10 Januari 2013

refleksi minggu kedua Januari 2013


Yesaya 43: 1-7



ENGKAU BERHARGA DI MATA-KU

Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu. (Yesaya 43: 4)




Mahkamah Konstitusi membatalkan status sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Lalu muncullah keributan, pro dan kontra. Saya bukan mau meremehkan isu, tetapi bukankah yang terpenting apakah anak-anak kita atau para murid sekolah di Indonesia benar-benar dipandang berharga? Sehingga bukan "label" sekolahnya, tetapi benar- benar dilayankan sebuah pendidikan yang berkwalitas sebagai manusia Indonesia dan dunia.

Refleksi berikutnya yang lebih mendalam, apakah kita pernah menyadari bahwa kita ini sangat berharga di mata Tuhan?  Tuhan tidak pernah memandang rupa, jabatan, atau kekayaan yang kita miliki.  Sesungguhnya,  "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau,.." (ayat 4). Seburuk apa pun kita di mata dunia ini, bahkan mungkin kita telah dihina, dicaci, dan direndahkan, tetapi kita tetap berharga di mataNya.  Kalau kita begitu bangga dipuji dan dihormati oleh orang, lain, alangkah lebihnya bila kita dipandang sangat berharga dan mulia di hadapan Tuhan, bahkan disebutNya kita sebagai biji mataNya sendiri! Dan Alkitab menyatakan,  "...siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya-"  (Zakharia 2:8b).

Sudah sepatutnya hati kita berlimpah dengan syukur dan berhentilah untuk mengeluh, ribut dan bersungut-sungut dengan kondisi yang mungkin menurut kita tidak sebanding dengan orang-orang lain. Sebab dengan ucapan syukur kepada Tuhan, akan semakin kuat iman kita di dalam Dia dan itulah awal dari karyaNya dalam hidup kita. Sehingga lebih lagi mengasihi Allah dan sesama. Dan dalam ucapan syukur ada kuasa yang turun dari tempat mahatinggi, sebab di dalamnya kita selalu percaya bahwa Tuhan sanggup memberlakukan yang terbaik atas pergumulan dan perjuangan hidup kita. 

Bagaimanapun dan keadaan apa pun yang kita alami-jalani saat ini. Ingat, kita semua berharga di mata Tuhan! Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

07 Januari 2013

refleksi minggu pertama Januari 2013



Efesus 3: 1-12



KASIH KARUNIA BAGI SEMUA

Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu  (Efesus 3: 8)





Apakah Allah mengasihi hanya orang Kristen saja? Apakah kasih karunia adalah hanya untuk orang Kristen saja? Jawaban untuk keduanya adalah tentu tidak. Allah mengasihi dan Kasih karunia Allah adalah untuk semua orang. Dalam perikop kita kali ini, hal itu ditekankan ulang lebih kuat lagi. Kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepada Paulus bukan terutama untuk dinikmatinya sendiri, tetapi agar dapat disalurkannya kepada orang lain. “..untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu.” (ayat 8).

Orang-orang Yahudi melalui penyataan Allah dan pengalaman hidup nenek moyang mereka bersama Allah, merasa bahwa mereka dikhususkan Allah. Begitu pula dengan orang-orang non Yahudi -- orang-orang Yunani para pengikut agama misteri—melalui pengalaman spiritual, mereka beranggapan bahwa hanya mereka yang memiliki hikmat ilahi. Kedua anggapan ini sungguh keliru, karenanya Paulus mengungkapkan suatu kebenaran, yaitu rahasia Allah.

Orang-orang non Yahudi yang sudah percaya telah dipersatukan dengan orang-orang Yahudi yang percaya dalam satu tubuh, yaitu jemaat. Paulus mengatakan bahwa rahasia Allah ini telah memberikan pengaruh yang dahsyat terhadap diri dan pelayanannya. Olehnya Paulus didorong untuk mewartakan Injil kepada semua orang.  Tugas kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus yang kini diberi kesempatan memasuki tahun 2013, sebagaimana yang dilakukan oleh jemaat pada masa lampau (ayat 10) adalah lebih memberitakan dan menawarkan rahasia Allah itu kepada semua orang untuk mereka alami.  Yang adalah kasih Allah pada semua orang yang menarik kita untuk menerima (percaya) dan membagikan kasih karuniaNya yang kekal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Oleh karenanya, mari dengan tingkah laku dan pelayanan nyata di tiap hari, tiap kita menjadi pemberita kasih karunia Allah. Bagi semua orang. Bagi semua kehidupan.  Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

17 November 2012

2 Buku Baru Saya (Lusindo Tobing)

Puji Tuhan...!

Telah terbit 2 buku baru saya, bahkan jauh lebih cepat dari yang direncanakan.

Buku pertama adalah "Chocolate for The Soul" berisi kumpulan status Halaman facebook Lusindo Tobing. Yang pasti membuat hati dan hidup Anda pembaca disegarkan, sungguh menikmati kehidupan dalam Tuhan, bertambah indah dan manis.

Buku kedua adalah "Blog to Book" berisi kumpulan renungan refleksi dan kont...

emplasi di Blog Lusindo Tobing. Sungguh mendukung dan bisa melengkapkan pertumbuhan iman, pengharapan dan kasih kita. Kepada Tuhan dan sesama.

---

Segeralah membeli dengan menghubungi Ibu Dian 0878-78539887 / Pin BB 27D2A732. Bisa jadi pilihan terbaik sebagai bacaan rohani dan kado cinta kasih menyambut Natal 2012 & Tahun Baru 2013. Tuhan memberkati :)

-Gratis ongkos kirim untuk JABODETABEK-




----

Chocolate for The Soul
(126 hal. / Harga Rp. 40.000,- saja)


KATA PENGANTAR

Sejak fb (baca: facebook) mulai dikenal mendunia kemudian masuk ke Indonesia, penulis sudah melihat ada “peluang” yang sangat besar untuk bisa menyuarakan kabar sukacita Tuhan dalam bentuk pembuatan dan penyebaran status-status fb yang membawa damai, semangat juga refleksi yang menggugah. Apalagi jika bisa membawa pemulihan hati para pembaca dan bahkan sikap perbuatan menjadi lebih baik.

Terlebih lagi ketika banyak suara-suara minor yang melihat media dunia maya (blog, fb, twitter, dan lain-lain) hanyalah wadah yang isinya melulu negatif, kotor, merusak dan harus dihindari. Padahal, dari hari ke hari kenyataan mengatakan berbeda. Bahkan semakin banyak survey yang sangat bisa dipertanggungjawabkan bahwa manusia sekarang yang kian modern dan canggih, semakin lebih cepat dan lebih banyak membuka, melihat, membaca, bahkan lebih “percaya” kepada apa yang ada di dalam media dunia maya tersebut. Ketimbang melihat media-media konvensional seperti televisi, buku cetak, majalah dan koran. Hal-hal seperti ini menambah kerinduan penulis untuk memberi sumbangan tulisan rohani yang positif, bersih, murni dan menyelamatkan. Yang menginspirasi pikiran, menggugah hati, memberi semangat, menguatkan iman dan menggiring pembaca (siapapun, bangsa suku ras apapun bahkan agama apapun) dan kehidupan bisa sedikit jadi lebih dekat dengan Tuhan, Sumber Kasih, Berkat dan Damai Sejahtera. Memaknai ulang hidup kehidupan bersama dengan lebih baik. Bahkan terpacu lebih menjadi saluran berkat dan cinta kasih yang manis bagi sesama.

Ya, manis bagai cokelat. Cokelat itu selalu kecil tetapi nikmat, enak, sekaligus melegakan, menenangkan dan menyukakan hati pikiran. Membuat hati dan hari jadi tambah bahagia. Bahkan dengan takaran cukup akan sangat menyehatkan. Tidak seberat makanan pokok. Tetapi bisa jadi asupan sehari-hari yang melengkapi kebutuhan jasmani juga khususnya suasana hati, rohani.

Itulah mengapa buku ini saya beri judul: Chocolate for The Soul.

Puji sembah syukur kepada Tuhan atas hikmat refleksi di tiap status demi status fb yang saya buat: http://www.facebook.com/lusindotobing. Semua berkat kasih karuniaNya. Terima kasih untuk Tim Buku. Dan kepada semua pihak, setiap orang, juga kejadian, fenomena, peristiwa dalam dimensi nyata kehidupan saya sehari-hari, yang kerap mendatangkan inspirasi sederhana, namun menjadi refleksi yang kuat indah.

Dan manis seperti cokelat. :)





---


Blog to Book
(274 hal. / Harga Rp. 50.000,- saja)


KATA PENGANTAR

Sesungguhnya buku ini adalah lanjutan. Dari buku pertama saya yang berjudul “Diam”, atau sebut saja Buku Diam 1. Jika dulu, buku yang pertama bentuknya kecil dan tipis. Sungguh bersyukur bahwa Buku diam 2 (Blog to Book) ini sedikit lebih besar formatnya dan tentu lebih tebal halaman isinya.

Sesungguhnya buku ini adalah kumpulan tulisan (dan juga beberapa foto) hasil karya sendiri. Hasil perenungan, kontemplasi dan rentetan refleksi. Yang saya awali saat menulis untuk renungan tiap Minggu di Warta Jemaat GKJ Nehemia –Jemaat di mana saya melayani-. Kemudian terus berlanjut menulis di dunia maya: http://lusindotobing.blogspot.com/

Sesungguhnya buku ini bisa terwujud tentu hanya karena berkat dan kasih karunia Tuhan. Dan terima kash kepada Tim Buku,juga semua pihak, setiap orang, juga kejadian, fenomena, peristiwa dalam dimensi nyata kehidupan saya sehari-hari, yang kerap mendatangkan inspirasi sederhana, namun menjadi refleksi yang kuat indah.

Dan..

Sesungguhnya buku ini jika sudah ada di tangan Anda (para pembaca terkasih), maka.. selamat membaca, selamat merenungkan merefleksikannya, selamat mencerna secara iman dan spiritualitas Anda masing-masing. Khususnya, selamat memberlakukan nyata di kehidupan yang lebih benar, lebih baik dan lebih indah. Untuk sesama, dan bagi kemuliaanNya.

Tuhan Yesus Kristus memberkati. :)



29 Oktober 2012

refleksi minggu pertama November 2012


FORGIVE  & FORGET




Mazmur 103


Forgive and forget? Forgive or forget?? Mana yang lebih dulu, memaafkan dulu atau melupakan terlebih dulu? Atau bisa bersamaan?? Kitab Mazmur menggiring kita secara spiritual untuk mengambil langkah satu persatu. Nyata dalam proses. Seperti tumbuhan yang berproses dari kecil -akarnya masih pendek, batang masih kecil lemah dan berbagai bagiannya juga demikian. Hingga terus bertumbuh  - akarnya menjadi panjang ke mana-mana mendalam ke tanah, batang, ranting, daun, bahkan buah dan lain-lain juga, jadi pohon yang dewasa, besar kuat!

Pertama, mari kuat bertumbuh untuk mengampuni. Memang harus diambil langkah salah satu dari keduanya. Dan yang terbaik adalah mari berani dan ahlilah mengampuni. Mau mengampuni karena sudah yakin penuh bahwa kita sudah diampuni lebih dulu oleh Allah. "Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu." (coba baca dan maknai lagi ayat 3 ini). Dan bukan mau mengampuni sesama atau siapapun yang telah dan sedang menyakiti atau berbuat sesuatu salah kepada kita, untuk kita mendapatkan atau menerima sesuatu, termasuk pengampunan. Singkatnya, firman Tuhan kali ini mengingatkan sekaligus mengajar kita untuk bersedia benar-benar melakukan pengampunan. Mengampuni siapapun juga, bukan "untuk" tetapi "karena". Bukan untuk diampuni, tetapi karena sudah diampuni.

Mari nyanyikan sebuah lagu yang mengkonfirmasi mengampuni dan pengampunan Allah tersebut. Misalnya ada lagu yang berbunyi demikian, "Tuhanku bila hati kawanku.. terluka oleh tingkah ujarku.. dan kehendakku jadi panduku, ampunilah.." Coba ulangi beberapa kali, ganti kata "kawan" tadi misalnya dengan kata "isteriku", atau "suamiku", atau "anakku", atau "papaku, mamaku... dan seterusnya". Masuklah dalam hadirat Kasih Pengampunan Allah lebih lagi, berefleksilah dengan hati pribadi dan mohonkan kekuatan untuk akhirnya dimampukanNya mengampuni sesama manusia "karena" pengampunan Allah.

Pelukan cinta kasih Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus akan memurnikan memulihkan kita untuk kuat mengampuni. Sehingga iman pun akan makin bertumbuh sehat (ingat seperti analogi sederhana tentang tumbuhan tadi). Bahkan sepertinya jika di tangan kanan kita tertoreh kekuatan untuk mengampuni, maka di tangan kiri tertorehlah kemampuan (juga dari Tuhan) untuk melupakan. Dari mengampuni ke melupakan.

Mari ulangi dan ulangi beberapa kali lagi Mazmur 103 ini. Bayangkan dan maknai dengan dalam betapa Allah memberkati pemazmur untuk tidak berhenti melangkah maju dalam hidupnya karena marah, dendam bahkan luka hati. Jangan menyerah. Jangan, jangan dan jangan pernah menyerah atas kejahatan bahkan kegelapan! Persilakan Tuhan saja yang selidiki dan memulihkan hati kita. Lalu mari for-GIVE maka kita akan dilayakkan untuk for-Get. Sengaja tulisan ungkapan tersebut dibuat demikian, karena hanya ketika kita memberi maka kita lebih lagi akan menerima. Sudah menerima pengampunanNya, tetapi ketika kita sungguh mau dan memberlakukan nyata mengampuni sesama, maka kita layak untuk menerima berkat-berkat damai kebahagiaan dan sejahteraNya, lebih lagi.

Mari katakan, "aku mengampunimu dan Tuhan lebih lagi." Lalu dengan kekuatanNya, lakukan! :)

Perlahan tetapi pasti, lihatlah dan kecap dengan iman, kita bisa bernyanyi seperti pemazmur. "Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya!" (ayat 2) dan juga, "Pujilah Tuhan, hai segala buatanNya, di segala tempat kekuasaanNya! Pujilah Tuhan, hai jiwaku!" (ayat 22). Ketika bisa mengampuni, bahkan kemudian terus dan setia berjuang untuk berhasil melupakan, maka yang muncul adalah puji-pujian kepada Tuhan. Ada ucapan syukur mulia dan tinggi, mengalahkan berbagai dendam dan penyesalan. Dengan hikmat dari Allah saja, kita berhasil menjadi duta damai. Dari Allah untuk dunia. Dimulai dari dalam kehidupan keluarga, kantor- pekerjaan dan dinas, studi -sekolah dan kampus, bahkan dengan tetangga lingkungan dan siapapun juga. Ada pengampunan.. Ada melupakan.. Ada damai di kehidupan. :)

Amin.




tulisan & foto: lusindo tobing.









24 Oktober 2012

refleksi minggu keempat Oktober 2012


MENJADI BUAH YANG BAIK






Matius 7: 15-20


Buah yang baik berasal dari pohon yang baik. Mungkin itu sedikit kristalisasi refleksi awal kita, khususnya seperti yang tertulis di ayat 17 dari pasal 20 Kitab Injil Matius ini.

Semua kita senang terhadap buah yang baik. Bahkan sesungguhnya kita semua senang akan semua yang baik. Apapun yang baik. Jika itu buah yang baik maka kita senang melihatnya, senang menerimanya, senang mendapatkannya dan apalagi senang menikmatinya. Oleh karena itu, mari hiduplah atau bahkan menjadi pohon yang baik!

Dan untuk itu mari hidup hanya di dalam Tuhan. Karena hanya Dia-lah yang sesungguh-sungguhnya baik. Tidak ada yang lain. Mari hidup melekat pada Allah. Hidup dalam Firman dan AjaranNya. Setia dan taat berjuang memberlakukan apa yang baik. Berpikir yang baik, merencanakan yang baik, menginginkan yang baik, berdoa tentang dan akan hal yang baik, berkat-kata yang baik, mendengar dengan aik, menuntun dengan baik, bahkan mengasihi dan mengampuni sebaik-baiknya. Sekali lagi, baik dalam Tuhan.

Bagian perikop kita kali ini, sesungguhnya mengajak pembacanya (termasuk kita tentu) untuk berwaspada. Waspada khususnya kepada ajaran sesat dan orang-orang mnyesatkan iman. Namun secara khusus, dijabarkan dengan gamblang cara mengidentifikasinya. Yakni dengan melihat dan mencermati buah-buah pekerjaan dan pelayanan yang dilakukan. Apakah baik atau buruk?

Jika kita boleh lebih digambarkan seperti pohon dan buah tadi. Marilah kita sejak bertumbuh (jasmani khususnya rohani spiritual kita) sungguh bertumbuh dengan baik. Terus menerus hingga besar dan kuat dan menghasilkan buah-buah yang baik. Dan kita dalam hidup sehari-hari layak untuk disajikan (atau menyajikan diri) sebagai potongan-potongan buah yang enak, manis dan khususnya menyehatkan! Buah yang baik.

Dan lakukanlah tiada henti. Berbuahlah yang baik dengan setia. Sajikanlah potongan buah-buah yang baik dengan taat. Bagi sesama manusia. 

Dan semua kembali hanya untuk kemuliaan... kebaikan Tuhan saja. Amin.




tulisan dan foto: lusindo tobing 


refleksi minggu ketiga Oktober 2012


BERKORBAN BUKAN MENGORBANKAN





Yesaya 53

Selain ungkapan "Simbiosis Mutualisme" (hubungan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak), ada dua ungkapan lain. Yakni "Simbiosis Komensalisme" dan "Simbiosis Parasitisme".  Simbiosis Komensalisme kurang lebih berarti hubungan dua pihak, di mana pihak yang satu tidak merasa dirugikan tetapi pihak yang lain dirugikan. Sedangkan Simbiosis Parasitisme dari bunyinya saja kita bisa mereka artinya, di mana pihak yang satu dirugikan dan pihak yang lain dirugikan dalam satu hubungan tertentu.

Pertanyaan mengajak refleksi kita sedikit lebih mendalam adalah bentuk manakah kira-kira yang merupakan atau minimal mendekati bentuk hubungan kita dengan Tuhan? Dan khususnya sebaliknya Tuhan dengan kita? Tidak perlu berputar-putar coba menjawabnya. Jawabannya adalah tidak ketiganya! Ya, karena dari bacaan    Kitab Yesaya kita dicerahkan ulang, bahwa bentuk relasi, hubungan dan keterkaitan kita adalah sesungguhnya berkorban. Kemauan untuk berkorban. Dan benar-benar berkorban!

Seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah berkorban. Allah penguasa lagit dan bumi "mau-maunya" datang turun ke dunia. Lalu dalam rupa seperti kita, manusia debu yang penuh cacat cela dosa, Tuhan Yesus lahir, mengajar menawarkan Keselamatan dan akhirnya mengorbankan diriNya untuk tebus dosa-dosa kita semua manusia. Pengorbanan untuk mau menderita bahkan kesakitan dan mati, menanggung kesakitan kita, memikul penderitaan kita (baca lagi Yesaya 53: 4). Mau kah kita?

Mari bersedia prihatin. Mari bersedia menderita. Bukan prihatin dan menderita untuk ego dan apalagi mengharapkan pamrih. Mari prihatin untuk orang lain. Mari menderita untuk sesama.

Dan mari lakukan nyata. Dengan tulus hati. Berokorban dengan ketulusan hati. Tidak ada "agenda tersembunyi", tidak ada "udang di balik rempeyek eh.. di balik batu :)" dan seterusnya. Tetapi benar-benar mau berkorban untuk sesama dan bahkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas. 

Berkorbanlah.. bukan mengorbankan. Jangan puas hanya sekadar bisa mempersembahkan korban dalam bentuk apapun kepada Allah. Tetapi mari, sekali lagi marilah dari ketulusan kejernihan hati sanubari, lebih lagi mau dan sungguh melakukan nyata pengorban kepada sekeliling. Dari hal-hal yang sederhana hingga besar. Berhentilah menghalalkan segala cara untuk hanya memuaskan ego apalagi nafsu. Apalagi tega-teganya mengorbankan orang lain atau pihak lain, hanya untuk keuntungan dan kerakusan diri sendiri. Mari mulai dan lebih berani lagi untuk berkorban. Lebih sering mempersilakan orang lain terlebih dulu, lebih memaklumi, lebih mau menyediakan waktu untuk hal yang baik, lebih sering tersenyum walau berat, lebih berani untuk mengasihi dan lebih rajin untuk melayani membantu-menolong. Khususnya mereka yang kecil lemah, bergumul berat, yang sungguh membutuhkan. Siapapun, agama, ras, suku, bangsa bahkan agama apapun!

Tuhan pasti akan dan selalu menguatkan niat berkorban dan upaya berkorban kita. Tidak sekadar menerima persembahan korban kita. Mau lebih sering melayani. Bukan hanya maunya dilayani terusss (baca maknai ulang lagi Markus 10: 45). Dan jika makin sering kita lakukan, hidup akan semarak. Semakin semarak, karena hidup yang kita jalani ini semakin ada arti. Semakin bahagia.

Berbahagia karena berkorban. Amin.



foto dan tulisan: lusindo tobing.


08 Oktober 2012

refleksi minggu kedua Oktober 2012


Tetaplah Hidup Jujur!





Markus 10: 2-16


Bagian Markus 10 ini memang bicara soal Surat Perceraian yang ditanyakan banyak orang kepada Tuhan Yesus. Tetapi jelas dan sangat tegas, Yesus menyatakan bahwa Musa (bukan Allah yang "mengeluarkan" surat seperti itu) membuat atau mengeluarkan itu karena kedegilan hati umat Israel. Bagian inilah sesungguhnya yang harus kita refleksikan.

Kedegilan hati berwujud dari kebiasaan yang buruk. Apa itu? Tidak bersedianya seseorang untuk apa adanya, mau lebih rendah hati dan benar-benar jujur. Jujur di hadapan Allah khususnya. Tetapi juga jujur di hadapan manusia.

Bicara pernikahan misalnya, betapa kita memang harus lebih terbuka jujur dan kembali kepada hal paling mendasar. Bahwa pernikan bukanlah rencana manusia belaka. Bukan pula sesuatu yang dibuat dan dirancang-rancang oleh gereja atau lembaga sosial apapun. Tetapi harus sungguh diketahui dan diyakini bahwa pernikahan adalah rancangan Tuhan saja. Oleh karenanya itu sangat suci, sangat mulia dan kudus. Bersifat selama-lamnya, hingga maut memisahkan. Hanya Allah yang bisa memisahkan (baca lagi ayat 9). Allah yang menentukan. 

Mari juga bersikap jujur seperti ini untuk semua dimensi di kehidupan kita. Appaun, di manapaun dan bahkan bagaimanapun. Bahkan ketika kejujuran semakin langka. Semakin mahal dan tentu dicari-cari orang. Mari, mari mulai dari diri sendiri. Kalau kita rindu orang lain jujur, maka sulit sekali kita sendiri mau melakukan kejujuran tersebut. Jika kita selalu berharap lingkungan kita adalah lingkungan yang memperjuangkan kejujuran, maka mulailah dari diri kita dulu untuk berjuang jujur!

Jujur di hadapan Tuhan. Jujur pada diri sendiri. Dan tentunya juga jujur kepada orang lain.

Dan untuk ini, Tuhan Yesus Kristus mengajarkan kepada kita, mari belajar kepada anak-anak. Menjadi seperti anak kecil. Memiliki hati, pikiran dan sikap bukan kekanak-kanakan, tetapi: seperti anak-anak. Mau diajar. Mau dibentuk olehNya. dan sekali lagi, jujur.. tulus bersih jernih dalam iman, pengharapan dan Kasih.

Hal terakhir yang sungguh patut direnungkan adalah: Siapa yang jujur.. maka akan dipeluk oleh Tuhan, lalu diberkati olehNya. Hal ini kita pantulkan dari sikap Tuhan Yesus sendiri kepada naka-anak (ayat 16). Tuhan memanggil mereka, mengajarkan soal ketulusan kejujuran menyambutNya kepada murid-murid. Lalu mengangkatnya di pangkuan lalu memeluk anak-anak itu, seperti akan masuk di dalam hatiNya. dan memberkati mereka.

Tuhan akan memeluk kita. Tuhan pasti juga memberkati kita. Jika kita mau hidup bersih dari hati, pikiran yang baik dan sikap yang penuh kejujuran.

Yang jujur, dipeluk dan diberkatiNya! Amin.




tulisan & foto: lusindo tobing