Yunus 3 : 1 -10
BELAS KASIHAN ALLAH
Salah satu wujud belas kasihan Allah adalah Keselamatan
Allah itu dapat dihadirkan juga kepada orang di luar Israel dan juga orang yang
di luar penganut agama Yahudi. Kitab Yunus melukiskan kedaulatan Allah yang mutlak
atas seluruh ciptaan. Belas kasihan Allah yang selalu bersedia mengampuni.
Dalam kisah Niniwe, Allah digambarkan sebagai Allah
yang mengasihi lebih suka mengampuni daripada menghancurkan. Hal yang ingin
ditekankan juga dalam perikop kita kali ini. Bahwa cinta kasih, rahmat,
anugerah atau belas kasihan Allah tidak
terbatas kepada bangsa atau orang-orang tertentu. Kota dan orang-orang asing
ini sama-sama dipedulikan Allah seperti Israel dan Yerusalem.
Doa dan pertobatan
mereka sama-sama didengar seperti doa dan pertobatan orang lain. Allah
memberlakukan Niniwe dengan kasih belas kasih atau belas kasihanNya yang dalam.
Kejahatan Niniwe sampai di telinga Allah. Tetapi sebelum melaksanakan hukuman, Allah hendak memperingatkan mereka. Untuk itu Yunus diutus kembali. Yunus hanya menyampaikan berita penghukuman yang akan Allah jatuhkan, dan sama sekali tidak menyinggung agar mereka bertobat dari tingkah langkah mereka yang jahat (ayat 4).
Hal ini menunjukkan bahwa kesediaannya adalah karena terpaksa. Ia memang lebih mengharap bangsa itu dihukum daripada bertobat dan diampuni. Tetapi yang di luar harapan Yunus justru terjadi. Bukan hanya raja dan rakyat yang berkabung tetapi juga binatang peliharaan.
Ada lagi hal lain yang mengejutkan dan yang kelak akan membuat Yunus protes kepada Allah. Di luar harapan Yunus, ternyata Allah menyesal ketika melihat pertobatan orang Niniwe. Karenanya Ia tidak jadi membinasakan mereka (ayat 10).
Dilibatkannya binatang peliharaan untuk berkabung dan berpuasa mungkin dapat mengindikasikan bahwa orang Niniwe sendiri tidak yakin bahwa Allah akan sudi mengampuni mereka (ayat 7-8). Itulah sebabnya ada kemungkinan bahwa penyesalan Allah adalah sesuatu yang tidak diduga oleh orang Niniwe.
Tuhan memberikan kesempatan kedua kepada Yunus. Kali ini Yunus taat. Ketika ia memberitakan peringatan Tuhan, sesuatu yang mengejutkan terjadi, terutama buat Yunus, yaitu bahwa seluruh rakyat Niniwe beserta rajanya menanggapi pemberitaan belas kasihanNya tersebut dan bertobat!
Sekali lagi kita melihat bagaimana keindahan pertobatan yang terangkai dalam suatu pemberian belas kasihNya. Pertobatan terjadi karena Tuhan berinisiatif; Ialah yang "mengunjungi" Niniwe dan menyampaikan peringatan-Nya; Ialah yang mencari manusia, bukan sebaliknya. Kedua, pertobatan tidak akan terjadi jika manusia tidak mau mendengarkan suara Tuhan. Rakyat Niniwe masih menaruh hormat kepada Tuhan; Ketiga, pertobatan ditunjukkan melalui perubahan nyata. Raja Niniwe meminta rakyatnya untuk "berbalik dari tingkah lakunya yang jahat...".
Banyak belas kasih atau belaskasihan yang melahirkan penyesalan. Misalnya, penyesalan yang muncul sebagai akibat rasa malu, rasa takut, dan rasa bersalah. Namun, pertobatan tidak harus dilandasi oleh ketiga perasaan ini sebab sudah seyogianyalah pertobatan timbul dari (a) Kesadaran akan kesalahan kita dan kebaikan Tuhan yang tak pernah habis, (b) Keinginan untuk melakukan yang benar di hadapan belas kasihan Tuhan Allah, dan (c) Tindakan nyata untuk berjuang mewujudkannya.
Sepertinya dalam kisah Yunus ini banyak berisi hal-hal yang tidak terduga. Di satu sisi Yunus tidak menduga bahwa orang Niniwe akan meresponi pemberitaannya, dan di lain sisi orang Niniwe sendiri tidak menduga bahwa Allah akan merespons perkabungan mereka.
Benarlah firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Yesaya: "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18)." Belas kasihan akan berbuahkan pertobatan, perubahan jadi baik dan lebih baik. Bahkan semuanya menuju Keselamatan kekal.
Mari bersama kita merespon belas kasihan Tuhan Allah. Karena Allah tidak pernah menolak mereka yang menyesali dosanya. Mau menerima belas kasih atau belas kasihanNya, Sekalipun kita merasa bahwa kita sudah sangat jauh dari Tuhan, tetapi sesungguhnya Ia tidak pernah berlambat-lambat untuk mendengar seruan umat-Nya. Allah pasti datang dengan belas kasihanNya. Sehingga kitapun dapat membagikan belas kasih, berbagi belas kasihan Allah itu kepada orang lain.
Terlebih orang lain yang pernah menyakiti dan berbuat hal-hal yang tidak baik kepada kita. Sangat sulit untuk proses pemulihan tersebut jika hanya mengandalkan kekuatan dunia apalagi hanya kekuatan diri kita sendiri.
Hanya dengan “kekuatan” belas kasihan dari Allah kita bisa berbelas kasih atau berbelas kasihan kepada sesama manusia. Yang ditolong sudah seharusnya bersedia untuk menolong. Yang diberkati, mau dipakai jadi alat penyalur berkat khususnya penyalur Keselamatan Alllah. Dan yang sudah dan selalu menerima belas kasihan Allah, mari, kita bersedia setia membagikan kasih yang berbelas kasihan kepada semua orang. Amin.
Tulisan: Lusindo Tobing.
Foto: Krisna Adiet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar