Yesaya 51: 1-6
Peka Mendengar Suara Tuhan
Sejak remaja, saya sudah menyukai seni khususnya music dan lagu
tradisional. Anda pasti setuju bahwa ada keindahan illahi dalam nada yang
dimainkan, ada terapi pemulihan dana atau pemberi semangat dalam suara music
serta suara, dan kebijaksanaan di tiap kata kalimat syair juga harmoni yang
kita dendangkan dan nikmati. Seperti keindahan perikop kita
kali ini: Suara Allah yang menghibur Israel. Juga kita yang membacanya di
konteks kekinian.
Israel masih menjalani penderitaan di tanah pembuangan
akibat
dosa mereka. Keadaan tersebut membuat mereka sulit merasakan
penyertaan
Allah. Namun Tuhan mengingatkan bahwa berkat
Abraham tetap berlaku. Allah
mengajak umat-Nya mengenang
kembali perbuatan-Nya dahulu saat Ia memberkati
keturunan
Abraham dan Sara sehingga mereka menjadi bangsa yang besar.
Kini Ia
akan melakukan perbuatan yang sama yaitu membangun
kembali kesatuan umat Israel
(ayat 2-3). Bahkan lebih lagi,
keselamatan juga akan datang kepada bangsa-bangsa
lain (ayat
4-6). Mari peka dan mau semakin mendengar suara-Nya, agar masa
depan
cerah berada di pihak kita, tetapi bila tidak, penghukuman
Tuhan menjadi bagian
kita. Kata-kata penghiburan yang
disampaikan untuk orang yang menderita
bagaikan air sejuk bagi
yang kehausan. Kalau Allah yang menghibur, kesejukannya
memancar dari hati dan mengalir ke seluruh tubuh.
Peka untuk mendengar dan mengeal Suara-Nya, melalui fenomena kehidupan sehari-hari
khususnya melalui seni-budaya kita, tidak boleh berakhir. Budaya adalah warna
dan cermin kehidupan, yang harus bisa kita gunakan menjadi saluran suara Tuhan
yang menghibur, menuntun dan menguatkan, menjadi saluran pewartaan
Keselamatan-Nya kepada semua orang. Amin.
Pdt. Lusindo Tobing