebih rendah hati dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah Bapa berikan, manusia acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk kita memperbaiki diri. Tuhan Allah sabar dan rendah hati menuntun kehidupan kita (anak-anak Allah) secara pribadi, termasuk keluarga kita masing-masing.

Memasuki triwulan (tiga bulan) terakhir durasi Tahun 2017 dari Tuhan, minggu ini kita bersama menerima pelayanan Allah dalam Sakramen Perjamuan Kudus Sedunia. Mari, setiap pribadi kita mau lebih dimurnikan dalam kerendahan hati, lalu berjuang lebih mengasihi keluarga dengan rendah hati. Sebab keselamatan dan hidup damai sejahtera kita yang berdosa, sesungguhnya ditentukan hanya oleh kerendahan hati Tuhan yang penuh kasih dan kesabaran, bagi semua orang yang mau rendah hati. Ayat 9: “Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati.” Amin.



Pdt. Lusindo Tobing