08 Juli 2013

refleksi minggu kedua Juli 2013




Lukas 10: 25-37


BELAS KASIH







"Dan siapakah sesamaku manusia?", pertanyaan seorang ahli Taurat inilah awalnya (ayat 29). 

Begitu penting pertanyaan tersebut, hingga Tuhan Yesus sendiri sampai menggunakan metode perumpamaan untuk menjawab (tepatnya memancing jawaban dari si ahli Taurat). “Adalah seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun merampoknya habis-habisan, .. ada seorang imam tetapi melewatinya dari seberang jalan.  Juga seorang Lewi, melewatinya. Lalu datang seorang Samaria, ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya.. dan merawatnya.  

Ringkasan ayat 30-36 ini ditutup Yesus dengan pertanyaan balik, “Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?"

Jika kita adalah seperti si-ahli Taurat, yang gemar mencari pembenaran diri bahkan kadang akhirnya jatuh pada penyombongan diri juga rohani. Sesungguhnya kini kita mendapat jawabannya. Bahkan kita sendirilah yang (sudah dan harus lagi) menjawab:  "Orang yang telah menunjukkan belas kasih.." (seperti di ayat 37).

Ya, belas kasih. Kita ada karena, di dalam dan untuk belas kasihNya. Mari bersedia diutus mewujudkan belas kasih bagi sesama. Menjadi sesama manusia bagi sesama manusia.  Khususnya bagi mereka yang hidupnya habis-habisan dirampok kekejaman dunia. Sebab pengutusan Tuhan Yesus Kristus kepada kita, singkat namun sangat luas makna: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

04 Juli 2013

refleksi minggu pertama Juli 2013









TIDAK JEMU BERBUAT BAIK






“Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.” (ayat 7). Ungkapan yang sudah sangat terkenal ini rupanya Firman Tuhan. Tepatnya Firman kepada jemaat di Galatia.  

Tuhan mengingatkan sekaligus memerintahkan tegas bahwa sebagai pengikut bahkan sebagai anak-anak Allah, kita diciptakan untuk menolong orang lain. Untuk akhirnya dimampukan Tuhan untuk bertolong-tolongan.  “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.” (ayat 2)


Paulus tidak ingin ada orang yang bermegah atas kejatuhan orang lain. Justru orang yang tidak jatuh, karena rohaninya kuat, harus mampu menunjukkan sikap kristiani yang penuh kasih terhadap mereka yang jatuh. Sikap kristiani itu adalah wujud kualitas kekristenan sejati.  Dan “janganlah kita jemu-jemu berbuat baik,..” (ayat 9)


Selagi masih ada kesempatan. Selagi Tuhan memberi kesempatan. Mari kita terus menjadi saluran berkat dan kasih anugerahNya kepada sesama.  Seperti ayat terakhir (ayat 10) menandaskan, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”  Diutus untuk tidak jemu-jemu berbuat baik. Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

26 Juni 2013

refleksi minggu kelima Juni 2013




Lukas 9: 51-62


RAMAH DAN PENUH KASIH







“Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka” (ayat 55). Ya, Tuhan Yesus menegor 2 (dua) muridNya: Yakobus dan Yohanes, karena mereka berniat melakukan tindak kekerasan bahkan jahat untuk sebuah desa. Tepatnya desa orang-orang Samaria, yang sebelumnya menolakNya saat menuju Yerusalem.

Inilah teladan memegang iman dan hidup mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Bersedia ramah dan penuh Kasih kepada siapapun, bahkan di lingkungan penuh perbedaan. “Ikutlah Aku!” itu ajakan sekaligus perintah di ayat 59. Mari menjawabNya dengan menjadi murid Kristus. Yang selalu siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia tanpa membalas. Sungguh menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal kita selamanya. 

Mari menempatkan perintahNya di atas tugas pribadi dan tradisi agamawi. Lebih khusus lagi sebagai seorang murid kepada sesama manusia lainnya, tidak memandang golongan atau kedaerahan. Kepada ras, suku, bangsa bahkan agama apapun harus disampaikan berita dan ajaran: Keselamatan Tuhan Yesus Kristus. Dengan ramah dan penuh kasih. Amin


tulisan: Lusindo Tobing.

21 Juni 2013




Selamat Ulang Tahun ke-486 Jakarta baru, Jakarta kita!
Tuhan memberkati Jakarta. :)



  
     foto oleh: Lusindo Yosep Tobing.






 

19 Juni 2013

refleksi minggu keempat Juni 2013




Lukas 8: 26-39



 
BERSAKSI TENTANG YANG BERKUASA






Ketika tiba di Gerasa (seberang Galilea), Tuhan Yesus didatangi seorang laki-laki kerasukan setan.  Ketika ia melihat Yesus, ia berteriak lalu tersungkur di hadapan-Nya dan berkata dengan suara keras: "Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Mahatinggi? Aku memohon kepada-Mu, supaya Engkau jangan menyiksa aku." (ayat 28). 

Setelah Yesus bertanya kepadanya: "Siapakah namamu?" Jawabnya: "Legion," karena ia kerasukan banyak setan (ayat 30). Para setan itu melakukan perintahNya untuk keluar dari laki-laki tersebut dan masuk ke dalam babi-babi! Kejadian ini segera menjadi berita hangat menyebar ke mana-mana.  Menandaskan betapa Tuhan Yesus berkuasa atas roh jahat.

Mari beriman kuat dalam Dia. Mari bersaki tentang kuasa Tuhan Yesus Kristus. "Pulanglah ke rumahmu dan ceriterakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu." (ayat 39). Dan jangan takut, jangan pernah mau, apalagi memberi diri dikuasai oleh setan atau kuasa jahat apapun. Dalam kuasa dan namaNya, semua kuasa jahat dan kejahatan, dikalahkan! Amin.


Tulisan & foto:. Lusindo Tobing.

12 Juni 2013

refleksi minggu ketiga Juni 2013




Galatia 2: 15-21





HIDUP DALAM TUHAN









Rasul Paulus menegaskan bagaimana sesungguhnya orang berdosa dapat dibenarkan, yaitu diampuni dosanya, diterima oleh Allah dan memiliki hubungan yang benar dengan-Nya. Hal itu tidak akan terjadi dengan "melakukan hukum Taurat," tetapi oleh iman yang hidup. Hidup dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.

Dan itu juga membuat Kristus ada di dalam hidup kita (ayat 16-20).  Sehingga kita bukan hanya dengan menjadi juru bicara Tuhan, tetapi juga dengan menyaksikan kasih Allah melalui kehidupan nyata bagi sesama manusia. Tanpa membeda-bedakan suku, bahasa, status sosial, pendidikan, dll. Sikap anti diskriminasi ini harus dimulai dari kita, sebagai pribadi – orang percaya yang hidup di dalamNya- , juga sebagai gereja.

 
 
Seperti cuplikan sebuah lagu Sekolah Minggu, “Hidupku bukannya aku lagi, tapi Yesus dalamku, … Yesus hidup, Yesus dalamku..!” Mari lebih bersyukur untuk hidup yang diselamatkanNya. Semakin banyaklah menjadi saluran kasih bagi orang lain. Dan semua itu mewujudkan iman setia kita yang hidup dalam dan demi Tuhan Yesus Kristus. Amin.



Tulisan: Lusindo Tobing.
Foto: Erwan Satiya Hanura.