Apa Tujuan Hidupmu?
Hidup bukan tujuan. Hidup adalah jalan. Dunia adalah panggungnya atau tempatnya, locus-nya. Dan waktu serta keadaan adalah konteksnya. Lalu sesungguhnya tujuan kita apa? Tujuan kita ke mana? Hal ini seperti “merangkum” semua pertanyaan sejenis untuk semua hal dan semua dimensi yang bisa kita lakukan sebagai manusia di atas muka bumi ini. Seperti misalnya: Sebenarnya dan akhirnya.. Apa tujuan kita sekolah? tujuan kita bekerja? Apa tujuan kita membangun rumah juga membangun gedung gereja misalnya? apa tujuan kita bisa berbicara? tujuan dapat menulis kata dan kalimat, lebih luas lagi.. tujuan manusia mencipta puisi, lagu, patung, tarian, membuat lukisan, foto, masakan-makanan, dan lain-lain sebagainya. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan paling mendasar hidup kehidupan tersebut, kita bisa dapatkan dari Sabda Tuhan melalui rasulnya yang akhirnya menemukan tujuan hidupnya yang sesungguhnya,”Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” (Roma 12:1)
Firman berbentuk nasihat juga ajakan ini tentu termasuk ibadah dalam arti menghadiri kebaktian gereja, berdoa, menyanyikan pujian, dan memberikan uang persembahan. Tetapi yang lebih luas, Paulus mengatakan tentang “Ibadah Yang Sejati,” yakni ibadah yang tak dapat dipisahkan dari konsep mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Roma 12:1-2) dan konsep hidup berjemaat sebagai tubuh Kristus (Roma 12:3-5). Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan seluruh kehidupan kita. Kata "mempersembahkan" di dalam Perjanjian Lama (PL) berkaitan dengan para imam yang mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Ada syarat agar kurban berkenan kepada Tuhan. Dalam konteks ibadah Kristen: pertama, Tuhan menerima persembahan yang hidup. Seperti tradisi PL, hanya hewan hidup (bukan bangkai) yang dipersembahkan. Namun, berbeda dengan PL, kurban Kristen tidak disembelih, mati dan habis dibakar. Karena kurban itu adalah hidup anak-anak Tuhan. Kedua, Tuhan menerima persembahan hidup yang kudus dan tidak bercela, yaitu yang menjauhi dosa. Ketiga, Tuhan menerima persembahan yang berkenan kepada-Nya, yaitu hidup yang selalu menyenangkan-Nya.
Lebih lanjut nasihat Rasul Paulus untuk mempersembahkan tubuh sebagai implikasi dari iman yang adalah esensi dari ibadah yang sejati harus terlebih dahulu terlihat dari kehidupan sesama mereka yang percaya kepada Kristus (Roma 12:3). Implikasi iman kepada Kristus akan nyata terlihat dalam kehidupan jemaat dengan adanya satu tujuan hidup yang jelas, yakni walaupun memiliki karunia yang berbeda-beda dari Allah, namun kita satu tubuh di dalam Kristus. Mari kita semakin bersyukur dengan mempersembahkan tubuh, yaitu seluruh keberadaan kita kepada-Nya. Hidup kudus dan berkenan. Persembahan yang bagaimanakah yang layak kita berikan sebagai syukur atas korban penyelamatan Yesus? Persembahan tubuh yang hidup, yaitu seluruh hidup dan kapasitas kita. Juga persembahan yang kudus, yaitu bahwa seluruh kehidupan kita sudah dikhususkan bagi kemuliaan Nama Tuhan, sehingga berbuahkan perbuatan-perbuatan yang baik bagi sesama manusia. Peduli kepada tetangga (baca ulang Matius 22: 37-40), bersedia bekerjasama dengan lingkungan dan dengan siapapun khususnya untuk mendukung hal-hal yang baik, berbagi dan menghormati siapapun, siap menolong dan saling membantu. Itulah wujud iman yaitu karakter serta perilaku perbuatan nyata yang memuliakan Allah. Itulah ibadah kita yang sejati.
Juga dengan terus-menerus berlangsungnya pembaruan akal-budi. Ibadah sejati semakin menghasilkan pola pikir yang serasi dengan kebenaran Allah. Ibadah yang benar harus dilakukan dalam roh (yang telah dibarui Tuhan dan diwujudkan dalam persembahan totalitas hidup bagi-Nya) dan kebenaran (hidup yang dibangun sesuai dengan tingkat pengertian tentang kebenaran firman Tuhan). Itulah hidup yang Tuhan ingin kita miliki dan perjuangkan serta kembangkan. Rasul Paulus menyatakan dalam nas kali ini bahwa orang-orang yang diselamatkan itu memiliki kehidupan yang benar-benar berbeda yakni adanya penguasaan diri dengan tidak serupa dengan dunia ini, sebab harus mempersembahkan tubuh menjadi persembahan yang hidup, kudus yang berkenan kepada Allah. Dari perikop firman Tuhan hari ini membicarakan persembahan yang berbeda, karena mencakup totalitas hidup orang percaya yaitu mempersembahkan tubuh mewakili persembahan hidup secara totalitas. Dalam perikop ini Rasul Paulus menasihatkan jemaat di Roma agar memahami bahwa tanggungjawab orang percaya tidak hanya ikut hadir dalam ibadah jemaat dan memberi persembahan tetapi jauh lebih besar lagi yaitu tanggungjawab dalam hidup sehari-hari.
Hidup beribadah yang dimaksud dalam teks ini menuntut perubahan hidup secara total kepada Allah. Walaupun orang Kristen masih hidup di dunia ini tetapi tidak boleh sama dengan dunia ini atau dipengaruhi oleh sifat-sifat dunia ini. Dengan mengorbankan sifat-sifat kedagingan itu berarti kita telah mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Hakekat kemanusiaan yang berpusat pada diri sendiri diubah dengan kehidupan yang berpusat kepada Kristus. mempersembahkan tubuh – seluruh kehidupan kita kepada Allah, kita akan memasuki yang namanya Ibadah yang sejati, yakni ibadah yang tidak terbatas gerak dan ruang. Apapun yang kita perbuat dan lakukan dalam kehidupan kita adalah dalam rangka – bekerja untuk Tuhan (baca dan renungkan lagi Kolose 3:23). Maka ibadah yang sejati itu tidak hanya sampai pada Kebaktian Minggu, Pendalaman/Pemahaman Alkitab (PA), maupun kebaktian dalam persekutuan saja.Tetapi kebaktian meluas berdampak bagi kehidupan tiap-tiap hari kita dengan memperlihatkan kehidupan yang bersekutu dengan Allah, itulah ibadah yang sejati.
Bagaimana kita melakukan ibadah yang sejati? Dengan tidak mengikuti kehidupan duniawi, tetapi mengikuti perilaku yang lahir dari akal budi yang telah diperbarui Roh Allah Yang Kudus. Akal budi yang diubahkan ini akan memimpin hidup kita memiliki sikap dan melakukan berbagai tindakan yang benar dan membawa kebaikan untuk kehidupan bersama orang lain. Perbuatan-perbuatan sesuai kehendak-Nya. Dilakukan setiap pribadi kita dalam kebersamaan orang-orang percaya di manapun dan dalam keadaan bagaimanapun! Sampai kapanpun, sampai bahkan ke kehidupan kekal. Sebab ibadah sejati bukan sekadar urusan pribadi semata melainkan tanggung jawab umat untuk menjadi satu di dalam Kristus, saling membangun dan melayani. Ibadah bersifat bersama. Sebagai bagian dari persekutuan Kristen di seluruh dunia. Setiap pribadi tidak boleh berpikir terlalu tinggi mengenai diri sendiri. Biarlah jemaat menilai diri dan berkarya sesuai dengan karunia yang dianugerahkan Tuhan, sehingga kesatuan dan ke-efektif-an ibadah terlihat hasilnya. Tujuan hidup kita adalah Tuhan. Menyembah, memuliakan dan selalu menyenangkan hati-Nya. Mempersembahkan hidup sejati kepada Tuhan, dengan wujud setia memberikan diri mengasihi-melayani sesama manusia di kehidupan nyata setiap hari.
Pertanyaan Diskusi:
1. Tujuan hidup kita adalah? Mohon coba dijelaskan.
2. Lalu wujud nyata sehari-hari dari “Ibadah yang sejati” itu adalah..?
3. (Masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil). Cari-pilihlah 2 ayat Alkitab yang bisa melengkapi jawaban no.1&2. Presentasikan dengan singkat mengapa memilih ayat-ayat tersebut. Lalu pilih-nyanyikanlah bersama, satu bagian dari 1 lagu rohani yang menggambarkan semua itu.
Usulan Lagu-lagu:
1. “Hatiku Percaya.” Saat Ku Tak Melihat Jalan-Mu Saat Ku Tak Mengerti Rencana-Mu...
2. KJ. 375, “Saya mau ikut Yesus.”
3. PKJ. 264, “Apalah arti ibadahmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar