Menerima Sesama yang Bertobat (Lukas 19: 1-10)
“Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Lukas 19: 5)
“Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Lukas 19: 5)
Ada berapa banyak “Zakheus” di sekitar Anda? Atau sesungguhnya kita semua adalah Zakheus-Zakheus di konteks zaman now? Pada konteks bacaan kita kali ini (Lukas 19:1-10) di kisah “Tentang Pemungut Cukai” yang cukup terkenal ini, sudah menjadi rahasia umum bila sebagai pemungut cukai, ia memperkaya diri dengan memeras bangsanya sendiri atau dengan menggelapkan cukai. Tetapi Tuhan Yesus Kristus menyatakan mau menumpang di rumahnya. Tentu saja sikap ini membuat orang banyak bersungut (baca dan maknai ulang ayat 5-7).
Bagi orang-orang saat itu, kesediaan Tuhan Yesus menumpang di rumah Zakheus adalah ungkapan penerimaan, sementara mereka menganggap Zakheus tidak pantas menerimanya. Padahal tindakan Dia menunjukkan hal yang lebih dahsyat. Dengan bersedia menumpang di rumah Zakheus, Tuhan Yesus sesungguhnya sedang menyatakan bahwa anugerah Allah berlaku juga atas orang yang banyak dosa dan dibuang oleh sesamanya.
Tuhan Yesus Kristus datang ke dunia, adalah untuk mencari dan menyelamatkan yang sesat. Zakheus pun bersukacita menerima Dia. Pertemuannya dengan Tuhab Yesus membuat ia sadar bahwa hidupnya perlu diubah. Sebagai respons dari penyambutan Yesus atas dirinya, ia memberikan setengah dari hartanya untuk dikembalikan pada orang miskin dan ganti rugi empat kali lipat pada orang-orang yang telah diperasnya (8). Itulah bukti pertobatannya! Itulah bukti bahwa anugerah Allah telah mengubah hidupnya. Iman dan bukti pertobatan tersebut adalah tanda bahwa ia orang yang telah bertobat.
Mari, sekali lagi dan lagi: kita adalah (dan mari menjadi) “Zakheus-Zakheus zaman now.” Mari sadar akan status dan kondisi hidup kita sesungguhnya adalah orang berdosa. Mari segera mengambil keputusan yang bukan hanya slogan iman belaka melainkan perbuatan nyata sebagai bayar harga atas semua kerugian yang telah diderita orang lain oleh perbuatan dosanya. Sebaliknya, ketika Tuhan Yesus tidak segan-segan memuji Zakheus sebagai ‘anak Abraham’ (refleksikan ayat 9), mari kitapun bersedia “zakheus-zakheus” lainnya, bersedia menerima sesama manusia yang bertobat dalam Roh-Nya dan benar-benar mau kembali kepada Allah. Kita saling merawat iman, pengharapan dan Kasih satu dengan lainnya.
Selamat memasuki Bulan November 2019, ingat bulan depan kita sudah menjelang “ber-Natalan”selamat terus bersaksi dalam kuasa Kasih Kristus, kita dikuatkan lebih lagi mewartakan buah-buah pertobatan: semakin peduli dan berbagi kepada semua orang di keseharian dengan nyata. Amin.
Oleh: Pdt. Lusindo YL Tobing, M.Th.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar