Mazmur 95: 1-11
Hidup
Saleh dengan Tidak Mengeraskan Hati
foto oleh: lt
Membaca
perikop kali ini, saya jadi membuat ungkapan
begini: “Sesat di jalan, Tuhan
masih berkenan. Tapi keras hati dan
sesat hati, Tuhan tidak berkenan!” Karena
ketika tersesat di jalan,
baik di jalan raya maupun di jalan kehidupan, Allah
masih bisa
menegur dan kita bersedia dituntun-Nya menemukan jalan keluar.
Jalan
yang benar. Tetapi kalau hati sudah mengeras dan tersesat,
kita tidak mau
disapa (apalagi ditegur) Allah. Hanya mengandalkan
kekuatan diri sendiri, kita
sendiri yang mengeraskannya dan karena
itu, diri sendirilah yang akan
menanggung kesalahannya untuk
selama-lamanya.
Mari
jangan keraskan hati. Apalagi saat ditegur-Nya.
Tulisan Mazmur adalah juga seruan kenabian atau merupakan
liturgi tentang hukuman
Allah. Mazmur kita kali ini mengundang
umat untuk memuji Allah (ayat 1-2 & 6),
disertai alasannya (ayat
3- 5 & 7), lalu mengundang umat untuk taat
kepada-Nya (ayat
7-11). Penulis Mazmur ini mengajak kita bergerak maju, dari
ajakan pujian ke pengajaran, bahwa Allah adalah Raja yang
berdaulat atas segala
sesuatu.
Kini saatnya untuk menerima Firman, lebih bersedia
dikoreksi Tuhan Allah dan benar-benar mau melakukannya.
Memasuki Minggu Pra
Paskah III ini, mari berikan hati kita bagi
firman Tuhan karena hanya Tuhan yang
bisa memampukan kita
untuk menjalani berbagai pergumulan dan perjuangan hidup
seberat
apapun juga. Jangan keraskan hati, apalagi sampai sesat hati.
Lembutkan
hati dan jadilah saluran berkat bagi sesama dengan
nyata. Amin
Pdt. Lusindo Tobing