25 Juli 2011

refleksi minggu keempat Juli 2011


MAMPU MEMBEDAKAN

I Raja-raja 3: 1-15


Apa jawab kita jika suatu waktu Allah datang bertanya sekaligus berfirman,”Apa yang kau mau agar Kuberikan padamu?” Kemungkinan besar kita akan sangat kesulitan menentukan atau menyusun daftar permintaan kepadaNya.

Firman Tuhan kali ini mengajarkan kita melalui Hikmat Salomo, untuk meminta dan berdoa yang baik! Permintaan yang baik bahkan doa yang baik pastilah berisi hal-hal yang baik di mata Tuhan, bukan hanya di mata manusia. Inilah yang kita serap dari bagian ayat 10, “Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian.” Hal yang bagaimana?

Adalah saat Salomo muda mempersembahkan seribu korban. Ya, seribu korban bakaran di atas mezbah di Gibeon. Sehingga dalam mimpinya Allah berfirman, ”Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (4-8) Dan jawab Salomo sangat luarbiasa, permintaan yang sangat baik, doa yang indah sekali, “Maka berikanlah kepada hambaMu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umatMu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umatMu yang sangat besar ini?” (Ayat 9).

Mari jadi seperti anak-anak yang mau diajar. Agar memiliki hati penuh hikmat juga pikiran penuh pengertian, hingga kita mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat! Kemudian hidup bersikap membenci yang jahat, dengan berjuang keras untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan jahat.

Namun sebaliknya, menyetujui hal-hal yang baik. Hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya (ayat 14). Bahkan mendukung dan berjuang sungguh-sungguh memberlakukan nyata, perbuatan pelayanan yang berkenan di mata Tuhan saja. Membedakan, menetapkan, lalu nyata melakukan, yang baik! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

18 Juli 2011

refleksi minggu ketiga Juli 2011


MERDEKA DARI HUKUM

Roma 8: 1-11


Harga beras naik lagi! Berita dan khabarnya terakhir mencapai Rp. 700 – Rp. 1000 / kg untuk satu pekan ini saja. Tiap hari naik sekitar Rp. 100/kg. Rakyat kembali mengeluh, khususnya ibu-ibu rumahtangga penat ketakutan, lagi dan lagi!

Tapi mari hiduplah dalam Roh! Maksudnya? Mari memikirkan tidak melulu hanya soal daging (makanan, minuman dan pakaian) saja. O iya tentu, semua itu perlu, tetapi ketika kita hanya hidup dalam daging maka yang muncul ya itu tadi ketakutan dan bisa –bisa tidak tahu jalan ke luar. Buntu mengambil langkah pemecahan.

Sebab mereka yang hidup menurut daging , memikirkan hal-hal yang dari daging. Mereka yang hidup dalam Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh (baca lagi ayat 5). Dan hanya di dalam Roh Allah saja kita bisa tenang menentukan jalan dan langkah ke depan terbaik yang harus kita perbuat. Bagi diri sendiri maupun bagi keluarga, juga bahkan bagi sesama yang lebih menderita.

Roh sajalah yang bisa menuntun dan menguatkan. Memberi kita semangat hidup karena dimerdekakan dalam Kristus. Dimerdekakan dari segala ancaman, sampai ancaman hukum dosa dan hukum maut. Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tidak berdaya oleh daging , telah dilakukan oleh Allah. (ayat 2-3).

Sehingga pikiran dan hati bisa tetap damai sejati. Bekerja dan beraktifitas terus dengan lebih baik. Jalan ke luar, ide, kreatifitas, kesehatan dan berkat-berkatNya akan lebih lagi diberi.

Di harga tinggi bagaimanapun, tetaplah percaya dengan rendah hati, kita pasti dijaga, pasti ditolong dan diselamatkan Allah. Dimerdekakan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

12 Juli 2011

refleksi minggu kedua Juli 2011


DIDIK

Mazmur 86: 11-17

Ini sebuah doa. Tepatnya doa dari seorang hamba Tuhan yang setia, yang selalu datang berseru dan Allah menjawab. Doa seorang Daud.

Daud meminta ditunjukkan jalan, jalan Tuhan agar hidup kehidupannya sesuai kebenaran. Dididik dalam kebenaran Allah. Takut menyembah, memuliakan dan bersedia hidup dibentuk oleh ajaran-ajaran dalam namaNya. Di tengah orang-orang yang semakin banyak tidak mau lagi dididik dibentuk Tuhan. Orang-orang yang angkuh menyerang dan gerombolan manusia sombong ingin mencabut nyawanya. Namun Daud tetap berpegang pada ajaranNya, melakukan semua perintah Allah dengan segenap hati.

Berdoa memohon hal-hal lain termasuk kebutuhan materi dan fisik, tentu boleh. Tetapi mari terlebih dulu dan selalu memiliki yang lebih penting. Mari berdoa minta didikan Tuhan. Kesadaran mau dituntun diarahkan Tuhan, memohon Dia sajalah yang menunjukkan jalan, bahkan melindungi menjagai kita. Menikmati banyak kebaikanNya walau di tengah sakit bergumul an berjuang mengikuti perintah FirmanNya.

Semua terjadi hanya untuk kebaikan kita. Kebencian dan kejahatan akan malu dan takluk jika melihat ada Kekuatan Terbesar yang selalu mengajar, membimbing kita. Selalu ditolong, dihibur, dikuatkan Allah untuk berubah jadi lebih baik dan lebih indah meneruskan perjalanan studi kehidupan, sehari lepas sehari.

Mari selalu bersedia dididikNya! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

28 Juni 2011

refleksi minggu pertama Juli 2011


BELAJAR

Matius 11: 25-30


Siapa sesungguhnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus dengan “orang bijak, orang pandai” dan “orang kecil” di ayat pertama (ayat 25) perikop kita kali ini? Rupanya yang dimaksud dengan orang pandai dan bijak adalah para ahli Taurat. Golongan yang arogan dengan ajaran-ajaran yang mereka dalami sehingga menutup hati pikirannya terhadap ajaran Yesus.

Sedangkan yang dimaksud dengan orang kecil adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin yang tidak terpelajar, tetapi mau bersikap seperti seorang anak kecil yang mau belajar (ingat Lukas 18:17), mau membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa yang Tuhan katakan.

Terlebih tambah dengan adanya undangan Tuhan Yesus Kristus yang begitu manis (ayat 28). Ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa. Untuk mau datang kepada Yesus, rindu belajar, dengan setia mendengarNya, taat menjadi hamba-Nya serta memberlakukan Kasih di keseharian.

Bagi siapa yang mau terus belajar, maka Ia akan dibebaskan dari berbagai beban yang tidak dapat diatasi. Kita akan diberikan perhentian, kedamaian, dan Roh KudusNya untuk menuntun semua kita yang bersedia belajar dalamNya di kehidupan ini.

Dan yang terakhir, juga mau belajar pikul “kuk”. Kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak atau pedati. Yang merupakan perlambangan didikan dan tuntunan dari Tuhan, kuk-nya Tuhan! (ayat 29-30)

Di berbagai angin topan pergumulan hidup, terus belajar dari Tuhan, untuk malah semakin sabar dan lembut.

Di gelombang laut perjuangan iman, jangan berhenti belajar dalam Kasih, sehingga malah makin rendah hati dan tenang. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

23 Juni 2011

refleksi minggu keempat Juni 2011


KASIH KESETIAAN

Mazmur 89: 1-9


Ada lagu Sekolah Minggu yang cuplikan kata-katanya seperti ini, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. selamanya.. Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. kunyanyikan s’lamanya…” dan seterusnya, lagu yang sangat singkat namun dalam makna. Persis dengan ungkapan Pemazmur di perikop kita kali ini, “ Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,..” (ayat 2).

Bagian kali ini termasuk luarbiasa, karena lebih dari sepertiga Mazmur bisa digolongkan sebagai mazmur ratapan atau keluhan. Beberapa mazmur bahkan mencerminkan krisis bangsa. Kebanyakan merupakan keluhan dan penderitaan keluarga terlebih pribadi yang rasa-rasanya hampir membuat putus asa. Tetapi mari teruslah menyanyi! Menyanyi bersyukur, menyanyi memuji, menyanyi mengagungkan kasih setia Allah kepada kita hingga kini. Tetap setia menyanyikan kasih setia Tuhan, memperkenalkan kesetiaanNya.

Tidak hanya melalui lagu dan musik, tetapi khususnya lewat sikap tingkah laku sehari-hari. Agar kasih setia Tuhan dibangun untuk selama-lamanya , dan kesetiaanNya tegak seperti langit (ayat 3). Langit bersyukur, bumi mengagungkanNya dan semua umat manusia memuji-muji kebesaran terlebih karena keajaiban2Nya dan kesetiaanNya (ayat 6). Dan karena tidak ada yang menyamaiNya, tidak ada yang sejajar dengan kebaikan kasih Tuhan (ayat 7).

Dan ungkapan “sangat disegani dan ditakuti” (ayat 8) mari kita maknai bahwa hanya Dia yang layak disembah dan Allah saja yang boleh dimuliakan atas seluruh kasih kesetiaan yang dirancang dan diberlakukan untuk kita! Tuhan Maha Kuat akan kesetiaanNya, kesetiaan yang mengasihi semua ciptaan.

Khususnya mengasihi semua manusia dan terlebih setiap yang percaya dan sungguh mengasihiNya! Mari menjalani hidup kehidupan dengan setia mengasihi Tuhan dan sesama, kasih yang terus dilakukan nyata dengan setia tidak berhenti.

Dari Tuhan, melalui kita, untuk keluarga juga sesama dan akhirnya, harus dikembalikan hanya bagi kemuliaan keluhuran KasihNya. Kesetiaan Kasih. Kasih kesetiaan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

16 Juni 2011

refleksi minggu ketiga Juni 2011


AJARLAH

Matius 28: 16-20


Walau berita kemungkinan terjadinya “nyontek massal” yang dilakukan para murid salah satu SD di Surabaya sudah dinyatakan tidak benar. Tetapi yang pasti, -dan ini sangat memprihatinkan- memang ada oknum guru yang mendorong muridnya untuk menyontek saat ujian. Khabar yang kita ketahui, guru tersebut bahkan kepala sekolah sekolahnya telah diberikan sanksi tegas.

Perikop penutup Kitab Injil Matius ini berisi perintah Tuhan Yesus Kristus. Saat kesebelas murid disuruh berangkat ke Galilea (ayat 16). Beberapa orang masih ragu akan kelanjutan wibawa baptisan Kristen dan pewartaan Keselamatan (ayat 17)
Karenanya di ayat 18 & 19, Guru dan Tuhan itu menegaskan sekaligus memotivasi para murid, “… kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka...”. Sebuah Amanat Agung bagi setiap orang percaya untuk memberlakukannya nyata.

Namun bagian paling terakhir (di ayat 20) kerap terlupakan, luput kita refleksikan apalagi benar-benar dilakukan, yakni: Mengajar. Lewat tingkah laku kita, patuh mengajar menyebarkan kasih dan kebenaranNya. Juga melalui perkataan, sikap bahkan semua pelayanan, menerangi dunia yang kian gelap. Terlebih membantu membahagiakan sesama yang letih lesu berbeban berat. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (ayat 20). Jangan ragu, jangan bimbang dan jangan berhenti, ajarlah! Amin



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

09 Juni 2011

refleksi minggu kedua Juni 2011


PERBUATAN BESAR

Kisah Para Rasul 2: 1-13



Satu lagi peristiwa dan perbuatan besarNya diberlakukan! Mereka, murid-murid Tuhan Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat di Hari Pentakosta. Pentakosta adalah hari raya Tujuh Minggu (baca Im 23: 15 & Ul 16: 9), jatuh tepat hari kelima puluh sesudah Paskah.

Tiba-tiba Roh Kudus (Roh Allah) dicurahkan atas mereka. Terdengar suara seperti tiupan angin keras (ayat 2), lalu lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus! (ayat 3-4)

Tetapi yang jauh lebih menakjubkan adalah, terjadinya glossolalia (berbicara dalam bahasa-bahasa lain). Murid-murid mewartakan memuji perbuatan-perbuatan besar Allah dalam berbagai bahasa dan dialek yang lain daripada bahasa ibu mereka (bahasa Aram Galilea). Namun jelas dimengerti pengunjung-pengunjung perayaan yang menyaksikan kejadian tersebut !(ayat 9-11) Pembalikan kutuk pada peristiwa Babel di konteks Perjanjian Lama, mungkin juga dimaksudkan oleh penulis Kisah Para Rasul di peristiwa ini.

Biarlah dunia tercengang-cengang dan heran! Seperti yang dialami semua orang yang melihat dan mendengar “komunikasi nyambung” walau perbedaan sangat beragam di antara mereka. Mari refleksikan peristiwa Pentakosta ini menguatkan kerinduan kita kembali untuk berkomunikasi.

Berkomunikasi dengan Allah. Dengan wujud, lebih ahli lagi berkomunikasi dengan orang-orang di dekat kita bahkan sesama, siapapun mereka. Lakukan dengan rendah hati dan bersemangat dipakaiNya “masuk” ke dalam hati orang lain, dengan tingkah laku Kasih Yang Besar.

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan kasih. Sekarang ini apalagi, semakin dibutuhkan perwujudan nyata, perbuatan-perbuatan besar Allah di hidup kehidupan mereka. Wartakanlah, komunikasikanlah, siarkanlah! Roh Kudus pasti memberkati kita semua. Selamat Hari Pentakosta. Amin.





tulisan & foto: Lusindo Tobing.