Filipi 1: 21-30
Menghasilkan Buah-buah Penyelamatan
Rasul Paulus tidak menguatirkan mengenai keselamatannya. Dia
percaya bahwa kesudahan semua penderitaan dan penjara itu
adalah keselamatan bagi dirinya. Baik keselamatan dalam arti ia dibebaskan dari pemenjaraan fisik maupun keselamatan surgawi (baca dan maknai ulang ayat 19).
Diri dan jiwa kita adalah milik Kristus, untuk Dia saja -- hidup atau mati -- kita mengabdikan diri. Dalam perikop kita kali ini, yang dikuatirkan Rasul Paulus adalah bagaimana hidupnya tetap dapat mempermuliakan Tuhan baik ketika ia ada di dalam penjara, maupun pada masa mendatang entah dalam keadaan apapun dia, bahkan sampai pada saat kematiannya (ayat 20). Bagi Paulus persoalannya bukan mati atau hidup, asalkan kedua-duanya memuliakan Tuhan.
Mari belajar meneladani Rasul Paulus, agar kita semakin melihat
kebutuhan dan sekaligus panggilan Tuhan untuk tetap berkarya di
dalam dunia yang kian egois dan keras. Mari semakin berkomitmen
taat pada kehendak Allah yaitu tinggal di dalam dunia ini untuk
hidup menghasilkan buah (ayat 22, 24-25). Kematian bukan
pelarian. Selama kita hidup, kita harus memberi buah: menjadi
berkat bagi orang-orang yang kepadanya Tuhan pertemukan. Kalau
tiba waktunya kematian menjemput, seperti Paulus dan kitapun
tahu, bahwa kita akan ke sorga abadi dan mulia. Namun, sekarang
selagi kita hidup, mari semakin bekerja dan melayani Tuhan. Mari
semakin menyenangkan hati-Nya dengan semakin menghasilkan
buah-buah kebaikan bagi semua orang. Amin.
Pdt. Lusindo Tobing