01 September 2015

Refleksi Minggu Pertama September 2015


 Yakobus 2: 1-13 

 
TIDAK DISKRIMINATIF  
 



“Bukankah kamu telah membuat pembedaan di dalam hatimu dan bertindak sebagai hakim dengan pikiran yang jahat?” (ayat 4). Salah satu ungakapan Yakobus ini sebenarnya mengangkat fakta konteks saat itu (dan kemungkinan besar sampai sampai kini). Firman Tuhan melalui penulis Yakobus mengajar dan mengingatkan agar jemaat (juga kita sekarang) tidak pilih kasih dalam hidup berjemaat dan bermasyarakat. 

Kesetaraan harus terpancar baik dalam ibadah maupun dalam pelayanan sosial. Firman Tuhan mengajar kita untuk konsisten menjadikan iman sebagai norma pergaulan di kehidupan masyarakat yang beragam. Kasih menjadi dasar ibadah yang tidak diskriminatif. Tidak boleh pilih kasih atau hanya hidup untuk sendiri. Iman harus berdampak luas, hingga Kasih Kristus dapat dirasakan semua manusia. 

Mari taatilah hukum kasih dalam seluruh sikap dan perbuatan kita, jangan taat kepada harta. Kuasai dengan mengelola harta yang dari Tuhan, bukan sebaliknya, harta menguasai kita. Agar kita tidak jatuh membeda-bedakan siapapun, apalagi berdasarkan kekayaannya. 

Tetapi menjadi ahli bersyukur bersama orang-orang dan kehidupan sekeliling kita dalam segala hal. Dan makin ahli memuliakan Tuhan -Sang Sumber berkat-. Berwujud nyata aktif ber-“ibadah tiap hari” membangun relasi kasih dengan semua manusia juga seluruh kehidupan. Tanpa diskriminasi. Kasih yang tidak “pilih kasih”. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Refleksi Minggu Kelima Agustus 2015


Ulangan 4: 6-9 



BIJAK & BERAKAL BUDI 





Apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang besar? Jawabannya sudah pasti: Ya. Tetapi, apakah Indonesia adalah negara dan bangsa yang bijaksana dan berakal budi? Jawabannya?? Mungkin untuk menjawab pertanyaan terakhir kita bersyukur kali ini disapa, diingatkan sekaligus ditegur lagi firmanNya. Konteks Ulangan 4 ayatnya yang keenam, “... Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi.”   

Setelah Musa mengingatkan bangsa Israel tentang sejarah mereka, mulai pasal ini ia menasihatkan mereka untuk menaati hukum-hukum Allah agar mereka hidup. Allah mencintai bangsa Israel dengan pemeliharaan-Nya yang begitu indah. Ia juga memberikan hukum pengajaran-Nya yang unik, yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain (ayat 8). Dengan hukum-hukum ini, bangsa Israel akan menjadi bangsa yang besar (secara spiritual, bukan kuantitas). Ketika mereka dengan bijak dan berakal budi menaati hukum-hukum tersebut, Allah akan menjadi dekat dan menolong mereka (dan kini juga untuk kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia) -- ini merupakan suatu keajaiban bagi bangsa-bangsa lain (ayat 7).   

Mari hidup selalu bijak dan berakal budi, dengan setia melakukan semua hukum-Nya dan menyampaikannya kepada generasi-generasi berikutnya. Itulah sebabnya dua loh untuk sepuluh perintah Allah dibuat. 

Itulah sebabnya juga, mari dengan bijak dan berakal budi kita saling mengasihi dan melayani satu dengan lainnya. Sebagai keluarga, jemaat, maupun sebagai warga negara NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) bahkan sebagai warga Kerajaan Allah di dunia. Ayat 9 mengingatkan, “Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu.” Amin.  


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

Refleksi Minggu Keempat Agustus 2015


Efesus 6: 10-20   



SENJATA ROHANI   




 
Dengan kekuatan sendiri, kita sesungguhnya tidak mampu melawan apalagi mengalahkan “Pemerintah, penguasa dan roh jahat di udara (ayat 12). Oleh karenanya, Sabda Tuhan melalui Rasul Paulus mengingatkan bahwa minimal ada dua sikap ekstrim yang harus dilakukan. Pertama, jangan terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus; Kedua, waspada dan berjuang mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. 

Orang- orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Dan harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui kemenangan pengorbanan salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan! Marilah mengenakan 6 jenis perlengkapan senjata rohani yakni: Ikat pinggang Kebenaran-keadilan (ayat 14), Kasut kerelaan Pemberitaan Injil - damai sejahtera (ayat 15), Perisai Iman (ayat 16), Ketopong Keselamatan dan Pedang Roh yaitu Firman Allah (ayat 17). 

Pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus yang melindungi orang percaya. Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis. Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis dalam berbagai bentuk khususnya keraguan dan kebimbangan. Dan Allah telah dan akan selalu menyelamatkan kita dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh. Tuhan Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (baca juga Matius 4: 1-10). 

Disempurnakan dengan doa dan melakukan semuanya. Siap sedialah selalu jemaat dan pelayan Tuhan. Kenakan selalu senjata rohani. Dan wujudkanlah dalam “peperangan” kehidupan nyata, setiap hari. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.            

12 Agustus 2015

Refleksi Minggu Ketiga Agustus 2015



Mazmur 34: 10-15


HIDUP DAMAI



Hampir bisa dipastikan jauh lebih banyak orang yang bertanya, “Siapakah yang akan menunjukkan kepada kita apa yang baik?” Daripada (sedikit sekali) yang bertanya, “Apa yang harus kami perbuat memperoleh hidup damai bahkan damai yang kekal?”

Dari perikop kita kali ini, refleksikan dan renungkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada yang lebih bertentangan dari kasih –inti ajaran Tuhan kita- selain pertentangan dan percekcokan. Yang menimbulkan kekacauan dan akan makin jauh dari damai sejahtera. Oleh karena itulah, kita terus berupaya mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya. Menunjukkan kecenderungan perilaku pembawa damai, mempelajari hal-hal yang membawa perdamaian, Berjuang tidak melakukan hal-hal yang menghancurkan perdamaian dan tidak melakukan kejahatan.

Mari mengupayakan hidup damai, bagi dirimu sendiri, bagi keluarga kita, bagi Jakarta dan terlebih damai bagi bangsa-negara Indonesia. Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, jangan takut rugi. Bahkan hidup damai bagi semua kehidupan dunia. Bagaimana caranya? Tiap pribadi berusaha: “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya! (ayat 15)  Berusaha hidup damai dengan semua orang, jangan tanggung-tanggung, damai.. Amin.




Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

07 Agustus 2015

Refelksi Minggu Kedua Agustus 2015


Efesus 4: 25 – 5: 2



RAMAH






Semua kita kemungkinan besar bergumul dan berjuang di tema renungan kali ini: Ramah. Berjuang bisa ramah, tetap ramah, apalagi semakin ramah kepada semua orang. Di konteks carut-marut kehidupan sosial masyarakat, bangsa negara dan bahkan dunia.  Yang semakin tegang dan panas, kita difirmankan untuk ramah. Sebagai umatNya, sekali lagi, untuk lebih ramah kepada orang lain.

Marilah mulai dari keluarga, berlanjut ke persekutan kebersamaan jemaat dan gereja. ” Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4: 32).  Firman Tuhan melalui Rasul Paulus menginginkan jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Juga kepada kita yang berusaha memberlakukan hidup ramah dengan tetangga di rumah, maupun “tetangga” / orang-orang di dekat kita, di mana pun kita berada, seperti diri kita sendiri (ingat dan maknai lagi Hukum Kasih-Nya, Matius 22: 37-40). 

Bahkan kita dimampukan Kristus Sang Sumber Kasih, untuk bisa ramah sebagai warga negara Indonesia.  Berjuang melakukan kasihNya dalam kehidupan, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan kehidupan kita, orang Kristen. Terlebih di tengah  bangsa dan negara kita memasuki usia ke-70 tahun di bulan ini. 

Hingga keramahan dan benar-benar bisa berlaku ramah kepada seluruh dunia. Kepada  sesama manusia, suku atau bangsa dan agama apapun. Bahkan mampu dengan nyata ramah kepada air, udara, tanah, binatang, tumbuhan dan pelestarian segala ciptaanNya. Amin.



Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.


05 Agustus 2015

Bahan PA (Pemahaman/Pendalaman Alkitab)





Bahan PA GKJ Nehemia, Agustus 2015.


Doa & Iman


Matius 9: 27-31.



1.    Berdoalah Berdasar Iman.  

Sesungguhnya iman merupakan syarat utama untuk menerima pertolongan dari Kristus. Berkat Tuhan memang bisa berlaku untuk semua orang.  Tetapi orang yang ingin menerima belas kasihan pertolongan dari Kristus harus percaya dengan yakin akan kuasa-Nya. Apa pun yang kita butuhkan Dia lakukan untuk kita, kita harus benar-benar yakin bahwa Ia dapat melakukannya.  Apakah kamu percaya? Apakah kita sungguh-sungguh beriman? Alam bisa membuat orang bersungguh-sungguh hati, tetapi hanya anugerah Allah sajalah yang bisa menghasilkan iman; berkat-berkat rohani hanya diperoleh melalui iman. 

Dua orang buta dalam perikop kita kali ini telah menunjukkan iman mereka melalui pengakuan akan kedudukan Kristus sebagai Anak Daud dan akan belas kasihan-Nya. Walaupun begitu, Kristus juga mau agar mereka menyatakan iman mereka akan kuasa-Nya.  “SetelahYesus masuk ke dalam sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepada-Nya dan Yesus berkata kepada mereka: "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Mereka menjawab: "Ya Tuhan, kami percaya.“ (ayat 28). Percayakah kita?  Bahwa Dia dapat melakukannya, dapat memberikan pertolongan, memberikan penglihatan kepada orang buta, menyembuhkan orang lumpuh, dan membangkitkan orang mati? Perhatikanlah, dalam menerapkan iman, sebaiknya kita menyebut doa secara lebih terperinci apa yang kita imani mengenai keyakinan kita akan kuasa Allah, kehendak baik-Nya, dan janji-janji-Nya yang umum pada keperluan-keperluan kita yang khusus. 

Segala sesuatu bekerja untuk mendatangkan kebaikan, dan jika dikatakan segala sesuatu, maka ini pun termasuk dalam doa-doa kita. Ini berarti mereka bukan saja harus percaya bahwa Dia Anak Daud, melainkan juga Anak Allah; karena Allah sendirilah yang mempunyai hak istimewa untuk membuka mata orang buta (Mzm. 146: 8); Ia menciptakan mata yang melihat (Kel. 4: 11). Kita harus percaya bahwa Kristus dapat melakukannya, dengan kuasa doa,  doa yang berdasar iman yang kokoh teguh.  Dalam Roh, tidak hanya kita merasa pasti akan kuasa-Nya itu, tetapi juga kita benar-benar menyerahkan dan mengikat kepada kuasaNya.  Mendorong hati, roh, akal, diri serta hidup kita teguh di dalam janji  sekaligus jawaban doa, penggenapan janji dan rancangan diberlakukanNya atas kita. Orang yang mengalami penderitaan yang sama haruslah mengucapkan doa yang sama pula untuk meminta pertolongan. Orang-orang yang sama-sama menderita haruslah memohon bersama-sama pula. Di dalam Kristus, semuanya bisa mendapat bagian. Oleh karenanya menutup point 1 (pertama), tetapi mengawali seluruh PA kali ini, mari bersama-sama kita berkata dari iman (katakan bersama-sama):   "Ya Tuhan, kami percaya.“



2.    Iman Bekerjasama Dengan Doa. 

Memasuki bagian kedua ini, mohon jawab pertanyaan ini, Apakah Tuhan Yesus berdoa? Jawabannya dan ingatlah misalnya yang tertulis di Injil Lukas 9: 18, “Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Ya Dia berdoa, benar-benar dan sungguh-sungguh di tiap doaNya.  Sama persis format pemahaman dan refleksi iman atas jawaban dua orang buta di konteks bahan PA kita kali ini. Mereka langsung memberikan jawabannya, tanpa ragu-ragu, "Ya Tuhan." 

Ayat 27 menyatakan jelas upaya doa yang tiada henti, terus memohon dengan sembah kepada Tuhan. Dan semua itu menjadi indikasi paling jelas bahwa ada kerjasama kuat antara Iman dengan Doa. Perhatikan, “Ketika Yesus meneruskan perjalanan-Nya dari sana, dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru dan berkata: "Kasihanilah kami, hai Anak Daud.“  Walaupun Dia membuat mereka gelisah menanti-nanti untuk beberapa waktu dan tidak segera menolong mereka, namun mereka dengan tulus melihat bahwa Dia berbuat seperti itu karena hikmat-Nya, bukan karena kelemahan-Nya, dan mereka terus beriman akan kemampuan-Nya.  Harta kekayaan belas kasihan yang tersimpan di dalam kuasa doa bekerjasama dengan orang-orang yang percaya hanya kepada-Nya.

Dan bukankah kita selalu diingatkan salah satu ayat (dari sekian banyak ayat Alkitab) yang menandaskan hal tersebut, “Ia berkata kepada mereka: "Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.“  (Matius 17:20).



3.    Doa Membuat Iman Menjadi Sempurna.  
 
Oleh karenanya, berdoalah dengan hati dan pikiranmu. Tetapi pertama dan khususnya berdoalah dari hati. Berdoa dari hati, menyentuh Hati & kembali ke banyak hati. Hati semua orang, khususnya kedalaman serta ketulusan hati kita. Hati yang berisi penuh iman akan kuasa dan kasih sayang Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. Penyembuhan akhirnya dilakukan Kristus terhadap mereka; Ia menjamah mata mereka (ayat 29):  “Lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: "Jadilah kepadamu menurut imanmu."

Ini dilakukan-Nya untuk menguatkan iman kedua orang buta itu, yang telah diuji-Nya dengan menunda-nunda waktu. Jadi ingatlah selalu, mungkin jawaban atas doa kita dari Tuhan seperti lambat (atau mungkin lambat sekali) bagi kita, tetapi percayalah Tuhan dan jawabanNya tidak pernah terlambat!  Akhirnya menunjukkan bahwa Ia memberikan penglihatan kepada jiwa-jiwa yang buta dengan mengerjakan anugerah-Nya yang menyertai perkataan-Nya, dengan melumas mata. Ia melakukan kesembuhan itu berdasarkan iman mereka, jadilah kepadamu menurut imanmu. Ketika mereka memohon untuk disembuhkan, Ia menanyakan iman mereka, "Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?" (ingat lagi ayat 28). 

Di konteks lain, penulis Yakobus sangat jelas menyatakan, “Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama  dengan perbuatan-perbuatan  dan oleh perbuatan-perbuatan  itu iman menjadi sempurna.”  (Yakobus 2: 22).  Dan lihatlah kembali di konteks pembacaan PA kali ini, Tuhan Yesus tidak menanyakan kekayaan mereka, apakah mereka mampu membayar-Nya untuk menyembuhkan mereka, juga tidak bertanya tentang nama baik mereka, supaya Ia mungkin bisa mendapat pujian dengan menyembuhkan mereka; sebaliknya, Ia menanyakan iman mereka. Dan sekarang setelah mereka menyatakan iman mereka, seperti yang dipertanyakan-Nya.  Dialog Tuhan Yesus dengan kedua orang buta akhirnya menampilkan penyempurnaan iman percaya. Benar-benar semakin percaya beriman, dan lihat, kuasa yang mereka (dan kita juga percaya-imani) pasti dilaksanakan bagimu. Jadilah kepadamu menurut imanmu!



4.    Doa Yang Dari Iman, Menyelamatkan! 
  
“Maka meleklah mata mereka. ...” (penggalan ayat terakhir, ayat 30).  Ia tahu akan ketulusan iman mereka, dan Ia menerima dan mengabulkan permintaan dari iman mereka itu. Perhatikanlah, orang yang sungguh-sungguh percaya boleh merasa tenang bahwa Yesus Kristus mengetahui iman mereka, dan Ia senang dengan iman mereka itu. Sekalipun iman itu lemah, sekalipun orang lain tidak memahaminya, dan sekalipun mereka sendiri bisa mempertanyakannya, iman itu diketahui-Nya.

Tuhan Yesus Kristus menekankan bahwa iman kedua orang buta itu penting. Doa yang berasal dari iman, pasti menerima pertolonganNya. Pasti menyelamatkan! Perhatikanlah, orang yang datang kepada Yesus Kristus akan diperlakukan menurut iman mereka; bukan menurut angan-angan mereka atau menurut pekerjaan mereka, melainkan menurut iman mereka. Ini artinya, orang-orang yang tidak percaya tidak bisa berharap akan mendapat pertolongan dari Allah, tetapi orang yang sungguh-sungguh percaya bisa yakin akan mendapat segala Keselamatan yang ditawarkan di dalam Injil.

Di semua mujizat yang berlaku (khususnya dalam konteks Perjanjian Baru) pastilah bersumber dari Pribadi Yesus, Tuhan danh Juruselamat  yang berkuasa. Perhatikan setiap proses mujizat yang terjadi.  Saat Dia memegang tangan anak kepala rumah ibadat yang mati, lalu bangkitlah ia. Perempuan yang sakit pendarahan itu sembuh bukan karena jubah yang dikenakanNya, namun karena perempuan itu beriman kepada Pribadi Yesus. Orang buta disembuhkan karena jamahan kuasa Tuhan Yesus. Demikian pula orang bisu dapat berbicara karena kuasa setan dipatahkan oleh kuasa-Nya. Kuasa-Nya tidak dapat dipisahkan iman yang datang memohon kepadaNya.  Mari jangan hanya takjub dan mencari mujizatNya. Namun mari tunduk kepada Pribadi Tuhan Yesus Kristus yang, berdoa dengan iman menyembah kepada  Sumber segala keselamatan kekal. Sebab banyak Kristen yang hanya tergiur mengalami Kuasa-Nya, tanpa mau datang dan tunduk beriman tiap hari kepadaNya.  Dalam tingkah laku nyata. Terlebih mulai dari doa-doa yang dipanjatkan.



5.    Tekunlah Berdoa Dengan Iman.

Dan walaupun jawaban atas doa kita, jawabanNya adalah “tidak”.  Itu sudah jawaban, jawaban yang terbaik. Karena dari Allah atas doa-doa kita yang beriman. Tetap dan semakinlah beriman. Walau belum dapat, tetaplah taat. Taat dan tekunlah berdoa dengan iman percaya hanya kepadaNya. Ora et Labora (berdoa dan bekerja/berusaha). Bahkan akhirnya juga mampu mempengaruhi orang di sekitarnya untuk juga berdoa & berusaha/bekerja.  Dulu ada orang-orang di Israel (di konteks Perjanjian Lama) yang terkenal bisa mengadakan mujizat, tetapi Kristus melebihi semuanya. Mujizat-mujizat yang diadakan Musa ditujukan kepada Israel sebagai suku bangsa, tetapi mujizat-mujizat Kristus ditujukan kepada orang per orang dan bisa untuk semua orang. Mari dengan tekun berdoa. Tekun karena iman. Tidak pernah terlepas: Doa&Iman.  

Perhatikanlah, pintu Kristus selalu terbuka bagi siapa saja yang memohon dalam doa dengan yakin dan tidak jemu-jemu. Tekun karena iman akan membawa kita ke pintu kemenangan. "Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.“ (1 Yohanes 5: 4).  Lalu bagaimana dengan “GeraDo 3 menit” kita? Apakah sudah menjadi Gerakan Doa Tiga Menit kita semua?  Tidak harus pasti/tepat di jam 12 siang dilakukan. Tetapi minimal 3 menit marilah berdoa dengan mendoakan. Mendoakan keluarga kita, pekerjaan dan pelayanan, dan mendoakan gereja di mana kita bersekutu dan bertumbuh dalam iman, Gereja Kristen Jawa Nehemi.  Kalau bisa terus bertambah kwantitas maupun kwalitasnya. Kwantitas waktu dan pihak-pihak yang kita doakan. Namun juga kwalitas doa karena berasal dari ketulusan dan kesungguhan kita berkomunikasi, menyembah, bersyukur dan khususnya berangkat dari iman percaya yang semakin kuat kepadaNya.

Ditambah dengan kehausan kita bersama untuk membaca Alkitab (Firman Tuhan), menggumuli dan mendalaminya. -Contohnya Komisi PA juga akan mengajak kita membaca dan mendalami Kitab Nehemia. Dan kitab-kitab yang lain seterusnya-  Sehingga mungkin bisa ada berlaku GeraDo 3+3 menit = 6 menit. Atau Gerado 13 menit, bahkan 30 menit? Dan seterusnya. Namun yang pasti adalah kesungguhan dan keyakinan kita memanjatkannya, melakukannya kepada Tuhan dan diperjuangkan untuk kita lakukan nyata. Mengasihi Tuhan Allah dengan wujud mengasihi keluarga, rekan jemaat dan melayani semua umat manusia lebih indah lagi.





Diskusi dan Sharing:

1.       Pilihlah salah satu point (nomor) atau satu hal, dari kelima hal/nomor di atas. Mohon didiskusikan dan dalami dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil (minimal 5 orang). Dan mohon, upayakan tidak ada kelompok memilih hal/point yang sama.  

2.       Temukanlah “hal-hal baru yang membangun iman” untuk doa juga tingkah laku kita, dari diskusi mendalam  tiap kelompok kecil.

3.       Kembalilah ke pleno (kelompok besar sebelumnya). Mohon tiap perwakilan dari tiap kelompok kecil: Menjelaskan dengan singkat apa yang mereka temukan di tugas no 2. Dan tiap perwakilan menutup dengan mengajak berdoa singkat, khususnya mendoakan semua jemaat dan orang/pihak lain sesuai penjelasannya tadi. 
Dan jika memungkinkan, akhiri  seluruh rangkaian PA ini dengan bersama berdoa “Doa Bapa Kami.”



Pdt. Lusindo Tobing 

29 Juli 2015

Refleksi Minggu Pertama Agustus 2015.


Keluaran 16 : 9-18.



Kesejahteraan Yang Setara





Di konteks ini orang-orang Israel bertanya: "Itu Apa" (bahasa Ibrani: "mah-hu"). Inilah asal kata "man-hu", yang kini dikenal dan kerap kita sebut: Manna.  Diberikan Tuhan, jatuh dari langit ke tanah di pagi hari. Lalu di sore harinya, juga pemberian kumpulan burung puyuh. Mencukupi kebutuhan makanan, juga menguatkan iman, selama rombongan bangsa pilihan Allah berjalan.

Pantulan refleksi pemberian Manna dan Burung puyuh ini adalah Penyelenggaraan kesejahteraan yang setara (sama tercukupi, seimbang dan menurut keperluan masing-masing keluarga umat) dari Allah yang mengagumkan! 

Di keadaan darurat sekalipun, tetap menganugerahkan kepada umatNya makanan baru. Karunia Tuhan yang selalu tepat dan setara untuk semua. “Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.” (ayat 18)

Yang menjadi perlambangan Kristus di konteks Perjanjian Baru. Sabda Tuhan yang menjadi makanan sejati. Membuat kita terus benar-benar hidup, rohani/iman juga jasmani. Untuk keluarga kita (oleh karenanya termasuk diri kita pribadi), juga untuk GKJ Nehemia dan gereja-gereja lain, juga untuk Kota kita Jakarta, serta untuk seluruh dunia khususnya kesejahteraan setara bagi semua warga Negara Indonesia.

Dimulai tentu dari kesejahteraan dan keselamatan untuk kita semua yang percaya kepadaNya. Selalu bersyukur dan berbagi dengan orang lain selama hidup di bumi, menerima serta menyalurkan berbagai penggenapan janji karunia Allah. Hingga menuju dan nanti sampai di Tanah Perjanjian, Sorga Kekal Sejahtera. Amin.



Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.