PENGGUNAAN KATA ALLAH
Sesungguhnya kata Allah berasal dari rumpun bahasa Aram, yaitu Al dan Ilah. Kata Ilah diartikan
sebagai Tuhan (TUHAN) yang disembah dan Yang Maha Kuasa. Penambahan kata sandang Al,
sehingga menjadi Al-Ilah. Kata Allah dipakai sebagai penyebutan nama Pribadi untuk menyebut
Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Pencipta Alam semesta.
Kata Allah sudah ada dan dikenal sejakmasa awal (konteks Perjanjian Lama) masyarakat Timur Tengah.
Misalnya, Abraham, Ishak, Yakubsudah menyembah El yang Esa, di Alkitab bahasa Indonesia,
menggunakan kata Allah.Demikian juga, suku Hanif di jazirah Arab, mereka sudah melakukan
penyembahan bersifat monotheis.Penduduk kota Mekah [sebelum munculnya Agama Islam] juga
mempunyai keyakinan pada Allahsebagai Pencipta langit dan bumi, mengatur tata surya, menguasai
iklim dan musim dan lain sebagainya.
Misalnya, Abraham, Ishak, Yakubsudah menyembah El yang Esa, di Alkitab bahasa Indonesia,
menggunakan kata Allah.Demikian juga, suku Hanif di jazirah Arab, mereka sudah melakukan
penyembahan bersifat monotheis.Penduduk kota Mekah [sebelum munculnya Agama Islam] juga
mempunyai keyakinan pada Allahsebagai Pencipta langit dan bumi, mengatur tata surya, menguasai
iklim dan musim dan lain sebagainya.
Tetapi ada sekelompok orang yang katanya ingin menjaga kemurnian nama yang disembah orang Kristen itu ternyata telah menimbulkan dampak konflik intern yang menjurus kepada perpecahan.
Sangat memprihatinkan kalau di satu gereja orang berdoa, “Kami usir roh Allah”, sedangkan di gereja
lain umat berdoa, “Penuhi kami dengan Roh Allah”. Apakah ini tidak mengoyak tubuh Kristus?
Akibatnya akan muncul jemaat sempalan yang membentuk gereja baru karena pemahaman yang
kurang luas tentang teologi dan perkembangan latar belakang budaya serta bahasa.
Sejauh ini di Indonesia belum pernah ada kasus konflik melibatkan IslamKristen yang dipicu
persoalan nama Allah. Sebaliknya bila kita menyebut nama Allah sebagai dewa air atau dewa bulan
yang disembah orang Arab dan Islam, bukankah itu merupakan penyebar ketidakbenaran yang bisa
mengakibatkan pertikaian? Bagi Islam sendiri bulan tidak dianggap sebagai Tuhan, lambang bulan
hanyalah sebagai petunjuk ritme waktu (kalender lunar). Sebenarnya masalah nama Allah di Indonesia
justru banyak ditimbulkan oleh kalangan Kristen sendiri. Misalnya dengan munculnya tulisan yang
cenderung menyudutkan dan merendahkan arti kata “Allah”.
Mengenai permasalahan yang terjadi di Negara tetangga kita, Malaysia, tentang penyebutan “Allah”,
cukup menarik memperhatikan pendapat yang disampaikan oleh Nahdlatul Ulama dalam Okezone.com:
NU sebagai Organisaasi Kemasyarakatan berbasis massa Islam terbesar di Indonesia, menyayangkan
terbitnya keputusan pelarangan penggunaan kata “Allah” untuk penyebutan nama Tuhan oleh
non-Muslim. Keputusan itu terjadi di Malaysia.
“Kami menyayangkan adanya keputusan itu, karena ahlul kitab mereka, ahlul kitab-nya Kristen dan
“Kami menyayangkan adanya keputusan itu, karena ahlul kitab mereka, ahlul kitab-nya Kristen dan
Yahudi itu menyebut nama Tuhan dengan kata Allah,” ungkap Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj dalam keterangan pers. Yang membedakan Islam dengan Kristen
dan Yahudi adalah adanya kemusrikan dan akhlak tak mulia. Jika Kristen dianggap musyrik karena
menyekutuhan Allah, yaitu memiliki ruhil qudus dan Yesus sebagai Tuhan selain Allah, sementara
Yahudi hanya memiliki Allah sebagai Tuhan, namun akhlaknya tidak mulia.
Kiai Said yang tercatat bergelar Doktor lulusan Universitas Ummul Qura’, Mekah, juga mengatakan,
Kiai Said yang tercatat bergelar Doktor lulusan Universitas Ummul Qura’, Mekah, juga mengatakan,
penyebutan nama Tuhan yang berbeda bisa diterapkan untuk Hindu dan Budha, yang di kitab sucinya
secara jelas disebutkan berbeda. (sumber: Okezone.com, 21 Okt 2013).
Dalam Alkitab [LAI, TB], pemakaian kata Tuhan Allah [Alkitab bahasa Ibrani, YHWH EL] sebanyak
57 kali dan hanya pada PL; sedangkan kata Tuhan Allah, sebanyak 9 kali [satu kali dalam PL dan
8 kali di PB]. Pemakaian tersebut diterjemahkan dari YHWH El [bahasa Ibrani] dan Kyrios Theos
[bahasa Yunani]. Semuanya menunjukkan bahwa Allah yang dipercaya dan disembah oleh orang
Kristen adalah TUHAN.Semua umat percaya perlu bersatu untuk melaksanakan hal yang lebih positif
dan berbuah nyataseperti melaksanakan Amanat Agung Yesus. Daripada meributkan masalah yang
sebetulnya tidakterlalu esensial seperti cara melafalkan nama sesembahan orang percaya dengan benar.
dan berbuah nyataseperti melaksanakan Amanat Agung Yesus. Daripada meributkan masalah yang
sebetulnya tidakterlalu esensial seperti cara melafalkan nama sesembahan orang percaya dengan benar.
Sadari dan berjuanglah untuk tidak mencampuradukkan pengertian bahasa (linguistik) dengan
pengertian teologi (dogmatik/ aqidah). Perlu diketahui kelompok pengagung nama Yahweh ini telah
mengedarkan Alkitab sendiri, yang sebenarnya secara tidak etis melakukan tindakan plagiat yaitu
dengan cara menggunakan tanpa ijin karya terjemahan LAI (yang dikerjakan oleh puluhan ahli teologi
dan bahasa yang mewakili mayoritas aliran gereja). Lalu mengganti beberapa istilah dalam Alkitab itu.
Adalah gegabah bila satu orang atau kelompok yang tidak belajar teologi formal mau menggantikan
kerja tim ahli itu dan menganggap karyanya sendiri paling benar dan karya yang lain itu salah.
Juga tentang penggabungan seperti penulisan Tuhan Allah, bukan karena sekadar untuk keindahan
kata, melainkan bermakna teologis. TUHAN [YHWH] adalah Nama Pribadi dari Allah yang disembah;
sedangkan penyebutan Allah untuk Yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Pencipta Alam semesta. Jadi,
penyebutan Tuhan Allah, bermakna Ia adalah Tuhan, Allah Yang Maha Esa, Maha Kuasa, Pencipta,
dan penuh dengan kekuatan serta kemampuan Ilahi. Sehingga jika seseorang menyebut Nama-Nya itu,
maka ia harus mencapai pangakuan bahwa Dia adalah Tuhan Allah atas segala sesuatu! Dan harus
terlihat di tengahtengah hidup dan kehidupan nyata dari orang yang percaya kepada-Nya. Misalnya,
pengakuan bahwa Tuhan itu Allah, Tuhan itu Esa,” Ul 5:7, 6:4; Kel 20:3. Ia telah menciptakan langit
dan bumi serta seluruh isinya, dan yang tetap memelihara kita serta seluruh kehidupan sampai akhir
zaman, Kej 1:2; Maz 24:1-2; 89:89; 104:1 dst; Kol 1:16.
Allah telah menyatakan Diri-Nya kepada manusia dengan berbagai cara, Maz 19:2-3; Rom 1:19-20,
tetapi yang tersempurna melalui dan dalam Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita!
Dari catatan sejarah yang nyata sesungguhnya: Kehidupan Umat Kristen di Indonesia sejak abad XVI
telah menggunakan nama Allah dalam terjemahan Alkitab. Dalam terjemahan bahasa Melayu dan
Indonesia, kata “Allah” sudah digunakan terus menerus sejak terbitan Injil Matius dalam bahasa
Melayu yang pertama (terjemahan Albert Corneliz Ruyl, 1629). Begitu juga dalam Alkitab Melayu
yang pertama (terjemahan Melchior Leijdekker, 1733) dan Alkitab Melayu yang kedua (terjemahan
Hillebrandus Cornelius Klinkert, 1879) sampai saat ini. Dan perjalanan kehidupan serta pelayanan
Gereja Tuhan di Indonesia telah berkembang dan diberkati sejak abad XVI walaupun menggunakan
nama Allah.
Dan renungkanlah lebih dalam: Bapa Sorgawi tahu dan selalu lebih tertarik kepada hati kita. Hati yang
tulus dan murni menyembah-Nya dengan menyebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, tanpa
membayangkan menyembah dewa. Bapa tidak menganggap itu menghujat Dia karena Bapa melihat
hati yang mengasihi pribadi-Nya bukan hanya karena soal pelafalan nama-Nya. Sebaliknya memakai
nama Yahweh atau El/Elohim tanpa menghormati Pribadinya sama dengan mencemarkan nama-Nya.
Seperti Israel yang menyebut El/Elohim atau Yahweh tapi tidak hidup menurut jalanjalanNya
sehingga Allah merasa jemu dan jijik akan korban bakaran mereka bahkan kemudian mereka
dihukum oleh Dia.
tulus dan murni menyembah-Nya dengan menyebut Allah Abraham, Ishak dan Yakub, tanpa
membayangkan menyembah dewa. Bapa tidak menganggap itu menghujat Dia karena Bapa melihat
hati yang mengasihi pribadi-Nya bukan hanya karena soal pelafalan nama-Nya. Sebaliknya memakai
nama Yahweh atau El/Elohim tanpa menghormati Pribadinya sama dengan mencemarkan nama-Nya.
Seperti Israel yang menyebut El/Elohim atau Yahweh tapi tidak hidup menurut jalanjalanNya
sehingga Allah merasa jemu dan jijik akan korban bakaran mereka bahkan kemudian mereka
dihukum oleh Dia.
Karena itulah, daripada hanya ribut juga ribet mempersoalkan penggunaan apalagi sekadar pelafalan
nama-Nya saja. Mari kita lebih mengasihi, lebih menghormati, lebih menyembah pribadi-Nya. Dan
lebih menaati dan lebih dan lebih lagi melakukan perintah-Nya, dengan wujud mengasihi sesama
dan seluruh kehidupan. "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada
kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22: 37-40). Amin.
Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.