1 Timotius 2: 1-7
BERSAKSI
Fenomena Vickynisasi sedang banyak dibicarakan. Berawal dari Vicky
Prasetya, mantan tunangan seorang penyanyi dangdut. Menjadi sangat terkenal (khususnya
di dunia maya) karena hasil wawancara dengannya diunggah ke situs video sharing
Youtube.
Tanpa ada beban sedikitpun, Vicky yang terindikasi menipu beberapa
orang itu, mengeluarkan kata-kata ajaib dan “tata bahasa gado-gado” yang tidak
jelas artinya saat diwawancarai. Seperti “kontroversi hati”, “konspirasi
kemakmuran”, “harmonisasi”,
“statusisasi”, “labil ekonomi”, hingga “kudeta keinginan”.
Tidak mengherankan
jika di dunia maya dan keseharian kini, nama Vicky banyak dibicarakan,
dijadikan lelucon bahkan olok-olok.
Atau sejak zaman Orde Lama lalu misalnya, ada kebiasaan mengucapkan “daripada”. Juga di kalangan anak muda sekarang, yang sering mengucapkan misalnya kata atau kalimat, “secara”, “ngga mood”, “penting gitu,” dan lain sebagainya.
Mari belajar berkata-kata yang benar. Khususnya menyampaikan isi dan arti yang benar. Sehingga kita tidak terus-menerus membodohi dan menipu diri sendiri. Apalagi tidak menipu orang lain. Untuk akhirnya kita akan berani bersaksi tentang Kebenaran kepada dunia.
Seperti Rasul Paulus meneladankan lewat berbagai tulisannya, ucap kata nasihat dan kotbahnya. Juga jujur dan jelas mengajarkan kebenaran tentang Tuhan Yesus Kristus, melalui tingkah laku nyata sehari-hari. Kepada Timotius di konteks perikop ini, “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.” (ayat 7).
Dan juga sampai kini kepada kita. Di fenomena Vickynisasi atau fenomena lain apapun juga. Teruslah hidup benar, berkata dan bersaksi tentang Kasih dan FirmanNya, sumber kebenaran. Bahkan Kebenaran yang sesungguhnya! Amin.
Tulisan & foto: Lusindo Tobing.