Kisah Para
Rasul 1: 12-14
Kesehatian & Tekun Berdoa
Setelah Tuhan Yesus Kristus naik ke surga, lalu apa
yang bisa dilakukan oleh para murid dan pengikutNya? Mereka hanya kawanan
kecil, jumlah mereka saat itu tidak
lebih dari 120 orang (coba perhatikan ayat 15). Mereka pun bukan orang-orang
yang memiliki nama besar atau kekuatan tertentu. Hanya sekelompok orang yang tampaknya
tidak memiliki apa-apa yang dapat diandalkan.
Tetapi hebatnya, dengan setia mereka menaati pesan
Tuhan Yesus untuk tinggal di Yerusalem menantikan kuasa Roh Kudus memenuhi
mereka. Karena hanya oleh kuasa Roh Kudus mereka akan dimampukan menjadi
saksi-Nya hingga ke ujung dunia. Mereka melakukannya dengan sikap bersekutu,
bersehati dan tekun berdoa (ayat 14).
Gereja pada masa kini tidak beda jauh dengan
persekutuan murid-murid Tuhan yang perdana ini. Tidak signifikan secara jumlah
dan sepertinya tidak memiliki kekuatan apa-pun untuk melaksanakan misi yang
Allah embankan kepada mereka. Bahkan di beberapa penjuru dunia, gereja
dikejar-kejar dan dianiaya agar musnah. Namun kunci kekuatan bahkan kemenangan
terletak pada sikap mereka yang bersandar penuh kepada Allah sumber kekuatan mereka.
Oleh karena itu, dalam masa-masa menjelang peringatan Pentakosta mari kita
meneladani para murid Yesus dengan bertekun dan bersekutu dalam doa.
Seratus dua puluh orang berdoa
bersama-sama dalam satu pikiran, dalam pikiran yang sama, dalam kehendak yang
sama, dengan tujuan yang sama di sekitar dan di dalam jiwa dan hati. Kapan pun
kita berdoa, kita seharusnya melatih roh kita, tetapi kita juga harus ada
di dalam pikiran yang sama dan kehendak yang sama
dengan tujuan yang sama di sekitar dan di dalam jiwa dan hati kita. Ini berarti
seluruh diri kita dilibatkan.
Setelah kenaikan Tuhan, seratus dua puluh orang
menjadi orang yang ada di dalam satu pikiran, di dalam satu tekad, dengan
satu tujuan di sekitar jiwa dan hati mereka (baca dan maknai lagi ayat 12-13).
Bagi mereka sehati berarti seluruh diri mereka adalah satu. Tidak ada kitab
yang lain dari Alkitab yang memakai kata “sehati” sebanyak Kitab Kisah
Para Rasul.
Dalam konteks Kitab Kisah Para
Rasul khususnya pasal 1 (satu) ini minimal ada dua faktor ditekankan untuk
perwataan Injil yakni: 1. Kesehatian di antara jemaat dan 2. Doa yang harus
tekun dinaikkan. Jadi menurut Firman Tuhan dan menurut sejarah Alkitab, inilah dua jalan untuk
membawa ke gerbang kemenangan Injil. Perwujudan proses penyelamatan Allah yang
juga harus terus-menerus kita berlakukan untuk semua orang dan kehidupan yang lebih
meluas.
Dan rupanya, kesehatian adalah
kunci dan urat nadi Doa. Kita bersama mungkin banyak berdoa, namun jika kita
kekurangan kesehatian, kita tidak akan dapat melihat apalagi menikmati berkat-berkatNya
diberlakukan atas hidup kita bersama.
Sebaliknya, jika yang muncul selalu perbedaan pendapat di antara kita,
tidak ada kesehatian, maka bisa dipastikan tidak aka nada saling mendoakan.
Jika doa dinaikkan, tampaknya hanya berhenti di langit-langit ruang ibadah,
rumah atau di manapun tempat kita berdoa. Doa-doa akan sulit sekali “sampai”
kepadaNya jika kesehatian kita semu. Ingat ada juga firman di Matius 18: 19-20:
“Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang
dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu
akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga
orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.”
Hanya
dua orang! Maksudnya jumlah bukan merupakan masalah. Syaratnya bukan
jumlah, tetapi kesepakatan, komitmen bersama dalam melakukan iman,
pengharapan dan kasih Tuhan. Harus ada kesehatian. Kesehatian
memberlakukan segala FirmanNya. Bahasa asli sepakat atau sehati adalah “sumphoneo” yang artinya harmonis,
bersamaan, kompak, setuju. Dari kata ini kita dapatkan kata simfoni, paduan suara hati
(Iman) yang indah.
Simfoni indah yang dilantunkan oleh sebuah orkestra yang
tidak berasal dari alat musik dan suara yang sekadar seragam sama. Tetapi
berasal dari beragam suara dan alat musik, ada terompet melengking tinggi
sementara dilengkapi suara cello berguman rendah. Suara piano timbul dan
tenggelam, di sela-sela iringan banyaknya biola. Dan seterusnya. Namun semua
kompak melantunkan lagu yang indah sekali!
Rupanya
Tuhan sangatlah menyukai simfoni kesehatian ini. Bila Ia mendengarkan
lagu-lagu merdu orkestra kesehatian kita. Melalui doa yang terus-menerus , juga
perbuatan mengasihi tiada henti (Ora et Labora). Yakinlah, Ia segera menyuruh
para malaikat-malaikatNya memenuhi tempat di mana kita berada dengan berkat.
“Tempat itu” bisa berupa rumah tangga kita masing-masing, kampus, sekolah,
kantor Anda, maupun gereja dan kota Jakarta dan negeri kita Indonesia. Bahkan
berlaku untuk seluruh kehidupan di planet bumi: “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila
saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di
atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher
jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung
Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk
selama-lamanya.” (Mazmur 133:1-3)
Mari berpaling ke arah dan menujukan pandangan mata
iman juga seluruh hidup kita hanya kepada Tuhan Yesus Kristus. Mensyukuri dan
percaya sungguh atas berkat-berkat dari Allah Bapa. Dan selalu memohon urapan
Roh Kudus agar menunjukkan cara untuk menaruh kepercayaan di jalan ketaatan. Ingat,
Yesus sendiri sepenuhnya mempasrahkan hidup-Nya kepada Allah Bapa. Bahkan di
konteks Salib, saat di tengah penderitaan fisik, emosional dan spiritual, Dia
dengan setia dan taat berkomunikasi (berdoa) merangkul kehendak kasih Bapa-Nya.
Beberapa saat lalu misalnya, terjadi satu hal yang
sangat memprihatinkan di Sudan. Tanpa niat menghakimi, namun mari jadikan ini
refleksi juga kekuatan kesehatian dan doa-doa kita, mengutip berita KOMPAS.com :
Di Khartoum, Pengadilan
Sudan menjatuhkan hukuman gantung kepada seorang perempuan karena meninggalkan
agama Islam dan menikahi seorang pria Kristen. "Kami memberi Anda tiga
hari untuk meninggalkan agama (Kristen), tetapi Anda berkeras tidak akan
kembali ke Islam. Saya memutuskan Anda harus digantung," kata hakim kepada
perempuan itu, seperti dilaporkan kantor berita AFP, Kamis (15/5/2014).
Kedutaan-kedutaan besar Barat dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mendesak Sudan menghormati hak perempuan yang sedang hamil delapan bulan itu untuk memilih agamanya. Media setempat melaporkan, hukuman itu tidak akan dijatuhkan hingga dua tahun setelah ia melahirkan. Mayoritas populasi Sudan beragama Islam dan negara itu pun menggunakan hukum Islam.
Kedutaan-kedutaan besar Barat dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mendesak Sudan menghormati hak perempuan yang sedang hamil delapan bulan itu untuk memilih agamanya. Media setempat melaporkan, hukuman itu tidak akan dijatuhkan hingga dua tahun setelah ia melahirkan. Mayoritas populasi Sudan beragama Islam dan negara itu pun menggunakan hukum Islam.
Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berdoa
dengan penuh ketekunan dan melihat bagaimana Allah menanggapi doa-doa kita
dalam kasih. Allah sungguh mengasihi kita. Apabila ada sesuatu yang tidak
bekerja seperti kita rencanakan, janganlah kita cepat-cepat merasa putus-asa
atau mulai menggerutu, bahkan menyalahkan Allah.
Marilah kita merenungkan
teladan hidup Tuhan Yesus Kristus sendiri. Mari mau menyerahkan hidup kita
sepenuhnya kepadaNya. Jangan jemu-jemu berdoa (terlebih mendokan orang lain)
dan memohon. Karena Allah Bapa selalu mempunyai pemikiran atau rancangan yang
terbaik bagi kita – walaupun situasi dan kondisi yang berlangsung tampaknya
sangat sulit di kehidupan ini.
Kesehatian dan tekun berdoa adalah kunci kita boleh
saling menjadi saluran berkat Tuhan. Sebagai murid-murid dan pengikut Tuhan
Yesus Kristus. “Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama,..”
(ayat 14). Dan bahkan lebih lagi menjadi saluran berkat kasih penyelamatanNya
bagi lebih banyak orang lainnya.
Dari hati kita menyentuh hati siapapun, suku
bangsa apapun bahkan agama apapun mereka. Lebih banyak melakukan
perbuatan-perbuatan yang baik dan mengasihi sesama manusia. Hati yang mengasihi
Tuhan dan sesama. Kesehatian dalam kasihNya terus memampukan kita lebih
mendoakan dan memberlakukan pelayanan nyata setiap hari. Menjadi saluran berkat
kasih karunia Allah. Mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik dan semakin indah. Amin.