ADA TUHAN DI TENGAH KEPUTUSASAAN
1 Raja-raja 19: 5-7
Mazmur 34: 7-8
Yohanes 6: 35-61
Efesus 4:25 - 5:2
Ingat
Nabi Elia yang ditolong Allah diberi makanan (juga minuman) disaat-saat lapar
karena menyelamatkan diri dan juga saat mengalami kemunduran motivasi
pelayanannya. Bahkan rawan menjemput keputusasaan. Sesungguhnya bukan sekadar
kebutuhan perut (baca: jasmani) yang dicukupkan, namun tentu ada banyak pesan
dan ajaranNya kepada Elia sendiri, tetapi juga kepada kita.Salah satunya
adalah:
Jangan ambil keputusan untuk
hidup dalam keputusasaan.
Ya, keputusasaan jangan pernah
dijadikan keputusan. Walau putus asa adalah pilihan yang paling gampang bahkan
paling banyak diputuskan atau diambil. Sekali lagi, jangan putus asa! Karena
apa? Karena Tuhan Allah sendiri tidak berkenan untuk kita jatuh putus asa.
Melalui Firman juga tindakanNya –salah satunya tadi melalui Nabi Elia- juga kepada semua mereka yang percaya dan
terlebih yang melayaniNya, tidak
diperkenankanNya untuk kita lemah iman, pasif dan kalah terhadap tantangan
kehidupan. Coba baca lagi 1 Raja-raja 19: 5-7, jelas Allah
ingin agar Elia juga kita semua untuk sungguh percaya dan berani meneruskan perjalanan
hidup, tugas pekerjaan dan pelayanan dengan kekuatanNya. Jangan berhenti
bersaksi. Tidak boleh gentar dan layu dalam iman kepada Kasih. Dan sesungguhnya
kita dilarang untuk menyerah, apalagi atas sesuatu yang buruk, jahat dan tidak
diperkenankan Tuhan. Keputusasaan bukan
keputusan!
Yang lebih indah lagi, bila kita
cermati keberadaan hidup kehidupan kita manusia. Allah justru ada di tiap
kerawanan keputusasaan tersebut. Bahkan bisa kita katakan, Allah justru lebih
ada dan lebih nyata terasa justru di tengah-tengah situasi yang menghimpit dan sangat
menggoda kita untuk nyerah kalah.
Ingatlah bahwa Allah Ada. Ya, Dia
selalu ada di dalam berbagai fenomena dan kejadian. Di tiap bagian fase
kehidupan dan perjalanan kehidupan kita.
Allah adalah Allah, Dia selalu hadir, selalu aktif mencintai mengasihi
dan tidak tertidur bahkan tidak pernah gagal. Rancangannya untuk berproses
menyelamatkan dunia khususnya kita umat manusia, tidak pernah gagal. Tidak ada
produk gagal Allah. Semua ya. Semua berhasil. Rancangannya tidak bisa
digagalkan. Tidak bisa diperlambat atau ditahan-tahan, oleh siapapun dan
bagaimanapun. Jadi, mengapa kita harus menjadikan putus asa sebagai salah satu
calon keputusan kita? Jangan! Jangan putus asa ketika kita sungguh beriman
kepadaNya. Walau di tengah penindasan
bagaimanapun dan kesesakan yang besar. Allah ada. Andalkan selalu Dia. Kembali
dulu pertama kali selalu kepada Allah. Takutlah akan Dia. Sembah puji dan
bersyukur atas kebaikan kemurahan berkat-berkatNya. Yakini Allah selalu ada dan
ada selalu Allah. Lalu persilakan Tuhan Allah yang bekerja menguasai hidup
kehidupan kita. Mengatasi, memanage dan memberi solusi di tiap pergumulan dan
perjuangan. Allah ada, ada Allah.
Pemazmur di Mazmur 34: 7-8 dengan indah
menandaskan, “Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia
menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat TUHAN berkemah di
sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.” Coba
perhatikan, MalaikatNya berkemah di sekeliling kita. Indah sekali dan sangat
menguatkan kita! Dan minimal ada dua kata yang menarik tadi, “menyelamatkan” dan “meluputkan”. Setelah membuka beberapa bahan dan kajian,
saya mendapatkan hal yang menarik lebih lagi atas dua kata ini. Rupanya, kata “menyelamatkan”
bahkan juga berarti Allah sungguh fokus akan Cinta KasihNya dan Penjagaan
PembimbinganNya (TuntunanNya) kepada kita. Allah tidak pernah berhenti
mengasihi kita, keluarga kita dan setiap orang. Apa yang baik saja yang
dicurahkan dan diberikan kepada kita semua. Dan kata yang kedua, yakni “meluputkan”
sungguh menjadi pemahaman juga pencerahan baru karena punya arti Allah selalu
rindu unuk kita dipindahkanNya dari satu keadaan yang tidak baik ke keadaan
yang baik. Dengan kekuatanNya, Dia selalu akan berusaha membuat kita beralih
dari yang buruk ke indah, dari jahat ke yang baik dan jika sudah baik dan indah
maka akan dibuatNya naik lagi bepindah ke keadaan yang lebih dan lebihhh baik
indah. Di tiap hari, tiap waktu kehidupan kita. Sampai kapan? Tentu sampai
akhir hidup kita bahkan kerinduanNya kita akan kembali bersamaNya. Di kemuliaan
abadi sorga.
Sehingga tepat ketika Tuhan Yesus Kristus
sendiri menyatakan lewat lisanNya, “Akulah Roti Hidup” (Yohanes 6: 35-61).
Siapa yang mau datang kepadaNya, mendekat dalam hubungan spiritual dan
kehidupan kesehariannya, maka akan hidup. Tidak mati lagi. Artinya memiliki
kedamaian sorgawi, tenangan dan sejahtera yang illahi dari Tuhan selama hidup
di dunia. Dan bahkan seterusnya ada kepastian keselamatan dan kesempurnaan
keselamatan Sorga. Tidak akan lapar lagi, tidak akan haus lagi. Tidak akan ada
tangis dan penderitaan lagi, tidak ada duka sengsara lagi nanti di Sorga abadi
itu. Tetapi juga kini, sekarang, selagi ada berpijak di atas bumi, maka kita bersama
mengecap kedamaian Allah. Yang membuat kita mampu mengalahkan kuasa buruk dan
jahat. Bahkan bisa benar-benar berbahagia, lega sukacita dan pasti dalam
melangkah. Asal dan karena mau hidup
makan “roti hidup”. Menjalani hidup
dengan roti hidup, hidup di dalam Kuasa Allah saja.
Dan Allah ingin kita membagikan itu semua.
Membagikan pengetahuan bahwa Allah ada dan
selalu ada Allah. Dan menshare semangat hidup kepada sesama. Bagi
siapapun juga, khususnya bagi orang-orang yang sedang menuju bahkan mungkin
sedang mengalami keputusasaan. Mari untuk terakhir kita baca secara penuh dan
maknai Efesus 4:25 - 5:2. Betapa segala perintahNya adalah untuk memberlakukan
yang benar dan baik, bagi sesama. Satu dengan yang lainnya.
Mari,
jangan berhenti untuk diubah oleh Tuhan untuk terus berpindah dari keburukan ke
kebaikan. Atau jika memang sudah baik maka jadilah lebih baik lagi. Untuk
sesama dan bagi kemuliaanNya. Ayo jadi sosok yang gampang diajak dihubungi dan
bekerjasama. Selalu siap bergandengan tangan dan hati, siap membantu dan
menolong orang lain. Membagikan kekuatan dan mendampingi yang lebih lemah.
Memberi telinga untuk mendengar dengan hati tulus. Memberi perhatian dan
permakluman. Dan bahkan siap melayani dengan nyata. Dalam bentuk yang paling
sederhana hingga besar. Sehingga orang-orang di dekat kita boleh tersenyum
damai karena kehadiran kita. Ada jalan keluar saat bersama kita. Bahkan diri
kita boleh member dan menjadi solusi tersebut. Bagaimanapun dan di manapun juga
kapanpun, senang untuk membuat sesama senang. Bahagia karena membahagiakan
orang lain. Ada encouragement, yang sesungguhnya berisi juga berbentuk
membagikan doa, pujian, juga inspirasi dan bahkan keteladanan ketegaran iman
juga sikap yang baik. Sehingga dunia sedikit maupun banyak, tidak menuju kepada
keputusasaan. Atau jikalaupun sedang dan sudah, dengan kekuatan Allah saja,
dalam terang KasihNya, kita dipakai jadi alat untuk membawa terang. Juga
menggarami situasional dan kondisional yang hamper basi. Dan kehidupan kita
bersama boleh menuju, hanya menuju kepada kebahagiaan sukacita, Damai Allah. :)
tulisan dan foto: Lusindo Tobing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar