24 November 2015

Refleksi Minggu Ketiga November 2015


Daniel 12: 1-13 


PERLINDUNGAN ALLAH     




Sampai kapan Allah akan melindungi kita? Jawabannya adalah: Sampai selama-lamanya, sampai zaman akhir (akhir zaman). Ya, sampai akhir dari semua kehidupan kita, sampai akhir semua kehidupan dunia. Bahkan sampai akhir semesta raya.     

Melalui konteks Kitab Daniel, kita belajar kembali bagaimana Allah memelihara umat-Nya untuk menerima perlindungan dan keselamatan. Siapapun yang hidupnya menunjukkan ketaatan akan bersinar seperti bintang-bintang (ayat 1-3). Ini penglihatan-penglihatan yang sebenarnya mengejutkan Daniel. Namun ia diingatkan supaya merahasiakan (ayat 4). Tidak boleh diceritakan kepada siapapun dan memeteraikan Kitab (firman) itu sampai pada akhir zaman (ayat 9). Agar terbukti kelak bahwa akan ada proses pengujian, penyucian, dan pemurnian. Dan orang-orang yang mampu melewati semua itu akan berbahagia (ayat 12).     

Rencana Allah tidak pernah gagal. Mungkin terkadang kita kecewa dan cenderung putus asa melihat bahkan mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela. Tetapi ingat dan percayalah jaminan perlindungan Allah (baca dan maknai lagi ayat 13), agar kita tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman. Dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan sehari-hari. Marilah berjuang jadi setia dan tekun, karena sesungguhnya kita telah mengalami anugerah Allah. Dan mari senantiasa hidup dan terus menjadi saluran berkat bagi sesama manusia serta seluruh kehidupan, dalam perlindungan Allah hingga akhir zaman. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing

Refleksi Minggu Kedua November 2015


1 Raja-raja 17: 8-16 


MELALUI ORANG LAIN     




Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang selalu datang, bukan pergi. Dia Allah yang selalu menghampiri mengasihi, menuntun, menolong dan menyelamatkan kita. Langsung ataupun tidak langsung. Di perikop kali ini, Nabi Elia diperintah Allah pergi ke kota Sarfat, sebuah kota kecil di tepi Laut Mediterania antara Tirus dan Sidon. Ketika tiba di sana, dia melihat seorang janda yang sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk diri janda itu dan putranya. Elia meminta air. mungkin ini sebagai sebuah ujian iman. Karena pada saat janda itu bersiap untuk memenuhi permintaannya, nabi Allah itu juga meminta sepotong roti kepadanya (ayat 8-11).     

Lalu perempuan itu menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu Yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun." Jawaban ini menunjukkan dia mengenali Elia sebagai nabi Allah. Lalu Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan." Oleh ketaatannya memberi makan kepada sang nabi, janda itu menukar keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, kelaparan menjadi kelimpahan, kematian menjadi kehidupan!     

Mari renungkan, refleksikan dengaan kehidupan kita kini. Janganlah takut, jangan gentar menjalani berbagai tantangan, pergumulan dan kesulitan. Ingat dan imani selalu “tepung dalam tempayan itu tidak akan habis” (baca dan maknai lagi ayat 13-14). Nubuat kepastian yang diucapkan Elia jadikan patokan. Membawa Kasih dari Tuhan Allah, nyata melalui perempuan (janda Sarfat) itu kepada Nabi Elia, juga sebaliknya, melalalui Nabi Elia kepada janda di kota Sarfat. Pemeliharaan Allah melalui kasih yang diberikan orang lain bagi kita. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

31 Oktober 2015

Refleksi Minggu Pertama November 2015


Mazmur 119: 1-8 


TERWUJUD         




Sesungguhnya Taurat tidaklah identik dengan hukum, apalagi hukuman. Perikop Mazmur 119 ingin menegaskan hal itu, bahwa Allah memberikan Taurat agar semua umatNya (Israel di konteks ini) tertib, patuh bahkan terkesan takut kepada hukum dan hukuman dari Allah. Tetapi tujuanNya adalah lebih dari itu semua, yakni: Supaya segenap keluarga “biji mata” (kesayangan) Allah yang semakin hari mau makin percaya, akan menjalani dan menikmati perjalanan hidup kehidupan yang melimpah berkat dan rahmatNya.     

Jadi Taurat adalah salah satu wujud nyata dari Kasih Allah kepada umat yang mau beriman percaya. Melakukan semua firmanNya dan taat terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Dengan menyebut Taurat sebagai peringatan (ayat 2), titah (ayat 4), dan lain-lain, pemazmur mengajak umat Allah menghayati Taurat sebagai pemberian Allah agar umat hidup berbahagia (1-3). 

Taurat membahagiakan karena membukakan kekudusan Allah bagi mereka. Menjadi terang Ilahi yang membuat orang dapat menghadapi hal-hal gelap yang merusak kehidupan. Karena Taurat Tuhan (baca: Firman Tuhan) berisi kekuatan Kasih Allah.     

Mari semakin matang dan dewasa dalam iman. Dengan menghargai dan khususnya melakukan firman Tuhan sebagai anugerah yang membebaskan (baca lagi ayat 6-8). Perlu diingat, hal ini tidaklah ditentukan usia seseorang, tetapi oleh cinta kasih kita kepada Allah. Yang telah dan selalu mengasihi kita. 

Mari berjuanglah sampai pada tahap menjalankan apa yang kita tahu dan mengerti. Serta membagikan KasihNya yang kita terima dan alami, menuangkannya dalam perbuatan mengasihi dan melayani sesama manusia di kehidupan sehari-hari. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

20 Oktober 2015

Refleksi Minggu Keempat Oktober 2015


Markus 10: 46-52 



 KELUARGA PENOLONG




“Ada seorang buta, duduk minta-minta, ..” cuplikan lagu Sekolah Minggu ini bila diteruskan keterangan agak lengkap dari perikop Firman kali ini, adalah: Seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, miskin, sendiri, benar-benar hidup dari pertolongan dan belas kasihan orang lain. Dalam semua Injil Sinoptik, hanya Markus yang menyebutkan namanya. Dan Bartimeus bukanlah orang malas, ia berkemauan keras untuk terbebas dari penderitaan. Teriakannya "Anak Daud, kasihanilah aku," itulah yang menggerakkan hati Tuhan Yesus.   

Seperti bila kita lanjutan lagu tadi yang berbunyi,”.. Pada suatu hari, Yesus melalui, orang buta itu celik matanya..,” ketika melintasi kota Yerikho (ayat 46), Dia menolongnya. Cemoohan dan hardikan orang banyak bukan penghalang. Dari Bartimeus kita belajar tentang iman kepada kuasa pertolonganNya. Mari refleksikan, Tuhan Yesus mengawali dengan bertanya kepada kita (seperti kepada Bartimeus di ayat 51). Lalu kita (seperti juga Bartimeus) menjawab dengan permohonan yang tulus, “... supaya aku dapat melihat!” Dan dengan iman kita serta keluarga kita pasti ditolongNya.   

Selamat menjalani kehidupan dengan pertolongan Tuhan yang tiada berakhir. Keluarga kita sudah dan akan selalu ditolongNya!(bandingkan dengan ayat 52). Juga, sekali lagi, seperti akhir lagu Sekolah Minggu sebelumnya, “Celik matanya, celik matanya,..” Mari menjadi keluarga dan anggota keluarga yang celik (terbuka) mata hati, pikiran serta perbuatan pelayanan, berfokus menjadi penolong bagi keluarga lain. Ditolong untuk menolong. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Refleksi Minggu Ketiga Oktober 2015


Mazmur 91: 9-15 
 

KELUARGA PERJALANAN IMAN 




Allah menugaskan para malaikat mengawasi dengan teliti kepentingan keluarga orang percaya. Pemeliharaan yang diberikan para malaikat kepada orang-orang yang dikasihi Allah adalah: “Mereka akan menatang engkau di atas tangannya,” menunjukkan kemampuan maupun kasih sayang yang besar. Mereka mampu menatang orang-orang yang dikasihi Allah hingga tidak terjangkau oleh bahaya, dan mereka melakukannya dengan penuh kasih.  

Menurut pemazmur, kita pasti memperoleh perlindungan tersebut dari Allah. Jaminan ini berangkat dari iman percaya. Keyakinan yang hanya bisa muncul jika ada kedekatan dan pengenalan akan Allah. Yang telah mengeluarkan Israel dari tanah perbudakan Mesir. Kemudian datang di dalam Kristus, sebagai Juruselamat. Dan sampai hari ini, dengan para malaikatNya terus menjaga semua keluarga dan tiap anggota keluarga kita, rohani dan jasmani sampai selamanya-lamanya.     

Karenanya mari, menjadi keluarga yang berfokus pada perjalanan iman. Mari terus “bermazmur” menyanyikan dengan suara dan khususnya dengan perbuatan nyata sehari-hari, seperti lagu KJ. 370: 2, “ 'Ku mau berjalan dengan Jurus'lamatku di lembah gelap, di badai yang menderu. Aku takkan takut di bahaya apa pun, bila 'ku dibimbing tangan Tuhanku. (Reff) Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; 'ku tetap mendengar dan mengikutNya. Ikut, ikut, ikut Tuhan Yesus; ya, ke mana juga 'ku mengikutNya!” Amin.     


Tulisan: Lusindo Tobing.
Foto: doc. keluarga.     

09 Oktober 2015

Refleksi Minggu Kedua Oktober 2015


Amos 5: 14-15 


KELUARGA KEBAIKAN  
    



Jikalau umat Allah sungguh-sungguh membenci kejahatan dan mencintai kebaikan, Allah akan mengasihani kaum sisa itu -“sisa-sisa keturunan” bangsa Israel di konteks ini (ayat 15)- dan juga kita sekarang ini. Yang rindu selamat dari hukuman karena dosa. Dengan mengabdikan hati dan diri kepadaNya: Mencinta semua standar kebenaran Allah dan mengasihi semua cipta karya kebaikan Allah.     

Itulah mengapa Amos menyampaikan kesedihan Tuhan karena dosa-dosa Israel sebelumnya. Dua ayat yang masuk kategori nyanyian ini, mengimbau umat dan siapapun yang mengaku angggota keluarga karena kebaikanNya, benar-benar mau berbalik kepada Allah. Hidup berfokus kepada kebaikan-kebaikan Tuhan Allah. Sehingga dari "sisa-sisa keturunan" itu akan lebih banyak anggota keluarga yang membagikan kebaikan. “Carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup; dengan demikian TUHAN, Allah semesta alam, akan menyertai kamu, seperti yang kamu katakan. Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; ..”     

Mari kita sekarang, setiap keluarga berkomitmen. Bahkan komitmen tiap anggota keluarga untuk (lebih) membenci dan membuang berbagai kejahatan dari dalam hati, pikiran, perkataan juga perbuatan kita. Dan berjuang di tengah maraknya ketidakbaikan dunia, tiap hari dan tiap waktu menjadi keluarga yang semakin mencintai kebaikan. Mensyukuri semua kebaikanNya, dengan hidup membagikan kebaikanNya kepada sesamanya manusia. Kebaikan karena kebaikan dengan menjadi keluarga kebaikan. Amin. 
  

Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

29 September 2015

Refleksi Minggu Pertama Oktober 2015


Markus 10: 1-12 



KELUARGA KEUTUHAN





Belakangan kembali ramai berita tentang perceraian. Apalagi menyangkut seorang artis wanita Indonesia, dengan pria yang selama ini sangat terkenal sebagai (artis) penyanyi rohani Kristen di Indonesia. Lewat media sosial, mereka berdua menyampaikan sudah bercerai dengan pasangan (sebelumnya) masing-masing. Kini kedua artis tersebut siap untuk menikah. Berita ini langsung menuai banyak dan beragam reaksi. Tetapi bagaimana sesungguhnya ajaran mendasar tentang perceraian? Kita memang mungkin perlu diingatkan lagi, apa yang Tuhan Allah katakan tentang perceraian. 
  
Seperti dalam perikop kali ini. Jelas ditegaskan perceraian adalah hal yang sangat dilarang Allah. “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (ayat 9). Karena Allah-lah yang membentuk pernikahan, kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan ini menghasilkan hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Lebih erat daripada hubungan orangtua-anak (band. Kej 2: 24). Pernikahan bukan sebuah kontrak sementara waktu dan bukan keutuhan yang dapat dibubarkan begitu saja. Adalah salah, bila manusia memisahkan suatu keutuhan. Dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian.   

Mari jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu (apalagi satu-satunya) solusi, meski situasinya sangat buruk. Dan mari, kita bersama-sama dalam kehidupan tiap keluarga dan berkeluarga kita, tidak “tegar hati”/”keras hati” (baca dan renungkan kembali ayat 5). Mari kembali pada Dia yang mempersatukan, menolong terjadinya pemulihan, hingga kembali kepada keutuhan. Mari menjadi keluarga yang fokus kepada keutuhan. Keutuhan yang hanya ada dalam Cinta Kasih Allah. Hidup berjuang saling sayang, mengasihi, saling mengampuni, melayani dan meng-utuhkan dalam keluarga kita, sebagai Gereja kecil sehari-hari. Amin.


Tulisan: Lusindo Tobing
Foto: dok. keluarga.