12 Juli 2011

refleksi minggu kedua Juli 2011


DIDIK

Mazmur 86: 11-17

Ini sebuah doa. Tepatnya doa dari seorang hamba Tuhan yang setia, yang selalu datang berseru dan Allah menjawab. Doa seorang Daud.

Daud meminta ditunjukkan jalan, jalan Tuhan agar hidup kehidupannya sesuai kebenaran. Dididik dalam kebenaran Allah. Takut menyembah, memuliakan dan bersedia hidup dibentuk oleh ajaran-ajaran dalam namaNya. Di tengah orang-orang yang semakin banyak tidak mau lagi dididik dibentuk Tuhan. Orang-orang yang angkuh menyerang dan gerombolan manusia sombong ingin mencabut nyawanya. Namun Daud tetap berpegang pada ajaranNya, melakukan semua perintah Allah dengan segenap hati.

Berdoa memohon hal-hal lain termasuk kebutuhan materi dan fisik, tentu boleh. Tetapi mari terlebih dulu dan selalu memiliki yang lebih penting. Mari berdoa minta didikan Tuhan. Kesadaran mau dituntun diarahkan Tuhan, memohon Dia sajalah yang menunjukkan jalan, bahkan melindungi menjagai kita. Menikmati banyak kebaikanNya walau di tengah sakit bergumul an berjuang mengikuti perintah FirmanNya.

Semua terjadi hanya untuk kebaikan kita. Kebencian dan kejahatan akan malu dan takluk jika melihat ada Kekuatan Terbesar yang selalu mengajar, membimbing kita. Selalu ditolong, dihibur, dikuatkan Allah untuk berubah jadi lebih baik dan lebih indah meneruskan perjalanan studi kehidupan, sehari lepas sehari.

Mari selalu bersedia dididikNya! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

28 Juni 2011

refleksi minggu pertama Juli 2011


BELAJAR

Matius 11: 25-30


Siapa sesungguhnya yang dimaksud oleh Tuhan Yesus Kristus dengan “orang bijak, orang pandai” dan “orang kecil” di ayat pertama (ayat 25) perikop kita kali ini? Rupanya yang dimaksud dengan orang pandai dan bijak adalah para ahli Taurat. Golongan yang arogan dengan ajaran-ajaran yang mereka dalami sehingga menutup hati pikirannya terhadap ajaran Yesus.

Sedangkan yang dimaksud dengan orang kecil adalah orang-orang biasa, bahkan mungkin yang tidak terpelajar, tetapi mau bersikap seperti seorang anak kecil yang mau belajar (ingat Lukas 18:17), mau membuka hati dan pikiran untuk mendengar apa yang Tuhan katakan.

Terlebih tambah dengan adanya undangan Tuhan Yesus Kristus yang begitu manis (ayat 28). Ditujukan kepada semua orang yang "letih lesu dan berbeban berat" oleh persoalan hidup serta beban dosa. Untuk mau datang kepada Yesus, rindu belajar, dengan setia mendengarNya, taat menjadi hamba-Nya serta memberlakukan Kasih di keseharian.

Bagi siapa yang mau terus belajar, maka Ia akan dibebaskan dari berbagai beban yang tidak dapat diatasi. Kita akan diberikan perhentian, kedamaian, dan Roh KudusNya untuk menuntun semua kita yang bersedia belajar dalamNya di kehidupan ini.

Dan yang terakhir, juga mau belajar pikul “kuk”. Kayu lengkung yg dipasang di tengkuk kerbau (lembu) untuk menarik bajak atau pedati. Yang merupakan perlambangan didikan dan tuntunan dari Tuhan, kuk-nya Tuhan! (ayat 29-30)

Di berbagai angin topan pergumulan hidup, terus belajar dari Tuhan, untuk malah semakin sabar dan lembut.

Di gelombang laut perjuangan iman, jangan berhenti belajar dalam Kasih, sehingga malah makin rendah hati dan tenang. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

23 Juni 2011

refleksi minggu keempat Juni 2011


KASIH KESETIAAN

Mazmur 89: 1-9


Ada lagu Sekolah Minggu yang cuplikan kata-katanya seperti ini, “Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. selamanya.. Kunyanyikan kasih setia Tuhan, selamanya.. kunyanyikan s’lamanya…” dan seterusnya, lagu yang sangat singkat namun dalam makna. Persis dengan ungkapan Pemazmur di perikop kita kali ini, “ Aku hendak menyanyikan kasih setia Tuhan selama-lamanya,..” (ayat 2).

Bagian kali ini termasuk luarbiasa, karena lebih dari sepertiga Mazmur bisa digolongkan sebagai mazmur ratapan atau keluhan. Beberapa mazmur bahkan mencerminkan krisis bangsa. Kebanyakan merupakan keluhan dan penderitaan keluarga terlebih pribadi yang rasa-rasanya hampir membuat putus asa. Tetapi mari teruslah menyanyi! Menyanyi bersyukur, menyanyi memuji, menyanyi mengagungkan kasih setia Allah kepada kita hingga kini. Tetap setia menyanyikan kasih setia Tuhan, memperkenalkan kesetiaanNya.

Tidak hanya melalui lagu dan musik, tetapi khususnya lewat sikap tingkah laku sehari-hari. Agar kasih setia Tuhan dibangun untuk selama-lamanya , dan kesetiaanNya tegak seperti langit (ayat 3). Langit bersyukur, bumi mengagungkanNya dan semua umat manusia memuji-muji kebesaran terlebih karena keajaiban2Nya dan kesetiaanNya (ayat 6). Dan karena tidak ada yang menyamaiNya, tidak ada yang sejajar dengan kebaikan kasih Tuhan (ayat 7).

Dan ungkapan “sangat disegani dan ditakuti” (ayat 8) mari kita maknai bahwa hanya Dia yang layak disembah dan Allah saja yang boleh dimuliakan atas seluruh kasih kesetiaan yang dirancang dan diberlakukan untuk kita! Tuhan Maha Kuat akan kesetiaanNya, kesetiaan yang mengasihi semua ciptaan.

Khususnya mengasihi semua manusia dan terlebih setiap yang percaya dan sungguh mengasihiNya! Mari menjalani hidup kehidupan dengan setia mengasihi Tuhan dan sesama, kasih yang terus dilakukan nyata dengan setia tidak berhenti.

Dari Tuhan, melalui kita, untuk keluarga juga sesama dan akhirnya, harus dikembalikan hanya bagi kemuliaan keluhuran KasihNya. Kesetiaan Kasih. Kasih kesetiaan! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

16 Juni 2011

refleksi minggu ketiga Juni 2011


AJARLAH

Matius 28: 16-20


Walau berita kemungkinan terjadinya “nyontek massal” yang dilakukan para murid salah satu SD di Surabaya sudah dinyatakan tidak benar. Tetapi yang pasti, -dan ini sangat memprihatinkan- memang ada oknum guru yang mendorong muridnya untuk menyontek saat ujian. Khabar yang kita ketahui, guru tersebut bahkan kepala sekolah sekolahnya telah diberikan sanksi tegas.

Perikop penutup Kitab Injil Matius ini berisi perintah Tuhan Yesus Kristus. Saat kesebelas murid disuruh berangkat ke Galilea (ayat 16). Beberapa orang masih ragu akan kelanjutan wibawa baptisan Kristen dan pewartaan Keselamatan (ayat 17)
Karenanya di ayat 18 & 19, Guru dan Tuhan itu menegaskan sekaligus memotivasi para murid, “… kepadaKu telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka...”. Sebuah Amanat Agung bagi setiap orang percaya untuk memberlakukannya nyata.

Namun bagian paling terakhir (di ayat 20) kerap terlupakan, luput kita refleksikan apalagi benar-benar dilakukan, yakni: Mengajar. Lewat tingkah laku kita, patuh mengajar menyebarkan kasih dan kebenaranNya. Juga melalui perkataan, sikap bahkan semua pelayanan, menerangi dunia yang kian gelap. Terlebih membantu membahagiakan sesama yang letih lesu berbeban berat. “Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (ayat 20). Jangan ragu, jangan bimbang dan jangan berhenti, ajarlah! Amin



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

09 Juni 2011

refleksi minggu kedua Juni 2011


PERBUATAN BESAR

Kisah Para Rasul 2: 1-13



Satu lagi peristiwa dan perbuatan besarNya diberlakukan! Mereka, murid-murid Tuhan Yesus Kristus sedang berkumpul di satu tempat di Hari Pentakosta. Pentakosta adalah hari raya Tujuh Minggu (baca Im 23: 15 & Ul 16: 9), jatuh tepat hari kelima puluh sesudah Paskah.

Tiba-tiba Roh Kudus (Roh Allah) dicurahkan atas mereka. Terdengar suara seperti tiupan angin keras (ayat 2), lalu lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus! (ayat 3-4)

Tetapi yang jauh lebih menakjubkan adalah, terjadinya glossolalia (berbicara dalam bahasa-bahasa lain). Murid-murid mewartakan memuji perbuatan-perbuatan besar Allah dalam berbagai bahasa dan dialek yang lain daripada bahasa ibu mereka (bahasa Aram Galilea). Namun jelas dimengerti pengunjung-pengunjung perayaan yang menyaksikan kejadian tersebut !(ayat 9-11) Pembalikan kutuk pada peristiwa Babel di konteks Perjanjian Lama, mungkin juga dimaksudkan oleh penulis Kisah Para Rasul di peristiwa ini.

Biarlah dunia tercengang-cengang dan heran! Seperti yang dialami semua orang yang melihat dan mendengar “komunikasi nyambung” walau perbedaan sangat beragam di antara mereka. Mari refleksikan peristiwa Pentakosta ini menguatkan kerinduan kita kembali untuk berkomunikasi.

Berkomunikasi dengan Allah. Dengan wujud, lebih ahli lagi berkomunikasi dengan orang-orang di dekat kita bahkan sesama, siapapun mereka. Lakukan dengan rendah hati dan bersemangat dipakaiNya “masuk” ke dalam hati orang lain, dengan tingkah laku Kasih Yang Besar.

Tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak membutuhkan kasih. Sekarang ini apalagi, semakin dibutuhkan perwujudan nyata, perbuatan-perbuatan besar Allah di hidup kehidupan mereka. Wartakanlah, komunikasikanlah, siarkanlah! Roh Kudus pasti memberkati kita semua. Selamat Hari Pentakosta. Amin.





tulisan & foto: Lusindo Tobing.

31 Mei 2011

refleksi minggu pertama Juni 2011


DOA BERSAMA-SAMA

Kisah Para Rasul 1: 6-14


Pertanyaan juga keinginan para murid dan pengikutNya yang berbunyi, “.. maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan?..” (ayat 6) kurang-lebih memiliki arti juga kesamaan berbunyi, “..maukah Engkau pada masa ini memerintah sebagai raja?..” Tetapi langsung Tuhan Yesus Kristus menjawab tegas soal waktu dan masanya itu urusan Allah saja. Tetapi setiap mereka akan menerima kuasa, jika Roh Kudus dicurahkan, agar mereka semua menjadi saksi sampai ujung bumi. (ayat 7-8)

Tidak hanya hidup dengan kekuatan daging manusia, tetapi khususnya dengan Roh Kudus, inilah yang diinginiNya berlaku dalam hidup kita. Dan salah satu kebiasaan, lalu menjadi karakter juga identitas, bahkan sering dikatakan merupakan nafas hidup orang yang percaya adalah: Doa.

Persis di konteks perikop inilah Tuhan Yesus Kristus naik terangkat ke sorga, teguranNya melalui dua malaikat kepada semua mereka, sangatlah indah,”..mengapa kamu (cuma) berdiri melihat ke langit?..” (ayat 11). Mari kitapun demikian. Jangan hanya diam saja, terpana, terbengong-bengong dengan berbagai fenomena hidup kehidupan sehari-hari.

Jangan cuma bereaksi, tetapi mari beraksi. Ya, beraksi dengan cinta kasih sayang kepada sesama yang membutuhkan perhatian, pertolongan dan pelayanan. Mari tekun melihat ke bumi nyata, membumi. Dan mulailah selalu dengan doa-doa. Sekali lagi bukan doa pribadi, tidak untuk kepentingan ego belaka! Tetapi mari berdoa seperti mereka, para pengikut juga murid (ayat 13-14), saling mendoakan dan mendoakan orang juga pihak lain, dalam hadiratNya dengan sehati mereka bertekun. Doa bersama-sama! Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing

26 Mei 2011

refleksi minggu kelima Mei 2011


KOMITMEN

Mazmur 66: 13-20


Sekarang ini, betapa makin banyak janji yang ditagih untuk dipenuhi. Di berbagai bidang, strata masyarakat, dimensi dan di mana-mana tempat, semakin banyak komitmen dibuat, tetapi kecenderungannya dilanggar atau sedikit sekali yang ditepati!

Perikop kita kali ini, sudah terasa di bagian awal yakni ayat 13-15, sesungguhnya berbicara komitmen seluruh umat Allah. Yang telah ditolong dan selalu diselamatkanNya dari berbagai musuh.

Tetapi khususnya pemazmur, yang bersyukur kepada Allah untuk kelepasan keselamatan pribadi, yang dianggapnya sebagai pengalaman keluaran yang baru. Hidup yang baru.

Mari jadi baru. Bahkan terus-menerus diperbarui dengan memberlakukan komitmen (perjanjian - keterikatan) Kasih di keseharian. Seperti Allah selalu berkomitmen sejak awal sampai selamanya, misalnya: tidak akan pernah menolak doa-doa kita semua dan tidak menjauhkan kasih setiaNya (baca lagi ayat terakhir: 20). Marilah terus menepati janji memberi.

Rendah hati namun berani, berkomitmen dengan Allah. Mewartakan syalom melalui pelayanan yang indah, pekerjaan benar, sikap adil dan kepedulian penuh Kasih bagi sesama di keseharian. Komitmen mempersembahkan yang terbaik! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing