Matius 13: 24-30
Pendidik Kebaikan
foto oleh: lt.
Aksi bullying yang kembali muncul di
Indonesia belakangan ini, membuktikan bahwa di tempat yang baik, di sebuah
proses yang diupayakan setia baik, dan di upaya pertumbuhan yang menuju semakin
baik, selalu ada ketidak-baikan atau ketidak-benaran dan bahkan kejahatan! Pesan
seperti inilah yang ingin disampaikan dan diingatkan Tuhan Yesus Kristus
melalui perumpamaan di perikop Matius 13:24-30 kali ini.
Khususnya di konteks Yesus, di
daerah Galilea tumbuh semacam lalang yang daunnya mirip daum gandum; orang baru
dapat membedakannya ketika gandum dan lalang tersebut mulai berbulir (ayat 26).
Selama firman Tuhan ditaburkan di dunia, Iblis terus berusaha menghancurkannya.
Tetapi ketika saat menuai tiba, gandum akan dipisahkan dari lalang. Lalang akan
diikat berberkas-berkas lalu dibakar. Fokus pengajaran Tuhan Yesus melalui
perumpamaan ini ialah penghakiman akhir. Kerajaan Sorga tidak mungkin terdiri
dari dua jenis manusia yang bertolak belakang. Kejahatan akan dimusnahkan, dan
benih kerajaan yang sudah matang akan dituai.
Mari mulai dari diri sendiri, terus berjuang melakukan kebaikan.
Mari
bersama dengan orang lain (siapapun, kapanpun dan di
manapun), kita memperjuangkan
tampilnya kesepakatan yang baik
dan semakin bermunculannya perbuatan-perbuatan
yang baik.
Jangan biarkan “lalang” bullying hanya menjadi persoalan lembaga
pendidikan (sekolah dan kampus), apalagi melulu tanggungjawab
guru dan dosen. Anak-anak
yang masih SD dan SMP sampai bisa
melakukan ketidakbaikan dan perbuatan
bullying kepada temannya,
tentu tidak muncul begitu saja! Kemungkinan besar
mereka
bertumbuh diberi perlakuan “benih-benih ketidakbaikkan,”
minimal mencontoh-meneladani
“lalang” dari sikap perbuatan
orangtua dan atau orang-orang yang lebih tua di
dekat mereka.
Karena itu sampai nanti dunia berakhir, apapun pekerjaan, fungsi
dan posisi kita dalam keluarga, gereja dan masyarakat, jangan
menjadi contoh
yang tidak baik, tetapi setialah menjadi pendidik-
pendidik kebaikan. Amin.
Pdt. Lusindo Tobing