DALAM & SETIA
“.. mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia..” (ayat 10)
Cara yang dilakukan sangat menarik. Sangat kena mengena dengan kehidupan nyata di sana, sebagai nelayan. Yang aktifitasnya kita sudah tahu, berangkat malam hari karena mengandalkan angin darat ke arah danau. Dan sebaliknya pulang ketika pagi hari karena hembusan angin dari danau ke daratan yang membawa mereka pulang. Dan bukan kebetulan, saat itu para nelayan tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dari dua perahu tersebut, ada perahu Simon Petrus. Tuhan Yesus menyuruh dia,”Bertolaklah (lagi) ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menagkap ikan.” Simon langsung merespon,”Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” (ayat 4-5).
foto: lt
Ini dialog yang sangat indah, perhatikan.
Pertama, Tuhan Yesus menyuruh kita untuk “dalam”, tidak sekadar berada, berkubang atau menuju kepada tempat yang “dangkal” atau apalagi “cetek”. Perahu hidup kehidupan kita tidak akan berfungsi. Jika kita mau menghasilkan yang baik dan benar, ayo mau dan beranilah ke tempat yang dalam.
Kemudian kedua, kita juga dapat manis indanya refleksi soal setia dan taat! Saya membayangkan seperti seorang remaja yang menggerutu saat disuruh melakukan sesuatu oleh orangtuanya, namun sambil menggerutu ia tetap melakukan apa yang diperintahkan. Itu saja sudah baik. Apalagi jika kita mau setia dan benar-benar taat melakukan firmanNya tanpa gerutu, tanpa sungut-sungut.
Maka hasil yang akan kita dapat pasti banyak. Analogi tetapi juga sekaligus peralihan tugas dan fungsi dari penjala ikan menjadi penjala manusia ini menjelaskan hal tersebut. Siapa yang mau dalam dan ya hanya kepada firmanNya, maka akan menikmati banyak berkat. Bahkan jika kita mau melakukannya maka orang lain di dekat kitapun akan menikmatinya. Mari ulangi dan maknai lebih dalam ayat 6-7, “Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumla besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya… mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam.” Luarbiasa!
Mari datang di hadiratNya dengan hati tersungkur menyembah. Persilahkan hati, pikiran kita diubah, diperbaarui lebih lagi menjadi pengikut-pengikutNya. Bahkan menjadi para pelayan Tuhan.
Mari menjala manusia. Merangkul hati lebih banyak insan manusia. Untuk lebih melihat dan akhirnya rindu dekat dengan Tuhan. Bahkan dengan kemauan sendiri mau memiliki hubungan yang akrab intim dengan Tuhan. Akhirnya kelak akan disiapkan oleh Tuhan juga untuk siap menjala hati dan manusia lain berikutnya. Terus begitu.
Dari dalam hati yang tulus kudus, sentuhlah hati yang ada di dalam orang-orang di dekat kita. Lalu mari berpikirlah yang dalam, sekali lagi dalam artinya sesuai firman Tuhan, lalu bersikap jugalah dengan dalam, berkata-kata dengan pesan makna yang “dalem” dalam. Tangan dan kaki juga akirnya mewujudkan dengan melakukan tugas akifitas dengan dalam. Belajar dalam, rajin di studi kita. Bekerjalah dengan dalam, displin dan tidak korupsi. Apalagi mari melayani sesama dengan Kasih yang dalam, selalu dan lebih sungguh khususnya bagi mereka yang mengalami kecetekan iman dan hidup. Mereka yang menangis, lapar dan menderita.
Terus-meneruslah membawa kebahagiaan bagi lebih banyak orang. Lakukan semua itu dengan setia. Dengan tetap berkata “ya” kepada Kasih dan Kebenaran setiap hari bahkan setiap saat. Dan jangan takut! Ya, jangan takut untuk melakukannya, menerima dan membagikan kekayaan hidup, baik tubuh maupun rohani. “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” (ayat 10), siapa penjala manusia itu? Jawabannya sudah tentu saya dan anda, adalah kita.
Mau diberkati banyak menerima anugerah “ikan-ikan dalam perahu” mu? Mau juga membagikan itu kepada lebih banyak orang di sekitarmu?
Jika ya, mari lakukan segala sesuatu dengan dalam dan setia, penjala manusia! Amin.
Pdt. Lusindo Tobing
(tulisan & foto: lt)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar