23 Juni 2017

Refleksi MInggu keempat Juni 2017



Roma 6: 1-11

Tidak Menjadi Hamba Dosa
 
 


            Sahabat-sahabat umat muslim telah menyelesaikan bulan
 suci, bulan puasanya, dan kini memasuki Lebaran. “Selamat Hari
lebaran atau selamat Idul Fitri..,” mari katakan itu dengan tulus
kepada tetangga, sahabat, dan bahkan anggota keluarga besar kita
yang merayakannya.

            Dalam iman kekristenan kita, kesucian hanya ada dalam
Kristus. Tepatnya, jika kita mau hidup dalam kuasa dan kasih Allah
yang menjadi manusia: Tuhan Yesus Kristus, yang telah disalibkan
untuk menebus dosa-dosa manusia. “Karena kita tahu, bahwa
manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita
hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada
dosa” (ayat 6). Refleksi tegas dari perikop kita di Minggu terakhir
bulan Juni 2017 ini adalah peralihan dari hidup lama ke hidup baru,
harus semakin baru, bukan kembali ke hidup yang lama, tetapi
dengan kekuatan Roh Allah Yang Kudus, kita dimampukan untuk
semakin dibarui. Semakin terang dan bersukacita!

            Mari, jangan kembali gelap, jangan lagi menjadi hamba
dosa! Dalam urapan Roh Kudus, Kasih Allah Bapa dan
pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, dosa jangan berkuasa lagi di
dalam tubuh kita yang fana. Mari lebih berserah hati, berserah
rasional dan berserah seluruh tubuh kepada-Nya untuk kita dipakai
menjadi senjata dan pejuang kebenaran. Selamat menjadi “hamba
Terang Kasih-Nya.” Selamat menikmati liburan bersama anggota
keluarga, selamat semakin bertambah menerima kasih karunia
Allah, dan tiap hari, selamat lebih sering membagikan kebahagiaan
dan sukacita nyata kepada semua. Amin.

 
Pdt. Lusindo Tobing   

15 Juni 2017



 
 
Hari Kamis nanti (22 Juni 2017) usianya akan 80 tahun.
Ditemani Isterinya, siang tadi di ruang konsistori gereja, sang bapak cerita bahwa ia tumbuh di keadaan menderita. "Suatu kali saya masih melihat ada orang mati kelaparan atau sakit tergeletak begitu saja di pinggir jalan pada zaman itu," buka cerita beliau.


Saat masih kecil juga, ayahandanya meninggal, dan ia terkecil dari 6 bersaudara yg semuanya laki-laki! Jadi bisa dibayangkan, kesulitan dan penderitaan mereka, khu...susnya sang ibu yang "single parent." Namun dengan hikmat-kekuatan-anugerah Tuhan saja, bisa membesarkan mereka hingga dewasa. "Karena itulah, saya selalu kagum dan hormat kpd perempuan atau ibu yg membesarkan-mendidik anak/anak-anaknya, sendirian," tambahnya.

Meloncat ke saat kini. Dari enam bersaudara, tinggal beliau yang masih hidup. Menjelang usianya yang ke-80, Allah sudah memberkati beliau banyak sekali, khususnya keluarga: isteri, anak-mantu, cucu2 dan keluarga besarnya.
Pergumulan dan penderitaan masih ada, khususnya keterbatasan mata. "Tetapi kami berdua tetap bersyukur Pak pdt.. kami, saya dan Istri saling mendukung sebagai 'team work' yang baik. Mata saya sulit sekali melihat, saya suka menyanyi [keterangan: beliau juara Bintang Radio & Televisi di jamannya, terakhir aktif melatih beberapa paduan suara] namun kini jadi sulit untuk baca teks juga not utk menyanyi, tetapi pendengaran masih baik. Sebaliknya, istri pendengarannya sudah terbatas, tetapi matanya masih baik untuk melihat dan membaca. Jadi.. istri saya jadi mata kami dan saya menjadi telinga kami berdua." (Lalu kami bertiga tertawa bersama...)

Sang bapak menutup ceritanya, dgn ungkapan yg dalam dan indah: "Menderita tetapi bahagia!"
Amin



lt

Refleksi Minggu ketiga Juni 2017



Keluaran 19: 2-8
 

Menjadi Harta Kesayangan Roh Kudus

                                                                               foto oleh: Lusindo Tobing

Allah berjanji demikian: “Jadi sekarang <06258>, jika <0518> kamu sungguh-sungguh mendengarkan <08085> <08085> firman-Ku <06963> dan berpegang <08104> pada perjanjian-Ku <01285>, maka kamu akan menjadi <01961> harta kesayangan-Ku <05459> sendiri dari antara segala <03605> bangsa <05971>, sebab <03588> Akulah yang empunya seluruh <03605> bumi” <0776> (ayat 5), kepada Abraham (baca dan bandingkan Kej. 12:1-3), diteruskan turun temurun kepada keturunan Yakub (ayat 3). Allah sendiri yang telah bertindak menebus Israel (ayat 4), berjanji serta menyatakan bahwa bangsa Israel menjadi harta kesayangan Tuhan.

Perjanjian ini bersifat misioner, agar bangsa pilihan Allah itu menjangkau bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Allah sejati. Hal ini juga berlaku kini kepada kita dan semua orang yang hidup dalam Roh Kudus Allah. Kalimat yang berbunyi, “<03588>Akulah yang empunya seluruh <03605> bumi” <0776> (baca lagi ayat 5) juga menyadarkan kita bahwa Allah berdaulat atas seluruh ciptaan, atas alam, tentunya termasuk atas kita, umat manusia.

Mari jangan hanya mengharapkan berkat-berkat dari Allah saja. Di dunia yang kini semakin tidak menghargai kehidupan, manusia dan alam, paling riil belakangan ini: terjadi beberapa tindak kejahatan menggunakan senjata api/pistol dan menembak mati korban-korbannya, mari “mengalahkan” semua itu! Mari semakin berupaya menjadi kesayangan-kesayangan Allah dengan perbuatan nyata, merefleksikan Kasih Allah setiap hari, dengan lebih banyak menyayangi seluruh ciptaan, termasuk khususnya menyayangi dan mengasihi sesama manusia, suku apapun, bangsa apapun (“dari antara segala bangsa” di ayat 5 tadi), dan bahkan agama apapun. Sebab dari semua ciptaan, kita adalah harta kesayangan-Nya! Amin.


Pdt. Lusindo Tobing

13 Juni 2017








Membesuk ahli kecantikan era tahun 70-80an, yg terkasih.. Ibu Noek Hedijanto. Banyak cerita, sharing dan tawa bersama. Semangat "dgn pdt, mau foto spt Marilyn Monroe" dan "inner beauty" beliau pas spt Rasul Paulus bilang, "Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari." Amin. :)

lt.

Tidak ada yang dapat memisahkan




                                            foto: Shwebook Dictionary Pro

Mengunjungi seorang ibu (anggota jemaat)
yg tetap bersemangat dan memiliki pengharapan dalam Tuhan, walau sudah cukup lama dirawat dalam ruang ICU, mengajarkanku lagi dan lagi.. bahwa sesungguhnya tidak ada yang dapat memisahkan cinta kasih seseorang dengan Tuhan yang mengasihi dan sungguh dikasihinya.. Amin :)

lt.


10 Juni 2017

Refleksi Minggu kedua Juni 2017


 
Matius 28: 16-20

                          Memberitakan Penyelamatan



Penulis Injil Matius dengan jelas menampilkan bahwa Tuhan tahu ada murid-Nya yang masih ragu-ragu. Tuhan tahu hati kita (bdk. ayat 17-18). Refleksi paling kuat kali ini adalah keraguan manusia tidak bisa menghalangi Tuhan Yesus Kristus memberi 'amanat agung' kepada para murid (ayat 19-20).

Setiap orang yang rindu dan sedang terlibat pemberitaan penyelamatan Allah, haruslah orang yang memiliki persekutuan dan hubungan yang tulus, intim dan suci dengan-Nya. Minggu lalu, kita belajar tentang menerima Roh Kudus yang memurnikan dan menyiapkan hati, akal, tubuh dan seluruh kehidupan kita.

Mari menyerahkan hati dan diri ke dalam tuntunan Roh yang menguduskan, mengajar, menegur, membimbing, menghibur, dan sekali lagi memampukan kita. Memberitakan karya penyelamatan-Nya atas dunia, senantiasa sampai kepada akhir zaman. Amin.


Pdt. Lusindo Tobing

05 Juni 2017

Pentakosta 2017 - Refleksi Minggu pertama Juni 2017



Kisah Para Rasul 2: 1-21
                                      Terimalah Roh Kudus!




Selain ucapan "Selamat Pentakosta," menurut Anda apa ucapan lainnya yang baik diberikan kepada sesama orang percaya? Mungkin ada dua usulan saya: "Selamat, kuasa Roh Allah dicurahkan atas Anda" atau "Selamat menerima Roh Kudus."

Hari Pentakosta adalah hari dimulainya penggenapan janji-janji Kristus. Dimulai dengan dicurahkan/turunnya Roh Kudus Allah ke atas para murid, mereka menerima, mengalami dan sekaligus mewartakan karunia kuasa-Nya! Saat itu sesuai tradisi Perjanjian Lama, berkumpul untuk merayakan Pentakosta di Kota Yerusalem, semua orang Yahudi yang di Palestina maupun nonPalestina dengan bahasa berbeda-beda. Para murid (rasul-rasul) berbicara dalam bahasa mereka (baca ulang ayat 6-13). Ketika Roh Kudus mengurapi, mereka ke luar dari rumah tempat mereka berkumpul (ayat 1) dan bersaksi-berbicara di tengah kerumunan orang Yahudi itu.

Kini, mari mulai dari diri kita sendiri. Roh Kudus Allah juga ada dalam hati, pikiran dan hidup kita seutuhnya. Tuhan Allah sedang dan selalu menggerakkan kita untuk menceritakan kasih kebaikan dan karunia-Nya, untuk menjangkau anggota keluarga kita, damai sejahtera bagi kota Jakarta juga Indonesia, dan keselamatan-Nya kepada seluruh dunia. Selamat menerima Roh Kudus. Amin.

Pdt. Lusindo Tobing