13 Juni 2017

Tidak ada yang dapat memisahkan




                                            foto: Shwebook Dictionary Pro

Mengunjungi seorang ibu (anggota jemaat)
yg tetap bersemangat dan memiliki pengharapan dalam Tuhan, walau sudah cukup lama dirawat dalam ruang ICU, mengajarkanku lagi dan lagi.. bahwa sesungguhnya tidak ada yang dapat memisahkan cinta kasih seseorang dengan Tuhan yang mengasihi dan sungguh dikasihinya.. Amin :)

lt.


10 Juni 2017

Refleksi Minggu kedua Juni 2017


 
Matius 28: 16-20

                          Memberitakan Penyelamatan



Penulis Injil Matius dengan jelas menampilkan bahwa Tuhan tahu ada murid-Nya yang masih ragu-ragu. Tuhan tahu hati kita (bdk. ayat 17-18). Refleksi paling kuat kali ini adalah keraguan manusia tidak bisa menghalangi Tuhan Yesus Kristus memberi 'amanat agung' kepada para murid (ayat 19-20).

Setiap orang yang rindu dan sedang terlibat pemberitaan penyelamatan Allah, haruslah orang yang memiliki persekutuan dan hubungan yang tulus, intim dan suci dengan-Nya. Minggu lalu, kita belajar tentang menerima Roh Kudus yang memurnikan dan menyiapkan hati, akal, tubuh dan seluruh kehidupan kita.

Mari menyerahkan hati dan diri ke dalam tuntunan Roh yang menguduskan, mengajar, menegur, membimbing, menghibur, dan sekali lagi memampukan kita. Memberitakan karya penyelamatan-Nya atas dunia, senantiasa sampai kepada akhir zaman. Amin.


Pdt. Lusindo Tobing

05 Juni 2017

Pentakosta 2017 - Refleksi Minggu pertama Juni 2017



Kisah Para Rasul 2: 1-21
                                      Terimalah Roh Kudus!




Selain ucapan "Selamat Pentakosta," menurut Anda apa ucapan lainnya yang baik diberikan kepada sesama orang percaya? Mungkin ada dua usulan saya: "Selamat, kuasa Roh Allah dicurahkan atas Anda" atau "Selamat menerima Roh Kudus."

Hari Pentakosta adalah hari dimulainya penggenapan janji-janji Kristus. Dimulai dengan dicurahkan/turunnya Roh Kudus Allah ke atas para murid, mereka menerima, mengalami dan sekaligus mewartakan karunia kuasa-Nya! Saat itu sesuai tradisi Perjanjian Lama, berkumpul untuk merayakan Pentakosta di Kota Yerusalem, semua orang Yahudi yang di Palestina maupun nonPalestina dengan bahasa berbeda-beda. Para murid (rasul-rasul) berbicara dalam bahasa mereka (baca ulang ayat 6-13). Ketika Roh Kudus mengurapi, mereka ke luar dari rumah tempat mereka berkumpul (ayat 1) dan bersaksi-berbicara di tengah kerumunan orang Yahudi itu.

Kini, mari mulai dari diri kita sendiri. Roh Kudus Allah juga ada dalam hati, pikiran dan hidup kita seutuhnya. Tuhan Allah sedang dan selalu menggerakkan kita untuk menceritakan kasih kebaikan dan karunia-Nya, untuk menjangkau anggota keluarga kita, damai sejahtera bagi kota Jakarta juga Indonesia, dan keselamatan-Nya kepada seluruh dunia. Selamat menerima Roh Kudus. Amin.

Pdt. Lusindo Tobing

27 Mei 2017

Refleksi Minggu keempat Mei 2017


Yohanes 17: 1-11


Doa Yesus Memampukan Kita
menjadi Saksi-Nya





          Teror bom terjadi di Manchester - Inggris, juga teror di Kota Marawi - Filipina, dan terjadi pula teror bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur - Indonesia. Tujuan semua teror selalu untuk: menimbulkan ketakutan dengan kekacauan dan jatuh korban. Di keadaan berbagai teror seperti sekarang ini, Sabda dari Tuhan Yesus Kristus kali ini kembali memberi ketenangan, keyakinan dan kekuatan kepada kita.

Saat Dia berdoa untuk para murid: “Aku <1473> berdoa <2065> untuk <4012> mereka <846>. Bukan <3756> untuk <4012> dunia <2889> Aku berdoa <2065>, tetapi <235> untuk <4012> mereka, yang <3739> telah Engkau berikan <1325> kepada-Ku <3427>, sebab <3754> mereka adalah <1510> milik-Mu” (ayat 9). Seperti pesan perpisahan disertai dengan sebuah doa, yang tidak boleh dipisahkan dari konteks salib. Tuhan Yesus telah mengajar dan menghibur murid-murid, melalui doa ini Dia juga meneguhkan iman mereka. Dia bukan meminta Bapa melepaskan para murid dari penderitaan, melainkan berdoa agar Bapa melindungi murid-murid-Nya dari si jahat (coba baca ayat 15).

          Tuhan Yesus Kristus membentangkan kasih Allah yang luar
biasa besar bagi para murid/pengikut-Nya, juga keajaiban rencana-
Nya bagi orang beriman. Doa Tuhan Yesus menunjukkan perhatian
dan peduli-Nya bagi kita, murid-murid-Nya pada masa kini, terus
dan semakin percaya pada-Nya, dan kita menjadi saksi-Nya untuk
dunia, untuk Indonesia, untuk Kota Jakarta, dan untuk setiap orang
yang kita jumpai setiap hari. Amin.

 

Pdt. Lusindo Tobing

21 Mei 2017

@ pulpit (mimbar)

 
 
 
 
 
                                                                                                                                              foto oleh: Erwan Satiya Hanura
 

18 Mei 2017

Refleksi Minggu ketiga Mei 2017



Mazmur 66: 8-20

                                            Siap Mewujudkan
                                                                                                                                                                           Foto oleh: LT

Setiap tanggal 20 Mei, bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), hari perjuangan seluruh rakyat Indonesia yang ditandai dengan kelahiran organisasi Budi Oetomo tahun 1908. Peringatan tentang komitmen dan janji bahwa kita bersama adalah rakyat dan bangsa Indonesia yang berdaulat dan tidak mau terpecah-belah.

Ayat 13 perikop kali ini berbunyi: "Aku akan masuk ke dalam rumah-Mu dengan membawa korban-korban bakaran, aku akan membayar kepada-Mu nazarku." Pemazmur mengajak untuk kita melakukan ibadah yang sejati dengan mempersembahkan korban-korban sesuai Taurat (ayat 13,15), dan melakukan semua janji setia kepada Tuhan yang pernah diucapkan (ayat 13b, 14).

Mari sebagai umat Tuhan di Indonesia, bersama semua rakyat Indonesia yang berbeda suku, ras, etnis, budaya, agama dan kepercayaan, kita melakukan janji dan komitmen Harkitnas. Dengan cara: Tidak menggunakan waktu untuk membenci-menghakimi, menghilangkan segala perdebatan yang sia-sia, mari saling terbuka, menerima dan saling mengasihi. Karena sesungguhnya semua orang punya ruang di Tanah air Indonesia. Amin.

Pdt. Lusindo Tobing

13 Mei 2017

Refleksi Minggu kedua Mei 2017


Yohanes 14: 1-14



Siap Melakukan Pekerjaan-pekerjaan yang
 
Yesus Lakukan

                                                                                                                                                                           Foto oleh: LT
 

Kita terlalu sering memberi perhatian hanya kepada penggalan ayat
dalam Alkitab yang kita suka, seperti ayat terakhir perikop kita kali
ini (ayat 14) yang berbunyi: “Jika <1437> kamu meminta <154> sesuatu <5100> kepada-
Ku <3165> dalam <1722> nama-Ku <3686> <3450>, Aku akan melakukannya.” Namun
“membuang” dan seakan melupakan bunyi pesan Firman Allah di
ayat-ayat terdekat lainnya. Lebih bahaya lagi, kita memotongnya,
menjadi seperti, “Jika kamu meminta, Aku akan melakukannya,”
padahal jelas ada pesan firman-Nya yang menjadi syarat yakni:
“dalam nama-Ku,” dan bukan dalam kekuatan dan kehendak kita
manusia, bukan “dalam nama-ku.”   <4160>

Perhatikan perikop kali ini, ditegaskan bahwa para murid dipanggil
untuk berkarya nyata, yang sudah diteladankan Sang Guru: Tuhan
Yesus Kristus. Refleksinya adalah menjadi umat Allah bukan
sebatas percaya dan bersyukur, tetapi siap dipakai Allah
mewujudkan rencana-Nya. Tahu dan mau bergumul demi rencana
dan kehendak-Nya, bukan umat yang cuma meminta keinginannya
dipenuhi! Tuhan Yesus Kristus menegaskan bahwa, “.. <5213>
Sesungguhnya <281> <281> barangsiapa percaya <4100> kepada-Ku <1691>, ia akan melakukan <4160>
juga pekerjaan-pekerjaan <2041> yang <3739> Aku <1473> lakukan <4160>, bahkan pekerjaan-
pekerjaan yang lebih besar <3173> dari pada itu.. <3754> <1473> <4198> <4314> <3962>” (ayat 12).

Mari miliki iman yang hidup, yang percaya rancangan Tuhan yang
berlaku, menggerakkan ketaatan kita kepada Tuhan Allah. Kita
ditantang untuk berupaya, bekerja dan berkarya, bukan hanya
karena diperintahkan Tuhan, melainkan karena karya-Nya, sudah,
ada dan selalu ada di dalam diri serta hidup kita. Berhentilah
membenci, mari saling mengampuni. Sudah basi untuk ikut-ikutan
menyebarkan berita hoax yang memecah-belah, jadilah pemersatu
keluarga, gereja dan bangsa. Jangan senang menghakimi,
bersemangat dan senanglah untuk saling menghargai. Stop hanya
memikirkan diri sendiri dengan memaksakan ego kita, mari siap
berkarya dalam hidup bersama. Lebih terbuka hati-pikiran untuk
semakin peduli, berbagi dan mengasihi semua orang. Amin.

 
Pdt. Lusindo Tobing