“Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.”
(2 Timotius 4:2)
Soli Deo gloria.. segala pujian dan sembah syukur hanya kepada Tuhan… “Pelatihan Membuat Khotbah & Berkhotbah yang Efektif” terlaksana dengan amat baik. Terima kasihh bingiitss BPK Gunung Mulia yg mantavv, termasuk Bu Helen dan Bu Nori-Chan Mariane Kulas yg sigap.
Terlebih lagi, terima kasihhh kepada semua ibu - bapak - sahabat muda mudi peserta (baik dari GKJ, GKI, GKP, HKBP, HKI, GBI, dan bahkan teman2 persekutuan) sangat terima kasihhh. Tuhan memberkati kehadiran, semangat kebersamaan belajar berlatih, dan peningkatan pelayanan kita semua.
๐๐๐๐๐ค๐ค๐ค๐๐๐
=======
Bahasa tubuh pengkhotbah yang terbuka menegaskan ”bahasa tubuh” Allah yang adalah Sang Sumber hospitalitas. Richard Bewes seorang ahli
public speaking bahkan menyatakan dengan tegas bahwa, ”Khotbah berkilau dengan energi yang mengubahkan hidup pada saat pembicara dan pendengar sadar ada suara lain yang mengambil alih” (Bewes 2010, 72). Suara yang dimaksud Bewes itu adalah suara-Nya, bahasa Allah.
Keterbukaan Allah yang hadir di dalam dan melalui bahasa tubuh sang pengkhotbah, dialami dan diterima oleh umat. Umat juga terkondisi untuk kemudian bersedia saling menerima dan memberi ruang satu dengan lainnya.
Ciri-ciri bahasa tubuh yang terbuka adalah bahasa tubuh yang selalu memberi ruang untuk menyambut dan terhubung dengan siapa pun juga. Menurut Pohl, Tuhan Yesus Kristus adalah contoh terbaik dalam menerima orang lain. “Like Jesus, the best hosts are not completely ’at home’ themselves. But still make a place of welcome for others” (Pohl 1999, 119). Selalu terbuka menyambut dan menerima orang lain.
Bahasa tubuh yang terbuka melalui pengkhotbah melalui setiap khotbahnya, akan menghadirkan Tuhan Yesus Kristus yang selalu terbuka dan memberi ruang kepada siapa pun.
(halaman 87, Buku “Bahasa Tubuh yang Terbuka dalam Penyajian Khotbah”)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar