Amsal 1:20-27
BERHIKMAT ATAU BEBAL
Amsal banyak berbicara mengenai kebebalan. Amsal mengajarkan bahwa orang bebal adalah
orang yang menolak hikmat. Bahkan firman Tuhan menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh hikmat, asalkan ia mau menerima panggilan Tuhan.
Bila ia tidak memiliki hikmat, itu disebabkan oleh pilihannya sendiri. Dengan perkataan lain,
orang bebal adalah orang yang memilih untuk hidup bebal.
Orang bebal tidak suka mendengarkan hikmat karena hikmat seperti terang yang menyinari
kebodohannya. Ia lebih suka hidup dalam kebebalannya daripada mengakui kekeliruannya.
Ia akan lebih memilih teman yang sejiwa dengannya karena mereka akan membenarkan tindakannya
(baca lagi ayat 20-22). Sebaliknya, ia membuang teman yang takut akan Tuhan sebab mereka akan
menegur perbuatannya.
kebodohannya. Ia lebih suka hidup dalam kebebalannya daripada mengakui kekeliruannya.
Ia akan lebih memilih teman yang sejiwa dengannya karena mereka akan membenarkan tindakannya
(baca lagi ayat 20-22). Sebaliknya, ia membuang teman yang takut akan Tuhan sebab mereka akan
menegur perbuatannya.
Orang bebal adalah orang yang angkuh dan tidak mau dipersalahkan, apalagi belajar dari kesalahan.
Akibatnya ia harus memakan sendiri buah perbuatannya, bahkan menanggung akibat fatal
kesalahannya. Tuhan melalui penulis Amsal menegur dan mengajak pembaca (khususnya
kita sekarang) mau berpaling kepada teguranNya. Allah telah, sedang dan akan selalu mencurahkan
isi hatiNya, KasihNya dan hikmatNya kepada kita yang benar-benar mau beralih dari bebal menjadi
orang yang berhikmat.
Akibatnya ia harus memakan sendiri buah perbuatannya, bahkan menanggung akibat fatal
kesalahannya. Tuhan melalui penulis Amsal menegur dan mengajak pembaca (khususnya
kita sekarang) mau berpaling kepada teguranNya. Allah telah, sedang dan akan selalu mencurahkan
isi hatiNya, KasihNya dan hikmatNya kepada kita yang benar-benar mau beralih dari bebal menjadi
orang yang berhikmat.
Hikmat hanya diberikan kepada orang yang takut akan Tuhan. Sedangkan orang yang berhenti takut
akan Tuhan, adalah orang yang berhenti berhikmat. Sebagai anak Tuhan kita pun bisa menjadi bebal
karena adakalanya kita berhenti takut kepada Tuhan. Kita tetap melakukan dosa yang sama kendati
kita tahu itu salah. Kita menutup telinga dan mata terhadap peringatan Tuhan (ayat 24-27).
akan Tuhan, adalah orang yang berhenti berhikmat. Sebagai anak Tuhan kita pun bisa menjadi bebal
karena adakalanya kita berhenti takut kepada Tuhan. Kita tetap melakukan dosa yang sama kendati
kita tahu itu salah. Kita menutup telinga dan mata terhadap peringatan Tuhan (ayat 24-27).
Ada dua kualitas hidup yang kontras, yaitu: Berhikmat atau bebal, adalah akibat dua sikap memilih
yang bertentangan. Hikmat terbuka, bahkan aktif mengundang setiap orang, seumpama penjaja
barang di pasarpasar. Orang yang menutup telinga terhadap undangan tersebut, menutup juga
kemungkinan untuk memiliki dan menjalani kehidupan berbahagia. Hanya orang yang menerima
undangan itu dengan segala konsekuensinya, yang akan memiliki kehidupan terpuji.
yang bertentangan. Hikmat terbuka, bahkan aktif mengundang setiap orang, seumpama penjaja
barang di pasarpasar. Orang yang menutup telinga terhadap undangan tersebut, menutup juga
kemungkinan untuk memiliki dan menjalani kehidupan berbahagia. Hanya orang yang menerima
undangan itu dengan segala konsekuensinya, yang akan memiliki kehidupan terpuji.
Kehidupan adalah pengalamanpengalaman yang nyata, hasil pengambilan keputusan dan kerelaan
menerima akibatnya. Orang yang berpengalaman memiliki semua itu sebagai pengalaman baiknya.
Sebaliknya orang yang bebal, gagal dalam hidup, terbuang dari Tuhan. Allah telah menawarkan
hikmat-Nya, yang selayaknya disambut secara aktif dalam bentuk memperhatikan, memilih takut akan
Tuhan, menerima nasihat, dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. Pilihan kita pada masa kini akan
menjadi keadaan hidup kehidupan kita kelak. Mari, persilakan Tuhan ubah hati dan pikiran kita. Mari
mau beralih dari bebal menjadi karakter yang rindu menyenangkan hati Allah. Lebih berjuangh dan
lebih berani membagikan hikmat dalam bentuk kebaikan kepada orang lain. Mari berjuang tiap hari
jadi berhikmat! Amin.
Tulisan & foto: Lusindo Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar