Matius 16: 21-28
Beribadah dengan Memikirkan Apa yang
Dipikirkan Allah
Pikiran Simon Petrus
menentang pikiran Guru dan Tuhannya: Yesus Kristus. Jelas Petrus hanya
menggunakan hikmat dunia, bukan hikmat Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Petrus
tidak dapat menerima bahwa Mesias, Anak Allah yang hidup, akan mati. Kristus
mengungkapkan pemikiran lain yang berbeda kepada Petrus dan para murid-Nya, dengan
memberitahukan perihal salib dan penderitaan. Petrus masih sulit berpikir bahwa
kematian, bagi Tuhan bukan berarti kekalahan dan atau kegagalan. Kematian-Nya
justru mengalahkan maut dan dosa. Tidak sepatutnya Petrus membantah apalagi
menasihati-Nya dengan nada memerintah: "Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau" (ayat 22), padahal
Kristus telah berkata, "Hal ini
harus terjadi" (ayat 21).
Ketika kita ditipu (seperti
kasus First Travel), atau ketika musibah bencana alam menghantam (seperti hujan
badai dan banjir yang menerjang Texas, Amerika), mari tetap bahkan semakin berpikir
seperti Allah berpikir. Bukan pola pikir iblis, Petrus ditegur Tuhan Yesus, “Enyahlah
iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa
yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (ayat 23). Hal-hal yang dipikirkan Allah memang
seringkali berbenturan dan bersilangan dengan hal-hal yang dipikirkan manusia, seperti kenikmatan daging,
kesenangan pribadi, dan nama baik kita saja.
Mari berjuang mewujudkan
pikiran-Nya yakni mengasihi, memberkati dan menyelamatkan semua orang. Jika hal-hal
ini yang kita pikirkan, maka kedagingan kita sangkal, bahaya bisa kita hadapi,
dan kesukaran dapat dijalani serta diselesaikan. Kita semakin bersedia
memikirkan keadaan orang lain, bukan hanya diri sendiri dan siap membantu sesama
manusia dengan Kasih Allah. Dasar semua itu sekali lagi adalah: selalu
memikirkan apa yang dipikirkan Allah. Sehingga kita tidak hanya beribadah di Hari
Minggu tok, tetapi di keseharian kita
menyembah dan memuliakan (beribadah) kepada Tuhan Allah. Setiap hari, kita mewujudnyatakan
pikiran Allah dengan menjalani kehidupan yang menghidupkan! Amin.
Pdt. Lusindo Tobing