KUJAWAB YA
Lukas 1: 26-38
Tuhan
selalu berkata, menyapa bahkan memanggil kita. Tiap hari, tiap waktu. Untuk
lebih dekat dan kita bisa lebih akrab denganNya. Dengan berbagai cara dan
pemaknaan, agar kita terus hidup di dalam Kasih Karunia.
Yang kemudian
juga sangat penting adalah apa jawab kita. Respon jawab kita terhadap sapaan
bahkan panggilan Allah tersebut. Dari
sapaan konfirmasi akan penyertaanNya, bahwa Dia selalu ada untuk kita di
manapun dan dalam kondisi situasi bagaimanapun. Sampai kepada panggilan untuk
diutus. Untuk dipakai oleh Allah menjadi salah satu alatNya dalam proses
penyelamatan dunia?! Apa jawab kita?
Mari
belajar kembali dari sosok Maria, perawan suci, ibu dari Yesus. Saat belum hamil, bahkan belum bersuami,
Allah menyapa dan memanggil dia. Untuk sebuah misi. Tugas menjadi perantara
Logos (Firman) menjadi daging. Allah yang menjadi manusia. Yang secara natural,
tentulah melalui rahim seorang perempuan. Dan sekali lagi, perempuan itu adalah
Maria. Yang kelanjutan dari panggilan sekaligus pengutusan tersebut, prosesnya
pasti sudah kita mengerti. Terlebih Maria mengerti. Minimal seperti darimana
benih anak itu, lalu harus mengandung selama 9 (Sembilan) bukan, mengalamai
berbagai kesakitan, perubahan di tiap pertambahan waktu kehamilan, makanannya,
minumannya, gerak tubuh saat berjalan akan berbeda, penampilan secara
menyeluruh, hingga saat tidurpun akan tentu berbeda, dan seterusnya. Hingga
apalagi saat-saat persalinan!
Dan yang lebih hebat lagi adalah, tanggungjawab
sosial berhubungan kehamilannya. Maria saat itu belum bersuami. Yusuf adalah
tunangannya. Belum suaminya. Tuntutan masyarakat yang pasti meminta penjelasan.
Dengan kecenderungan yang lebih besar adalah langsung curiga kepada dia dan
Yusuf. Hingga tuduhan-tuduhan menghakimi dan ujungnya kita bisa bayangkan yang
terburuk. Hukuman masyarakat Israel kepada perempuan yang kedapatan berzinah
atau kedpatan hamil di luar nikah? Paling sadis adalah direjam dengan batu oleh
banyak orang, hingga mati!
Maria tahu itu. Sehingga saat malaikat Tuhan menyapanya dengan
salam (ayat 28) dan memberikan tugas misi kudus mulia itu, “Sesungguhnya engkau
akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang
Mahatinggi..” (ulangi baca lengkap ayat 31-33) Tampak ia sempat bertanya, “Bagaimana
hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (ayat 34) Tetapi akhirnya ia jelas menjawab “ya”.
Apalagi setelah Malaikat itu memberi penjelasan yang
sebetulnya sangat suprarasional “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah
Yang Maha Tinggiakan menaungi engkau..”
yang akhirannya ditutup dengan penjelasan bahkan penegasan, “.. Sebab
bagi Allah tidak ada yang mustahil.” (ayat 35-37). Maria menjawab ya dengan
rendah hati dan kalimatnya yang sangat indah di ayat 38, “Sesungguhnya aku ini
adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”
Mari menjawab “ya” kepada Tuhan.
Kepada sapaan bahkan panggilanNya.
Karena dalam Dia tidak ada yang mustahil.. Mari
kita sadar, waspada dan selalu setia berjuang menjawab “ya”. Menjawab jawab hanya “ya” untukNya. Amin.
tulisan & foto: Lusindo Tobing.