Mazmur 85: 9-14
Keragaman Menumbuhkan
Damai Sejahtera
Keragaman
sebagai anugerah dari Allah, jangan dilihat sebagai kekayaan saja. Tetapi juga
bisa menjadi pembawa damai sejahtera bagi kehidupan bersama. Sebagai umat Allah
dan gereja-Nya, sesungguhnya kita terpanggil untuk semakin bersedia melayankan
damai sejahtera itu bagi semua. Michael Amaladoss dalam
buku Wajah Yesus di Asia, berpendapat: “Saya pikir gambaran mengenai Gereja sebagai pelayan, yang
memberitakan misteri Pemerintahan Allah, dan siap untuk memberikan hidupnya
sebagai saksi, boleh jadi lebih tulen ketimbang gambaran sebagai suatu barisan
prajurit pemenang yang telah menaklukkan segalanya di hadapannya. Tepatnya,
sebagai bentuk pelayanannya, Gereja membantu menyatukan semua umat manusia,
dengan mengembangkan suatu paguyuban umat manusia yang melakukan dialog dan
kerja sama.” (Amaladoss 1994, 159)
Mari mulai dari pribadi dalam paguyuban keluarga kita
masing-masing, yang masuk dalam paguyuban jemaat, jika diperluas
lagi bersama paguyuban kota, bangsa dan negara Indonesia, bahkan paguyuban umat
Tuhan dan semua manusia yang beragam untuk saling mengasihi, memperjuangkan
keadilan, dan setia mewujudkan damai sejahtera. Bahasa yang digunakan pemazmur
sangat indah: ”Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera
akan bercium-ciuman” (ayat 11). Bersama menumbuhkan damai sejahtera bersama.
Menurut saya, sekarang kita semua semakin
”ditantang” oleh konteks kehidupan untuk semakin terbuka, toleran, benar-benar
berupaya dari aras umat menghancurkan intoleransi dalam berbagai bentuk. Mari
memiliki kemampuan saling menerima keragaman di antara umat, wilayah, komisi
dan majelis. Memberi ruang bagi perbedaan dan keanekaragaman yang saling
mengasihi. Kemudian bersungguh-sungguh menyambut setiap tamu atau orang baru
yang hadir di tiap ibadah dan keseharian kita. Menghormati tetangga, peduli kepada sekitar, para penjual makanan minuman, ojek online, tukang, menyapa orang asing yang
mampir dan siapapun masyarakat yang bersentuhan dengan kehidupan kita sehari-hari. Membuat kita benar-benar bersiap menjadi umat-Nya yang semakin terbuka, sekaligus
mawas diri, untuk semakin menghadirkan damai sejahtera bersama. Amin.
Pdt. Lusindo Tobing