SIKAP
BERDOA
Matius 6:
5-15
“Karena
itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,” (ayat
9). Orang
Kristen yang tidak berdoa itu sama saja seperti manusia hidup yang tidak
bernapas. Sebab itu hendaklah setiap orang percaya berdoa. Tanpa doa, tidak ada
anugerah. Dibandingkan
memberi sedekah, dalam doa kita lebih langsung berhubungan dengan Allah. Oleh
sebab itu kita seharusnya bersikap lebih tulus lagi dalam berdoa, dan inilah
yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus dalam perikop kali ini.
"Dan
apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik, atau melakukan
seperti yang mereka lakukan" (ayat 5). Perhatikanlah, orang yang tidak mau
meniru orang munafik dalam cara dan tindakan mereka, juga tidak boleh seperti
orang munafik dalam pikiran dan tabiat mereka. Kristus memang tidak menyebut
langsung nama siapa-siapa, tetapi dalam Matius 23: 13, juga di beberapa
kesempatan lainnya, tampaklah bahwa yang dimaksudkan-Nya dengan orang munafik
terutama adalah para ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Ada
dua kesalahan besar yang mereka lakukan ketika berdoa, dan kita diperingatkan
berhati-hati untuk tidak melakukannya. Yaitu: 1. Keinginan akan kemuliaan yang
sia-sia belaka (ayat 5-6) dan 2. Mengulang-ulang apa yang kita doakan secara
sia-sia (ayat 7-8)
Tuhan Yesus bukan hanya
mengoreksi motivasi dan isi doa yang salah. Ia kini mengajar mereka bagaimana
mereka seharusnya sikap berdoa.
Berdoa itu berbicara langsung dengan Allah
secara hangat, sederhana, dan apa adanya. Dengan hangat kita memanggil Allah,
Bapa Surgawi kita sebab Tuhan Yesus, Putra-Nya yang Tunggal telah lebih dulu
memanggil kita untuk mengikut Dia dan belajar dari Dia. Doa itu sederhana,
tidak rumit dan bertele-tele sebab bukan pertunjukan rohani, tetapi merupakan
perjumpaan hati dengan hati. Doa dalam hubungan riil memungkinkan orang membuka
hidupnya apa adanya di hadapan Allah.
Doa yang baik adalah
menyembah Allah, serta mendahulukan kepentingan Allah lalu menempatkan
kepentingan kita di dalam wilayah kepentingan Allah. Inilah sikap doa yang
Tuhan Yesus ajarkan. Tiga pokok penting menyangkut Allah (ayat 9-10) merangkul
tiga pokok penting kebutuhan nyata kita (ayat 11-13). Doa yang dimulai dengan
sapaan iman kepada Allah Bapa Surgawi, ditutup dengan pernyataan iman tentang
kedaulatan Allah (ayat 13b).
Tiga hal yang perlu kita utamakan dalam doa dan
hidup kita adalah Nama, Kerajaan, dan Kehendak Allah. Kita berdoa agar diri
Allah dijunjung tinggi, pemerintahan-Nya terwujud, dan kehendak-Nya yang baik
itu terjelma dalam dunia nyata melalui kita. Allah juga memperhatikan kebutuhan
jasmani dan rohani kita. Karena itu, kita tidak perlu ragu memohon agar Allah
memenuhi kebutuhan hidup kita. Apalagi memohon kebutuhan rohani kita akan
pengampunan dan kemenangan dari berbagai pencobaan.
Dan Doa Bapa Kami bukan
sekadar hafalan. Tuhan Yesus mengajarkan doa ini agar nafas, semangat dan
prinsip di dalamnya ditaati. Semua orang yang berdoa harus sungguh menyadari
siapa dirinya dan siapa Tuhan. Sebagai ciptaan berdosa, kita menggantungkan
diri kepada sifat-sifat agung Allah. Sebagai orang yang telah diampuni dan
diperdamaikan Kristus, kita mempercayakan diri penuh kepada-Nya. Di dalam tekad
meninggikan Allah dan menyaksikan Kerajaan-Nya terwujud di bumi, seharusnya
seluruh kebutuhan rohani dan jasmani kita kita pertaruhkan kepada Tuhan Allah.
Doa Bapa Kami
sesungguhnya memadukan: Pertama menyembah dengan sikap tidak egois. Allah bukan
milik dirinya sendiri, tetapi Allah dari semua orang beriman. Yang jadi
bukanlah pemerintahan manusia, sebab Allah berdaulat penuh di surga dan di
bumi. Kedua, sikap arah hidup ke masa depan. Ketiga, kebutuhan manusia, seperti
pengampunan dosa, bimbingan agar dijauhkan dari semua pencobaan yang
menjatuhkan pada kejahatan, dan diwujudnyatakan dalam sikap hidup sehari-hari. Setiap orang beriman yang berdoa menempatkan diri dalam arus tak terbendungkan
dari pewujudan kehendak penyelamatan dan Kerajaan Kasih Allah ini.
Oleh karenanya kita perlu
berdoa menurut doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini dengan segenap hati dan
menjadikan kebenaran di dalamnya model bagi semua doa-doa kita. Sikap hubungan
kita dengan Allah tidak dapat dilepaskan dari sikap hubungan kita dengan sesame.
Jadi maknai ini sekali lagi: Sikap penerimaan Allah akan doa kita pun terkait
dengan sikap penerimaan kita akan sesama kita.
Teruslah refleksikan dalam sikap
hidup bahkan hingga akhir hidup, sama seperti hingga di bagian akhir Doa Bapa
Kami, “.. dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni
orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan,
tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya
Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”
tulisan & foto: Lusindo Tobing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar