Yohanes 4: 4-14
MEMATAHKAN SEKAT PRASANGKA
DAN KEBENCIAN
Sekat-sekat
itu sangat terasa misalnya di ayat 9: Maka kata perempuan Samaria itu
kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang
Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria. Anda
tahu mengapa? Karena di mata orang Yahudi, orang Samaria adalah ras yang tidak
murni. Dulu, ketika Kerajaan Asyur menghancurkan Kerajaan Israel (Utara),
penduduk Samaria dicampur dengan orang-orang dari bangsa jajahan Asyur yang
lain. Akibatnya terjadi kawin campur dan sinkretisme agama.
Untuk orang-orang yang dibenci, Tuhan Yesus Kristus sengaja mengunjungi
mereka (ayat 4). Inilah sekat-sekat yang dipatahkanNya! Agar Dia dapat
menawarkan Air Hidup menghilangkan dahaga rohani mereka. Melalui percakapan
dengan seorang perempuan Samaria yang datang ke sumur Yakub untuk menimba air minum,
Tuhan Yesus menawarkan Air Hidup itu kepadanya (ayat 10).
Air minum hanya
melepaskan kehausan sementara karena harus diminum terus-menerus. Air Hidup
yang ditawarkan Tuhan Yesus akan menyegarkan jiwa, bukan hanya sementara
melainkan sekali diminum akan menjadi mata air yang memancar di kedalaman hati
selama-lamanya (ayat 14).
Ya, alur refleksi bahan PA kali ini adalah pembahasan dari “air sumur” ke “Air
hidup”. Dari soal air, timba dan sumur ke sosok Kristus, Sang Air Hidup. Dapatkah
air sumur, walau setimba banyaknya, melegakan dahaga jiwa dari rasa takut,
kuatir, dan duka? Perempuan Samaria ini
memuaskan dahaga jiwanya dengan pengajaran-pengajaran yang benar, dan itu
didapatkannya dari Tuhan Yesus Kristus, sang "Air hidup" (ayat 13, 14). Tuhan benar-benar menampilkan suatu metode
penginjilan pribadi yang mengesankan.
Dan seperti perempuan Samaria "haus" ini meresponi tawaran Yesus
dengan kerinduan hati yang tepat (ayat 15), begitu jugalah seharusnya orang
percaya terhadap pemberitaan firman Tuhan. Mari, bukalah hati untuk menerima
siraman "Air Hidup" yang melegakan. Cinta, harta, pangkat, serta
kenikmatan tidak dapat memuaskan dahaga terdalam manusia. Hanya Allah yang
sanggup memberi kepuasan sejati!
Coba sekali lagi kita perhatikan konteks bacaan Yohanes 4: 4-14. Saat Tuhan
Yesus bertemu perempuan Samaria yang ingin mengambil air tadi, saat itu tengah
hari. Sebenarnya bukan waktu yang lazim untuk mengambil air. Karena para perempuan
biasanya mengambil air pada pagi atau sore hari. Mungkin perempuan itu sengaja
datang pada waktu itu untuk menghindari pertemuan dengan perempuan lain.
Melihat perempuan Samaria itu, Yesus meminta air kepada dia (ayat 6-7). Ini
mengejutkan si perempuan (ayat 9). Dia mengenali orang itu sebagai orang
Yahudi. Padahal sekali lagi, orang Yahudi menghindari kontak langsung dengan
orang Samaria. Lagi pula tak lazim bagi seorang pria terhormat untuk bicara
dengan perempuan di tempat seperti itu.
Namun Yesus tidak menghiraukan
ketentuan apapun, termasuk keheranan si perempuan Samaria. Ia mematahkan
“pembatas” atau sekat yang ada, lalu malah menawarkan air hidup yang merupakan
karunia Allah (ayat 10). Air yang lebih berarti daripada air yang sehari-hari
diminum oleh perempuan itu. Tuhan Yesus ingin perempuan itu menyadari adanya
kebutuhan rohani yang juga harus dipenuhi. Dan kebutuhan itu hanya bisa
diberikan oleh Allah, yang penuh dengan kasih karunia.
Apa yang dimaksud dengan air hidup? Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan disebut
sebagai sumber air (Yer. 17:13) atau sungai (Mzm. 36:9) yang menjawab kehausan
manusia akan Allah (Mzm. 42:2; Yes. 55:1; Yer. 2:13; Zak. 13:1). Yesus berkata
bahwa Ia akan menganugerahkan air hidup yang dapat memuaskan kehausan manusia akan
Allah. Sang Mesias yang sanggup memuaskan kerinduan jiwa manusia.
Sumber Air
Kasih Sayang yang mengikis berbagai pengkotak-kotakan antar manusia. Bahkan
yang akan menghabiskan sekat-sekat prasangka dan kebencian. Tawaran Tuhan Yesus
kepada perempuan Samaria ini merupakan tawaran kasih Allah yang diungkapkan
kepada semua orang, (termasuk kepada anda dan saya) tanpa sekat-sekat membedakan
suku, gender, dan status apapun.
Kombinasi “perempuan” dengan “Samaria” merupakan dua hal yang paling tidak
disukai orang Yahudi (ayat 9). Masyarakat di mana ia tinggal juga tampaknya
tidak menyukainya. Biasanya kaum perempuan mengambil air pada pagi hari atau
sore hari secara bersama-sama.
Perempuan ini mengambil air sendirian untuk
menghindari orang lain (ayat 6). Ia kemungkinan hidup bersama dengan seorang
laki-laki tanpa nikah (bisa dibaca ayat 18). Sebagai perempuan yang berasal
dari Samaria ia tidak disukai orang Yahudi. Sebagai perempuan dengan moral yang
rendah ia tidak disukai masyarakatnya sendiri. Jika demikian siapa yang
menerimanya? Tuhan Yesus Kristus!
Tuhan Yesus dengan sengaja melintasi daerah Samaria untuk menemui perempuan
yang sesungguhnya membutuhkan air hidup lebih dari air untuk kelangsungan hidup
jasmaninya (ayat 4,7). Tuhan Yesus mengambil inisiatif menghancurkan berbagai
sekat dengan cara membuka pembicaraan (ayat 8). Meski awalnya perempuan itu
tidak memahami arti air hidup yang Yesus tawarkan kepadanya (ayat 10), dengan
sabar Tuhan Yesus membimbingnya tiba pada pengertian seperti yang Tuhan
maksudkan (ayat 14).
Coba refleksikan dan renungkan sekali lagi: Tuhan Yesus
memperlakukan perempuan dengan baik dan mengangkat derajat dan martabatnya. Ia
tidak memberikan perlakuan yang berbeda. Demikianlah seharusnya kita sebagai
pengikut dan jemaat Kristus.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sekat” sebenarnya berarti:
1. Sesuatu seperti dinding, kerai, untuk membatasi
atau memisahkan ruang (menjadi berpetak-petak); 2. Pembatas yang memisahkan dua
rongga atau massa jaringan, seperti pada buah, rumah kerang, jantung, dan
hidung; 3. Rintangan; alangan; dan sekatan.
Namun sekat yang sangat dan
teramat sangat berbahaya sesungguhnya bukan sekat jasmani sekadar. Tetapi
batas, pengkotakan atau sekat hati, sikap pemikiran dan lalu dinyatakan lewat
perbuatan membeda-bedakan, angkuh, meremehkan orang lain, menghakimi, lalu ujungnya
membenci orang lain atau pihak berbeda, mendendam turun temurun, ekstrimnya
bahkan bisa saja membunuh.
Apa yang terjadi dengan hubungan diplomatis antara Negara Singapura
dengan Negara Indonesia beberapa waktu lalu misalnya. Yakni soal pemberian nama
“Usman-Harun” kepada salah satu kapal perang oleh pemerintah Indonesia (yang
juga milik Indonesia). Langsung mendapat kritikan, keprihatinan dan ketidaksetujuan
dari Menteri Luar Negeri Singapura, karena faktor sejarah kedua bangsa.
Berakibat
kepada dibatalkannya undangan resmi pemerintah Singapura kepada sekitar 100
orang Indonesia untuk menghadiri satu kegiatan di Singapura. Juga yang terakhir
penghapusan “pertemanan” di face book, terlebih menjadi dinginnya komunikasi
yang hangat antar kedua Negara selama ini. Itu semua sedikit-banyak memperlihatkan
sekat-sekat yang ada. Ada karena memang tidak pernah benar-benar dihilangkan
dan ditinggalkan. Atau juga sekat-sekat yang mungkin sengaja dimunculkan
kembali.
Sekat-sekat prasangka, apalagi sekat-sekat yang ada karena
egoisme, kesombongan dan memelihara kebencian, semua hal seperti itulah yang
haruslah dihilangkan. Walau sulit dan sungguh membutuhkan waktu proses yang
terus-menerus di kehidupan sehari-hari. Jangan membalas benci dengan benci, jangan melawan prasangka juga dengan
prasangka.
Tetapi mari, lawanlah dan kalahkanlah semua prasangka, kebencian, dendam
dan hal-hal negatif lainnya hanya dengan: Kebaikan karena Kasih. Kasih yang
merupakan Allah sendiri di dalam Tuhan Yesus Kristus sebagai “Air Kehidupan”
kita bersama. Ingat: Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi
kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (Roma 12: 21).
Dan mari selalu menjadi saluran Air Kehidupan untuk banyak
orang. Terus-menerus di berbagai tantangan sekat demi sekat negatif. Sehingga
akhirnya dan lebih lagi: Hati, pikiran dan hidup kita benar-benar dimampukanNya
menjadi “mata air”. Dari Sang Air Kehidupan. Yang akan melegakan hati sesama
dan sungguh mendamaikan kehidupan bersama orang lain. Di manapun, dalam kondisi
bagaimanapun dan sampai kapanpun.
Seperti penegasan di bagian terakhir dari perikop.
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus
untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal." (ayat 13-14). Amin.
Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.