KELUARGA KEBAIKAN
Filipi 4: 1-9
Maksud judul refleksi kali ini “Keluarga Kebaikan” tentu bukan artinya “Keluarga yang terlalu baik”. Tetapi lebih sebuah penggugahan bagi rasional khususnya iman kita untuk berjuang memberlakukan lebih banyak kebaikan, di dan dari keluarga. Selalu memulai dari keluarga. Tuhan Yesus Kristus sendiri memulai tanda karya mujizatnya pertama kali adalah di keluarga (air jadi anggur pada pernikahan di Kana).
Dan Rasul Paulus menegaskan ulang hal tersebut kepada “keluarga besar” jemaat di konteks kota Filipi. Betapa pentingnya untuk bersehati sepikir. Dengan orang-orang yang terdekat di kehidupan sehari-hari kita. Yang merupakan persekutuan, kebersamaan dan saling melayani dari hati limpah Kasih sukacita! (baca kembali ayat pertama, Filipi 4: 1).
Hanya dengan formula inilah membuat tiap kita, yang pastinya anggota dari satu keluarga, benar-benar teguh bertahan di zaman kian berat dan jahat sekarang ini! Malahan akan bisa terus bertumbuh, tidak berhenti melakukan banyak kebaikan hati, yang langsung tidak langsung pasti akan diketahui lebih banyak orang (ayat 5).
Jadi keluarga yang rajin mendoakan, lebih peduli, sedia mengampuni, sering memberi pujian juga semangat, menjadi teladan kebenaran kebaikan, dengan tetap rendah hati dan makin senang jika bisa melakukan yang baik, tulus menolong, membantu dan melayani sesama.
Pertumbuhan iman kepada Allah sudah seharusnya bertumbuh di keluarga. Bunga-bunga spiritual dalam Kristus sebaiknya bermekaran dalam keluarga. Apa yang telah keluarga kita pelajari, terima, dengar dan lihat, mari sekarang dilakukan! (ayat 8-9).
Sehingga buah-buah percaya dalam Kuasa Roh Keluarga Kerajaan Allah benar-benar berwujud: Perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama di dunia. Oleh sel terkecil dari GerejaNya yakni keluarga. Keluarga yang memancarkan kebaikan bagi semua orang. Keluarga kebaikan! Amin.
tulisan & foto: Lusindo Tobing.