TUHAN TIDAK MENAHAN
KEBAIKAN
Mazmur 84
Kebaikan
selalu diinginkan. Semua orang menginginkannya, anda dan saya, kita semua.
Tetapi kecenderungannya, kita hanya rindu dan mau menerima kebaikan. Untuk
melakukan atau membagikan kebaikan bagi sesama? Sekali lagi, cenderung lebih
sedikit daripada mau dan menginginkan kebaikan tersebut. Padahal Tuhan telah
memberikan banyak anugerah dan berkatNya kepada kita. Tidak terhitung
pendampingan, bimbingan bahkan penyelamatanNya. Namun dunia (baca: saya dan
anda, kita) cenderung menahan kebaikan.
Dunia
selalu cenderung lebih sering memberi alasan dan dalih. Sehingga yang
seringkali muncul adalah hanya tanda tanya. Baik tanda tanya dari yang
sesungguhnya bisa melakukan kebaikan, juga lebih banyak tanda tanya dari mereka
yang sangat membutuhkan kebaikan dalam hidupnya. Sehingga mandiri dan
kemandirian seringkali menjadi ungkap yang (memang) baik untuk dinyatakan.
Tetapi apakah betul kita benar-benar bisa mandiri sebagai manusia yang
menjalani hidup kehidupan? O iya, Tuhan tidak menyukai kita untuk
bermalas-malasan dan tidak berusaha-bekerja. Apalagi hanya makan dan hidup
sebagai parasit atau bahkan mendapatkannya dari hasil kejahatan. Tetapi coba
renungkan sekali lagi dengan dimensi positif, anda dan saya, tiap pribadi lepas
pribadi kita, sesungguhnya tetap membutuhkan orang lain. Kita bisa hidup karena
ada orang lain. Sesama yang dihadirkan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dan ketika ada orang lain/sesama, maka di situ akan lebih terasa adanya Tuhan
dengan segala kebaikan-kebaikanNya.
Camkanlah
ini, cantik dan indahnya dunia hanyalah sementara. Tetapi kebaikan dan Kasih
Tuhan Allah tiada habisnya. Selalu tersedia, selalu ada dan selalu
dianugerahkan. Abadi kekal. Abadi kekal
Tuhan yang tidak pernah sama sekali menahan-nahan kebaikanNya untuk kita. Coba baca lagi ayat 12 dari Mazmur 84 (perikop kita kali ini), Tuhan bahkan
digambarkan sangat menawan kekal indah dengan kebaikan, “Sebab Tuhan Allah
adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan
kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.”
Tuhan menahan yang buruk dan
jahat berlaku bagi kita. Mungkin bisa kita yakini bahwa Tuhan menahan
ketidakbaikan, selalu berusaha menjaga dan melindungi kita dari berbagai
hal yang tidak baik. Kita sendirilah yang tergoda dan larut
dalam kebiasaan memberlakukan hal-hal yang tidak baik itu. Kepada orang lain, juga
kerap kepada diri kita sendiri. Sehingga lambat laun tidak terbiasa untuk
merenungkan kebaikanNya. Selanjutnya kita agak lambat dan gagap memikirkan yang
baik, menyikapi dengan baik, merespon berbagai hal dengan baik dan kebaikan.
Sehingga kadang dan seringkali jadi lemah dan tidak berdaya kepada
ketidakbaikan. Dan anehnya, malah jadi risi dengan kebaikan, kebenaran, hal-hal
yang baik dan benar untuk diri kita sendiri. Yang akhirnya orang lain akan
jarang bahkan mungkin tidak pernah melihat, merasakan dan menerima kebaikan
dari kita. Tepatnya, mereka menerima kebaikan Allah melalui kita.
Tuhan
selalu menawarkan kebaikan. Seperti matahari, juga bisa penggambarannya seperti
air sungai mengalir, terus-menerus mengalirkan kesegaran dan kehidupan. Dan
tidak sekadar menawarkan, Tuhan juga tentu selalu menganugerahkan kebaikan.
Kebaikan bagi kita semua, khususnya bagi mereka yang mau percaya dan
mengasihiNya. Segala kehidupan dengan berbagai kebutuhan kita di dunia ini,
bahkan hingga keselamatan sempurna di sorga abadi. Pasti dianugerahkan.
Dianugerahkan
tentu kepada yang hidup dalamNya. Karenanya mari, mari sungguh-sungguh dan lebih
sungguh lagi untuk mengandalkan Tuhan Allah.
Di luar Dia tidak ada harapan, tidak ada kekuatan bahkan bisa dipastikan tidak ada kepastian keselamatan.
Dan
oleh karena itu juga, mari mulai mengandalkannya dalam doa-doa kita. Kita harus
rajin dan lebih rajin bekerja berusaha. Tetapi ingat, berdoalah untuk sesama
kita dengan kebaikan hati pikiran, lebih sering dan lebih sungguh lagi.
Bertanyalah, belajarlah kepada Allah sekaligus mohonkan kekuatan dariNya,
“Tuhan, apa yang belum aku persembahkan kepadaMu, lebih lagi, mempersembahkan
kepadamu berwujud kebaikan yang bisa kubagikan bagi sesama?” Dan ketika Tuhan
menegur sekaligus menuntun kita -responNya dari pertanyaan kita tadi- mari siap sedialah
untuk dipakai menjadi alat-alat penyalur kebaikan bagi dunia.
Mulailah
mempersembahkan yang kecil dan sederhana, dengan melakukan kebaikan bagi orang
lain. Dengan mau lebih mau mendengar orang-orang di dekat kita. Menulis dan
berkomunikasi dengan baik, menggunakan alat komunikasi ataupun saat
bertemu muka. Lontarkanlah sungguh tulus dan baik, kalimat-kalimat yang lebih
baik. Mengungkapkan ungkapan-ungkapan yang baik dan membangun. Lebih banyak
lagi mendoakan sesamamu. Lebih lagi memberi donasi uang, barang atau apapun,
dimulai dari yang kecil jumlahnya, bagikan kepada yang berkekurangan. Bahkan
siap membantu dan menolong mereka yang berada di dekat kita. Di konteks keadaan,
bagaimanapun dan di manapun kita sedang ditempatkan Tuhan. Bahkan rindu dan
senang memberlakukan itu, untuk orang-orang yang dekat dengan kita. Baik
dekat secara lokasi maupun dekat di pikiran dan hati kami. Hingga sampai yang jauh sekalipun.
Teruslah menyalurkan dengan
memberlakukan nyata kebaikan bagi dunia dan kehidupan. Sama-sama rindu dan melakukan kebaikan-kebaikan yang membawa kehidupan jadi sedikit dan banyak tambah ceria sukacita dan bahagia!
Sampai Tuhan Allah -Sang Sumber Kebaikan- akan datang kedua kali nanti.
Dan Dia lebih bersukacita bahagia lagi, karena melihat kita bersama sungguh berjuang dan bertekun, mewujudkan dunia penuh dengan kebaikan-kebaikan. KebaikanNya.
Dan Dia lebih bersukacita bahagia lagi, karena melihat kita bersama sungguh berjuang dan bertekun, mewujudkan dunia penuh dengan kebaikan-kebaikan. KebaikanNya.
tulisan & foto: Lusindo Tobing.