PEDULI
Ester 7: 1-10.
Bayangkan sosok Ester. Yup, Ratu Ester. Perempuan Yahudi pertama yang menjadi ratu, khususnya di pemerintahan dan bangsa di luar Yahudi. Paras sangat sangat sangat cantik. Hingga bisa memenangkan "kontes ratu" yang diikuti ribuan perempuan dari Persia sendiri maupun dari berbagai negeri dan bangsa lain.
Singkat cerita yang kurang-lebih juga kita sudah tahu, bahwa Israel dijajah oleh Babel (bahkan minimal yang tercatat adalah sebanyak 2 kali). Kemudian Babel -bangsa yang besar dan kejam itu- ditaklukkan oleh Persia. Kerajaan dan bangsa yang lebih besar dan kemungkinan besar juga lebih kejam. Ketika waktu demi waktu berjalan, raja demi raja berganti, tibalah saat pemerintahan seorang Raja Persia bernama Ahasyweros.
Raja Ahasyweros inilah yang membuka kontes pemilihan ratu tersebut tadi. Dilatarbelakangi oleh beberapa masalah karena pembangkangan ratu sebelumnya terhadapnya, maka Raja Ahasyweros mencari pengganti untuk dijadikan ratu. Singkatnya, terpilihlah Ester. Menjadi isteri Ahasyweros, sekaligus menjadi Ratu Persia, Ratu Ester.
Rupanya, Ratu Ester tidak hanya cantik "luar"-nya saja. Tidak hanya paras, penampilan secara menyeluruh bahkan tidak hanya cara dan sikap keseharian sebagai seorang ratu yang terlihat cantik. Tetapi khususnya hati Ester adalah dasarnya cantik! Ratu yang dibesarkan oleh Mordekhai ini, sepeninggal ayah kandungnya ketika Ester kecil, dan dirawat hingga besar lalu menjadi ratu, menerima "benih-benih" kemurnian, kebenaran dan kebaikan dari Allah. Dan itu sungguh tertananam di hati, pikiran juga sikap tingkah perbuatannya.
Jadi, tidak sekadar cantik "luar-dalam" yang sering dunia nyatakan dan banggakan. Tetapi mungkin yang jauh lebih tepat adalah Ratu Ester memiliki kecantikan "dalam-luar". Kecantikan yang sesungguhnya ada di dalam hati. Dan itu sungguh nyata keluar melalui sikap perbuatannya yang cantik dan manis bagi sesama.
Salah satu indikasi dan buktinya adalah peristiwa dalam perikop kita kali ini. Ketika Haman, salah satu orang terdekat Raja mencoba memutarbalikkan fakta dan berita sehingga hampir berhasil dengan rencana busuknya. Yakni: Memusnahkan Bangsa Israel! Dan itu berarti termasuk diri Ratu Ester sendiri.
Tetapi sesungguhnya posisi dan jabatan Ester sudahlah sangat aman. Aman bahkan sangat nyaman. Kemungkinan jikalau rencana jahat Haman tersebut terlaksana, maka dia pasti akan "tak tersentuh". Karena Ester sekali lagi adalah Ratu. Tetapi apapun juga, Ester tidak hanya melulu memikirkan dirinya sendiri. Ester sungguh peduli dan memikirkan keselamatan seluruh bangsa Israel yang saat itu masih "tersisa" ada dan tinggal di daerah kekuasaan Kerajaan Persia. Karena sebagain besar lainnya sudah terlebih dulu kembali ke tanah Israel, sebab Persia mempersilakan dan memebri kebebasan untuk itu.
Ratu Ester memiliki kepeduliannya yang sangat besar, dan hal inilah yang membuat dia berani. Ya, berani untuk menyatakan apa yang sesungguhnya, mana yang benar dan mana yang tidak benar. Bahkan Ratu Ester berani untuk berusaha menghentikan rencana kejahatan.yang direncanakan Haman kepada bangsa pilihan, "biji mata" Allah itu. Ratu Ester berani bersikap. Bahkan berani bertindak dengan hikmat Allah. Dengan cara dia sebagai Ratu dan berbagai konsekuensinya.
Kita tahu lanjutan peristiwa ini, ya, Ester dengan berani datang langsung menghadap Raja, tanpa diundang Raja terlebih dulu. Karena di jaman itu, bila seseorang atau pihak manapun yang bisa datang menghadap Raja adalah harus atas undangan juga panggilan sang raja. Tidak bisa asal saja datang dan menghadap lalu menyampaikan permohonan dan sebagainya. Jika ada yang melanggar ketentuan dan peraturan ini, maka hukumannya sangat jelas: hukuman mati!
Tetapi Ester berani menghadapi berbagai kemungkinan tersebut. Bahkan kemungkinan terburuk -hukuman mati- tadi. Sekali lagi karena ia sungguh peduli. Peduli yang penuh kasih kepada Allah dan dibuktikan nyata kasih pedulinya kepada bangsanya, Israel. Coba perhatikan apa yang akhirnya dilakukan Raja Ahasyweros, ia mengulurkan tongkat emasnya kepada Ester, sang ratu. Ini tanda penerimaan Raja kepada siapapun. Dan tentu, Ratu Ester selamat dari resiko hukuman karena "lancang" langsung menghadap Raja, selamat dari hukuman mati. Siapa peduli, berani!
Ya, siapa yang memiliki kepedulian, maka ia akan memiliki keberanian untuk menyatakan mana dan apa yang benar dari hati nuraninya. Tidak ragu, tidak bimbang. Mari, kita belajar dari Ester tentang peduli yang murni ini. Peduli yang murni berindikasi kepada keberanian untuk berkata ya bila ya dan tidak bila tidak. Tanpa mengharap kompensasi atau pamrih dan bersih jernih tanpa pretensi apapun.
Mari setia peduli karena Allah sangat peduli kepada kita. Ini yang dilakukan Ratu Ester setelah ia diterima Raja tadi. Kita tahu dengan cerdas dan sangat mengetahui posisi dan potensi dirinya sebagai ratu, Ester mengundang Raja Ahasyweros dan juga Haman untuk jamuan makan. Nah, di saat jamuan tersebutlah, Ester dengan tetap dengan berani menunjuk Haman sebagai biang keladi dari rencana busuk untuk membinasakan bangsa Israel. Seketika itu juga Raja sangat murka kepada Haman. Dan hukuman diberikan kepada Haman yang akhirnya kita tahu mati tergantung di tiang yang dibangunnya sendiri. Yang sebelumnya disiapkannya untuk menggantung mati Mordekhai, saudara ayah Ester yang telah membesarkan dan mendidiknya dengan hikmat bijaksana Allah.
Dan terakhir: Yang peduli, pasti lebih lebih dan lebih lagi diberkati! Ratu Ester mendapat kesan yang sangat dan makin cantik di mata Raja Ahasyweros. Karena kejujurannya. Karena kepeduliaannya yang sangat besar. Dan kisah ini kita tahu berakhir happy ending, karena tidak hanya Ester dan Mordekhai yang tidak jadi terbunuh. Tetapi seluruh bangsa Israel, khususnya yang ada di bawah kekuasaan Persia saat itu, boleh selamat!
Ayo peduli, karena Allah telah dan selalu.. p.e.d.u.l.i.
Amin.
tulisan & foto: lusindo tobing