Yohanes 10: 22-30
SEMAKIN PEKA
Di dekat garis finis Maraton Boston,
Amerika Serikat, dua ledakan bom mengguncang Lombard maraton tertia di
dunia tersebut. 150 orang cedera dan sedikitnya tiga orang tewas. Aksi
terorisme ini kembali menegaskan bahwa masih ada pihak yang menolak
kehidupan yang baik, saling menerima, sportif, sehat, damai sejahtera
dan berjuang menuju "garis finish" kebahagiaan sejati.
Tuhan
Yesus Kristus pun beberapa kali pernah ditolak, seperti yang terjadi di
perikop kita kali ini. Sesungguhnya bukan sekadar Yesus yang ditolak,
tetapi ajaran dan teladan hidup dalam kasih damai sejahtera,
sesungguhnya itu yang ditolak. Tepatnya di hari raya Pentahbisan Bait
Allah di Yerusalem, orang-orang Yahudi mempertanyakan bahkan meragukan
bahwa Dia adalah Mesias. Di ayat 25, Tuhan Yesus menegaskan, "Aku telah
mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya;.."
Jangan
sekali-kali menolakNya. Karena itu berarti kita akan menolak hidup dalam
kasih keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Mari jadi umat yang menerima dan
membagikan lebih banyak kasih dan kebaikan. Berani jadi domba-domba
Allah yang mau percaya nyata. Dan percaya hanya bisa dimiliki jika kita
mau lebih peka.
Peka mendengar suara "Gembala yang baik", sehingga bisa
lebih peka hatinya bagi sesama. "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku
dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku" (ayat 27). Mari menolak
kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk yang kerap berawal dari hati
yang keras. Mari miliki hati yang lembut, pikiran yang baik dan pribadi
yang bisa lebih peka, peduli dan lebih mengasihi.
Menyenangkan hati
Tuhan dan memperjuangkan kehidupan bersama keluarga, tetangga dan
siapapun, penuh kedamaian. Amin.
tulisan & foto: Lusindo Tobing
Kisah Para Rasul 9: 1-19a
TEGAR
Setelah
ditebus lalu apa sikap kita? Setelah dimenangkan dari kuasa maut dan
mendapat Keselamatan, lalu apa yang seharusnya kita lakukan? Kepastian
Keselamatan kita di dalam Kristus, sama seperti pertobatan dan
keselamatan Paulus, bukan saja berarti perintah untuk menyampaikan
Injil. Tetapi juga suatu panggilan untuk tegar menderita bagi Kristus.
Sejak
awal Paulus diberitahukan bahwa akan mengalami banyak penderitaan demi
Kristus. ".., betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh
karena nama-Ku." (ayat 16). Dan Paulus menjalani semua itu dengan tegar.
Dalam kerajaan Kristus, menderita karena namaNya menjadi pertanda
perkenan tertinggi Allah (baca juga Kisah Para Rasul 14:22) dan jalan
menuju pelayanan yang berhasil dengan anugerah berlimpah di sorga.
Penderitaan harus bekerja di dalam diri orang percaya, supaya Kasih
Allah dapat mengalir dari tiap kita kepada orang lain (baca Matius 5:
11-12) bahkan membawa kebahagiaan sejati.
Mari tegar untuk
bersedia jadi alat penyelamatan Allah bagi dunia. Tegar itu berarti
setia dan taat melayani. Tidak sedikit orang menolak kesempatan melayani
Tuhan. Ada yang merasa tidak punya waktu, tidak mampu atau merasa
hidupnya terlalu kotor. Ananias sempat ragu menerima tugas dari Tuhan
untuk menumpangkan tangannya ke atas Saulus, karena ia tahu betapa
jahatnya Saulus (ayat 13). Tetapi setelah mendengarkan maksud Tuhan atas
diri Saulus, Ananias taat.
Begitu pula khususnya Saulus yang sebelumnya
jahat, telah dipilih Tuhan untuk menjadi Paulus. Rasul besar yang setia
memberitakan dan berani menderita bagiNya hingga akhir hidup.
Meneladankan kepada kita di konteks kehidupan yang kian modern namun
kian berat sekarang ini. Untuk tetap tegar menanggung penderitaan bagi
kemuliaan Kasih Allah dalam Kristus. Amin.
tulisan & foto: Lusindo Tobing.