Yohanes 1: 1-14
FIRMAN ITU DIAM DI ANTARA KITA
Seorang dosen di STT Jakarta bernama Prof. Dr. J.L.Ch. Abineno pernah bercerita bahwa Dr. Johannes Leimena sangat menyukai
bagian Yohanes 1: 1-18 ini.
Pa Leimena demikian sapaan akrab kepada beliau,
menurut catatan Wikipedia adalah seorang Kristen (lahir di Ambon,
Maluku, 6 Maret 1905 – meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72
tahun) yang menjadi salah satu pahlawan Indonesia. Ia merupakan tokoh politik
yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia dan satu-satunya
Menteri Indonesia yang menjabat sebagai Menteri selama 21 tahun berturut-turut
tanpa terputus. Pa Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet
Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966), baik sebagai Menteri
Kesehatan, Wakil Perdana Menteri, Wakil Menteri Pertama maupun Menteri Sosial.
Selain itu Leimena juga menyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL
ketika ia menjadi anggota dari KOTI (Komando Operasi Tertinggi) dalam rangka
Trikora.
Bpk. Dr. Johannes Leimena sangat menyukai Yoh 1 : 1-18
karena menurutnya perikop ini sangat bagus dan sangat kaya isinya. Bukan saja
memberikan kepada para pembacanya kekuatan dan penghiburan untuk hidup pada
waktu ini. Tetapi menurut Pa Leimena, perikop yang menjabarkan Firman itu
menjadi manusia, tentang Allah dalam Tuhan Yesus Kristus, juga kaya membuka
perspektif-perspektif baru bagi
kita untuk hidup di waktu-waktu yang akan datang. Bahkan jauh ke depan, tentang
Keselamatan kekal. Yang sudah dimulai di antara kita, kehidupan manusia di
bumi.
Bukankah
kita juga? Terlebih di konteks sekarang memasuki dan menjalani Desember 2014.
Di suasana dan nuansa semua Gereja dan orang percaya menapaki Minggu-minggu
Adven, malam jelang Natal dan Natal itu sendiri. Dengan beragam tantangan dan
pergumulan kehidupan kita baik sebagai warga Kota Jakarta, rakyat dan bangsa
Indonesia, serta penghuni dalam kehidupan bersama di dunia yang akan beralih
dari Tahun 2014 ke Tahun yang Baru, Tahun 2015.
Coba
perhatikan saja ayat pertama (ayat 1) dari perikop ini. Sangat gamblang
menegaskan bahwa Firman itu sesungguhnya adalah Allah. Ada sejak awal mula. “Pada mulanya adalah Firman;
Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.” (ayat 1). Allah
di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dan karena Dia adalah Allah, maka juga ada diam
di antara kita sekarang ini. Sampai
esok, bahkan sampai selama-lamanya.
Jika dalam
Injil Matius, Markus dan Lukas, di catat peristiwa kelahiran Yesus sebagai
manusia, yang terjadi 2000 tahun lalu. Namun dalam bagian Injil Yohanes ini,
dikatakan sebagai Firman yang menjadi manusia. Firman inilah yang menyatakan
kedekatan Allah dengan manusia. Melalui-Nya Allah mewujudkan rencana-Nya dalam
penciptaan, pemeliharaan dan penebusan. Artinya, Firman yang merupakan
perwujudan kehadiran Allah sendiri, memiliki wibawa dan kuasa Allah. Yesus
Kristus yang kita peringati kelahiran-Nya, adalah Allah. Dalam Dia ada hidup.
“Firman
itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (ayat 14).
Dengan
kelahiran dan kehadiran Kristus, Allah yang kekal itu menjadi manusia (coba baca
Filipi 2:5-9). Kemanusiaan dan keilahian
berpadu di dalam diri-Nya. Dengan merendahkan diri-Nya Ia memasuki hidup
kemanusiaan dengan segala keterbatasan dari pengalaman manusia. Bahkan secara
harafiah juga digunakan untuk kita, ada kata “daging”. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya
diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
dalam nama-Nya; orang-orang yang
diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh
keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (ayat 12-13). Dengan
menggunakan istilah itu (lihat Roma 7:5).
Injil Yohanes sebenarnya menekankan juga
bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat manusia. Hal ini kerap kali
ditonjolkan penulis Yohanes.
Bahkan
hingga ayat terakhir (ayat 14), ajaran dan penegasan bahwa Kuasa Allah di dalam
Tuhan Yesus Kristus, yang sangat mengasihi bahkan mau-maunya dating ke dunia
menjadi sama seperti kita. Manusia yang sangat-sangat berdosa. “Firman itu
telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal
Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.
Kata dan kalimat “diam di antara kita”, memastikan
konteks dan locus (lokasi) di sini di dunia bawah ini.
Setelah mengambil rupa dan sifat
manusia, Ia menempatkan diri-Nya pada tempat dan keadaan manusia-manusia yang
lain. Firman bisa saja menjadi manusia dan diam di antara para malaikat. Namun
tidak demikian halnya dengan Dia. Setelah mengambil tubuh yang sama dengan tubuh kita, di dalam tubuh itu pula Ia
datang dan berdiam di dunia yang sama dengan kita. Ia diam di antara kita.
Ya, Firman itu diam di antara kita.
Kita yang adalah debu, abu dan uap yang sebentar ada lalu lenyap (bisa dibaca Kejadian
2:7; 3:19 & Yakobus 4: 14) . Yang sesungguhnya
“sama sekali tidak dibutuhkan-Nya”, kita yang tidak dapat memberi-Nya manfaat
apa-apa, kita yang cemar dan bejat, dan yang telah memberontak
terhadap Allah. Tuhan Allah datang dan diam bahkan di antara para pemberontak (Mazmur 68: 19).
Apabila kita melihat “dunia atas”,
dunia roh, kita akan tersadar betapa hina dan menjijikkannya daging ini, tubuh
ini, yang selalu kita bawa-bawa bersama kita, dan dunia yang ke dalamnya kita
dilemparkan ini, dan betapa sulitnya rasanya untuk berdamai dengan tubuh dan
dunia ini! Namun demikian, kini Firman kekal telah dibuat menjadi manusia, mengenakan tubuh
seperti kita dan diam di dunia ini seperti kita, dan dengan begitu Ia telah
memberikan penghormatan kepada tubuh maupun dunia kita ini.
Jadi karena itulah, kita juga harus mau
tinggal di dalam daging ini selama Allah mempunyai pekerjaan untuk dilakukan di
dalam dan melalui kita. Kristus sendiri pun diam di dunia bawah ini, seburuk
apa pun dunia itu, sampai Ia menuntaskan apa yang harus dikerjakan-Nya. Ia diam di antara orang-orang Yahudi, supaya
nubuat Alkitab digenapi (Kejadian 9:27;
Zakharia 2:10). Meskipun orang Yahudi tidak baik hati terhadap-Nya, Ia tetap
diam di antara mereka. Ia diam
di antara kita. Ia ada di dalam dunia.
Dan ingat, bukan sebagai pelancong
yang menginap hanya untuk semalam, tetapi Ia diam di antara kita. Benar-benar tinggal dalam waktu lama. Amati
kata aslinya (ayat 14), eskēnōsen en
hēmin -- Ia diam di antara kita, yang arti dan refleksinya:
- Pertama, bahwa Ia diam di bumi dalam keadaan yang sangat hina, seperti para gembala yang diam di tenda-tenda. Ia tidak diam di antara kita seperti di dalam istana, tetapi seperti di dalam tenda, sebab Ia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya, dan selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.
- Kedua, bahwa kedudukan-Nya di sini adalah sebagai seorang prajurit. Para prajurit diam di tenda-tenda. Sejak dari dulu Ia menyatakan perang terhadap keturunan ular, dan kini Ia sendiri maju ke medan pertempuran, menaikkan panji-Nya, dan memasang tenda-Nya, siap bertempur.
- Ketiga, bahwa kediaman-Nya di antara kita tidaklah untuk selamanya. Ia diam di sini seperti di dalam tenda, tidak seperti di dalam rumah. Para bapa leluhur orang Yahudi, ketika berdiam di kemah-kemah, mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini, dan mencari-cari negeri yang lebih baik. Begitu pula dengan Kristus di sini, yang meninggalkan contoh bagi kita (Baca juga Ibrani 13:13-14).
- Keempat, bahwa seperti halnya pada waktu dulu Allah diam di dalam kemah suci Musa, dengan shekinah (kemuliaan dalam bahasa Ibrani) di antara dua kerub, begitu pula sekarang Ia diam di dalam sifat kemanusiaan Kristus, yang kini merupakan shekinah yang sesungguhnya, tanda kehadiran Allah secara khusus. Dengan demikian, kita dapat menyampaikan segala permohonan kepada Allah melalui Tuhan Yesus Kristus, serta dalam urapan Roh Kudus untuk menerima-melakukan sabda-sabda Allah dari Dia.
Sekali
lagi ingat akan "Kemah Kudus" (Kemah Perjanjian), tempat Allah
menyatakan Diri kepada Musa. Menurut Iman orang Israel: Allah hadir ditengah
mereka, pada perjanjian mereka dari Mesir ke tanah yang dijanjikan. Kalau
demikian, maka titik persamaan ialah, bahwa Putera Allah, yaitu Allah sendiri,
hidup ditengah orang-orangNya dan semua manusia.
Sebelum
iman dapat menghasilkan kelahiran baru, iman memerlukan suatu objek untuk
dipakai sebagai landasan, yaitu inkarnasi Firman, Anak Allah. Allah. setelah mengungkapkan diri di
dalam penciptaan dan sejarah, di mana aktivitas Logos tampak, tetapi oknum-Nya
terselubung, kini mengungkapkan diri melalui sang Putra dalam bentuk manusia,
yang bukan sekadar mirip, tetapi benar-benar menjadi manusia. Peristiwa Natal merupakan suatu rahasia besar
tentang mengapa dan bagaimana Allah di dalam Kristus menjadi manusia sejati.
Tidak dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus hanya kelihatannya saja sebagai
manusia. Juga, tidak dapat dinyatakan bahwa merupakan campuran Allah dan
manusia. Tuhan Yesus Kristus adalah sungguh-sungguh manusia 100%, juga adalah
Allah sejati (100 % Allah).
Peristiwa
Natal membuktikan bahwa Allah dan manusia dapat bersekutu. Peristiwa Natal
menyatakan bahwa Allah ingin berdamai dengan manusia. Berita perdamaian ini
harus disampaikan kepada semua umat manusia. Allah mengutus utusan-utusan-Nya,
termasuk saya dan anda di konteks sekarang ini. Jika ingin lebih mengenal dan melihat
Allah, maka manusia dapat melihat Tuhan Yesus Kristus dengan segala ajaran dan
teladanNya. Tidak ada yang dapat datang ke Bapa kecuali melalui Yesus (Yoh. 14:6).
Mungkin inilah tantangan tetapi juga kesukacitaan kita untuk menyampaikan
berita Natal ini kepada semua orang bahkan seantero kehidupan, bahwa : (mari bersama-sama ucapkan) “Firman itu diam
di antara kita.”
Selamat
menjelang, menikmati dan terus menjadi saksi-saksi Kasih dan Damai Natalis Sang
Juruselamat.
Selamat
Hari Natal 2014 & Tahun Baru 2015 bapak/ibu/saudara-i. Kuat Kuasa Kasih
Tuhan Yesus Kristus selalu ada, diam bertakhta dan menggenapkan rancangan karya
penyelamatanNya untuk kita semua. Amin.
tulisan & foto: Lusindo Tobing.
Shalom bapak, ibu saudara/i di manapun berada. Apakah Sudah ada yang pernah mendengar tentang Shema Yisrael? Ini adalah kalimat pengakuan iman orang Yahudi yang biasa diucapkan pada setiap ibadah mereka baik itu di rumah ibadat atau sinagoga maupun di rumah. Yesus juga menggunakan Shema untuk menjawab pertanyaan dari seorang ahli Taurat mengenai hukum yang utama. Kita dapat baca di Ulangan 6 ayat 4 dan pernah juga dikutip oleh Yesus di dalam Injil Markus 12 : 29. Dengan mengucapkan Shema, orang Yahudi mengakui bahwa YHWH ( Adonai ) Elohim itu esa dan berdaulat dalam kehidupan mereka. Berikut teks Shema Yisrael tersebut dalam huruf Ibrani ( dibaca dari kanan ke kiri seperti huruf Arab ) beserta cara mengucapkannya ( tanpa bermaksud untuk mengabaikan atau menyangkal adanya Bapa, Roh Kudus dan Firman Elohim yaitu Yeshua haMashiakh/ ישוע המשיח, yang lebih dikenal oleh umat Kristiani di Indonesia sebagai Yesus Kristus ) berikut ini
BalasHapusTeks Ibrani Ulangan 6 ayat 4 : ” שְׁמַ֖ע ( Shema ) יִשְׂרָאֵ֑ל ( Yisrael ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֱלֹהֵ֖ינוּ ( Eloheinu ) יְהוָ֥ה ( YHWH [ Adonai ] ) אֶחָֽד ( ekhad )
”
Lalu berdasarkan halakha/ tradisi, diucapkan juga berkat: ” ברוך שם כבוד מלכותו, לעולם ועד ” ( " barukh Shem kevod malkuto, le’olam va’ed " ) yang artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selama-lamanya " ). Apakah ada yang mempunyai pendapat lain?.
🕎✡️🤚🏻👁️📜🕯️🕍✝️🤴🏻👑🇮🇱🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐟🐍₪