1 Timotius 2: 1-7
FIRMAN-MU MENDORONG KAMI
UNTUK BERSAKSI
Kekristenan
berkembang bukan hanya karena peran para penginjil ternama. Namun juga melalui
kesaksian hidup para "penginjil" anonim. Orang-orang yang dalam peran
dan profesinya masing-masing telah memberi kesaksian indah bagi masyarakat
sekitar. Seorang dokter kristiani yang berbeda dari dokter lain. Seorang
pejabat kristiani yang berbeda dari pejabat lain. Seorang
mahasiswa kristiani yang berbeda dari mahasiswa lain, dan sebagainya.
Iman kristiani mereka betul-betul nyata dalam kehidupan sehari-hari, melalui
sikap dan tutur kata yang ditunjukkan.
Jemaat
mula-mula adalah jemaat yang bertumbuh sangat pesat. Ciri-ciri hidup mereka
selain tekun dalam pengajaran para rasul, satu sama lain memiliki hidup kebersamaan
yang kuat dan akrab. Juga memberi pengaruh positif bagi orang-orang luar. Menjadi
saksi yang setia, sehingga kehadiran pengikut dan jemaat Kristus sungguh
menjadi berkat bagi orang-orang sekitar.
Tugas itu adalah memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni. Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.
Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. “Iman dan Kebenaran”, kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih. Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang. Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1: 9-11 & 3:9).
Sehingga makin jelas
kita mengerti dan pahami, pesan juga perintah Firman Tuhan yang mendorong kita
menyatakan kesaksian di ayat 7: “Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan
sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta --
dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.” Mari
lebih bersaksi dengan talenta, kemampuan, kekuatan serta kesempatan yang Tuhan
sudah beri. Melalui apapun profesi kita, jabatan, pangkat maupun bidang
pekerjaan dan pelayanan yang kita lakukan di kehidupan sehari-hari.
Untuk akhirnya, dari
hati yang murni disalurkan bagi sesama, untuk keluarga, negara dan masyarakat. Bersaksi
sehari-hari. Khususnya semakin bersedia bersaksi dengan menjadi saluran berkat
Tuhan bagi mereka yang berkekurangan. Kita menolong yang memerlukan pertolongan
dan membantu yang membutuhkan bantuan. Di manapun, kapanpun dan dalam keadaan
bagaimanapun. Amin.
Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar