Lukas 1:
26-38
Terang Allah Memampukan Kita
Melakukan Kehendak-Nya
Di dua Minggu pagi menjelang Hari Natal, sebuah pesan masuk di
wa (WhatsApp) saya, “Apakah pak pendeta ada waktu untuk saya berkonsultasi?”
Lalu saya berpikir ini pasti sesuatu yang sangat penting, sampai di saat menjelang
pelayanan ibadah Minggu meminta waktu. Benar saja, WA itu dari seorang ibu muda
yang sekitar 10 tahun lalu berpindah iman karena pernikahan, hidup berkeluarga dengan
suami dan kedua anak mereka. Singkatnya, di perjalanan 2 tahun terakhir, terang
Allah semakin menyapa sang ibu, yang membawanya tiba di keputusan untuk
kembali. “Saya ini domba yang tersesat Pak Pdt. Lusindo, saya rindu kembali.”
Kerinduannya ini tentu tidak mudah, banyak risiko khususnya dari suami dan
keluarga suami, sudah disadari akan dan harus dijalaninya. “Dengan datang ke
gereja, saya sekarang semakin mencintai suami saya dan juga anak-anak walau
belum seiman” ungkapnya menegaskan bahwa selama ini hidupnya terasa kosong, dan
dalam terang kasih Tuhan, ia menikmati damai.
Refleksi Lukas 1: 26-38 kali ini juga tentang seorang
perempuan, perempuan muda, manusia biasa yang dipilih Allah menjadi ibu yang
luar biasa, Ibu Juruselamat manusia pada segala abad dan tempat. Anugerah yang
besar bagi Maria. Respons Maria jadi teladan bagi kita: ia tidak ragu-ragu
menerima janji itu. Hal ini merupakan suatu pernyataan penyerahan yang total,
walaupun risiko yang harus dihadapi sebagai seorang perempuan yang belum
menikah namun hamil - seperti penolakan dari Yusuf dan cemoohan dari keluarga, tetangga
dan masyarakat - mungkin akan dihadapinya.
Mari benar-benar hidup dalam terang Allah, mari hidup
dimampukan melakukan kehendak-Nya! Ibu muda di cerita awal berani membulatkan
tekadnya berkata, “ya, dengan sepenuh hati” untuk kembali hidup dalam terang
Allah. Seperti Maria dalam pembacaan kita jelang hari Natal ini, Maria penuh
hormat menerima terang dan kehendak Allah, melalui malaikat Gabriel yang memberi
salam, “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat 28). Karena
imannya, Maria menerima risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula,
Elisabet isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang juga ajaib,
memberi kekuatan kepada Maria. Selamat Hari Ibu (22 Desember 2017), juga salam
damai terang Natal Tahun 2017 dan Tahun Baru 2018. Tidak ada yang mustahil bagi
Allah, orang-orang yang mau hidup dalam terang Allah harus berani mengatakan,
“Ya Tuhan aku percaya, jadilah padaku kehendak-Mu!” Amin.
Pdt. Lusindo Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar