Matius 22: 34-40
Keluarga
yang
Menghidupi Kasih
Dari keempat Injil, hanya
Injil Matius yang bicara secara khusus
tentang gereja, dan sel terkecil dari
gereja adalah keluarga. Keluarga-keluarga yang setia dalam kasih Tuhan. Sebab kasih
adalah hakikat iman yang sejati. Kasih merupakan kunci dari kehidupan yang
menghasilkan sikap sehari-hari yang terbuka, menerima, rukun dan membahagiakan.
Kasih kepada Allah membuat orang tidak ingin menyakiti anggota keluarga dan
manusia lainnya.
Jangan kalah dengan
tekanan-cobaan yang selalu ingin
“mematikan” kasih, dan jangan persilakan diri
kita menjadi pelakunya! Baca serta renungkan lagi bagian awal perikop kali ini:
“ Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat
orang-orang Saduki itu bungkam,
berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang
ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia” (ayat 34-35). Ketiadaan
kasih, memunculkan perbuatan saling menjatuhkan dan merusak!
Marilah menjadi pribadi
dan keluarga yang saling menghidupi.
Menghidupi di dalam dan antar anggota
keluarga. Juga keluar dari keluarga, menjadi anggota “keluarga yang lebih besar
dan luas,” menjadi anggota lingkungan rumah, tempat studi, kerja, dan siap
menghidupi orang lain di sekitar kita di manapun berada (refleksi kata
“neighbor”/”tetangga” pada kata “sesamamu” yang artinya “orang-orang yang ada
dekat dengan kita berada” dalam ayat 39: “..Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri”) dan bahkan bersedia menghidupi semua
orang yang menderita, lapar dan haus dengan bantuan sesederhana apapun berdasar
cinta kasih Tuhan.
Selamat mengakhiri Bulan
Keluarga Tahun 2017. Selamat untuk
terus dan semakin menjadi
keluarga-keluarga yang mempunyai waktu untuk mengasihi semua orang, sehingga
semakin tidak punya waktu untuk membenci. Dalam keadaan bagaimanapun dan
kapanpun jua.. selamat setia menjadi keluarga yang menghidupi kasih. Amin.
Pdt. Lusindo Tobing