Bahan PA
Matius 13: 18-23
Pendidik Praksis
Sebagai awal, mari
seluruh umat peserta PA kali ini, membicarakan
sejenak arti dan makna dari
ungkapan seorang pendidik Indonesia:
(semua peserta PA
diberi waktu berbagi, mengemukakan pendapat, dan respons)
Matius 13: 18-23 berisi
teks dan konteks saat Tuhan
Yesus Kristus sedang meng-praksiskan pengajaran-Nya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata praksis berarti: praktik (untuk bidang
kehidupan dan kegiatan praktis manusia). tentang penabur, benih dan tanah. Pengajaran praksis
ditujukan-Nya bagi orang yang mendengar Firman Allah khususnya tentang Kerajaan
Surga. Tuhan Yesus menyebutkan rincian seperti di pinggir jalan, tanah yang
berbatu, dan bersemak duri. Penulis Injil Matius memakai penggunaan bentuk "present
tense" bahasa Yunani untuk menunjuk kepada orang (siapapun orangnya), yang
mau mendengar, menerima dan khususnya: melakukan Firman Allah.
Tentang pengajaran yang praksis ini, menarik karena Matius justru memperkenalkan
kata hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan
dalam hati orang itu." (13:19). Firman Allah menjangkau hati pendengar,
tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si jahat (dalam versi Injil Matius),
atau si setan (dalam versi Injil Markus), atau si Iblis (dalam versi Injil Lukas)
datang merampasnya. Kita mengenal ungkapan misalnya, "Masuk telinga kanan,
ke luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas
jejaknya di air." Beberapa orang mendengarkan Firman dengan “santun”,
tetapi hanya sebagai pendengar! Firman Allah itu tidak lagi berharga bagi mereka,
karena hati mereka sudah keras, mereka alpa melakukan perintah-Nya.
Tiga penjelasan tentang bentuk tanah sebelumnya (tanah pinggir jalan,
tanah yang berbatu-batu, tanah dengan semak duri), tidak membuat petani/sang
penabur benih jadi berkecil hati. Demikian juga kita orang yang memiliki iman,
pengharapan dan kasih, seharusnya tidak mengecilkan arti percaya yang
sungguh-sungguh. Iman percaya yang diberlakukan dan dilakukan sungguh-sungguh
berguna bagi sesama dan membangun kehidupan bersama. Benih yang ditanam di
tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang melimpah
ruah. Orang yang dengan iman praksis merespons Injil tanpa perhitungan, akan
berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang
baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia
berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang
tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23). Penulis Injil Markus memberikan
urutan yang meningkat tentang berbuah yaitu "tiga puluh, enam puluh, atau
bahkan seratus kali lipat." Sedangkan Injil Lukas hanya mendaftar
"seratus kali lipat" di dalam perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya
dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah
mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah
dalam ketekunan" (Lukas 8:15).
Di pinggir jalan melambangkan hati orang yang tidak
mengerti firman yang dikabarkan dan datanglah si jahat (iblis) yang merampas
firman tersebut dari hatinya. Di tanah yang berbatu-batu melambangkan hati orang yang
mendengar firman tersebut dan menerimanya, namun ia tidak tahan pencobaan, dan
apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun
segera murtad. Di
tengah semak duri melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut tetapi
terbuai oleh hal-hal duniawi (kekuatiran dunia ini, tipu daya kekayaan,
kenikmatan hidup) menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Sedangkan di tanah yang baik melambangkan hati orang yang mendengar
firman tersebut dan mengerti (Injil Matius) atau menyambut (Injil Markus)
firman tersebut dan menyimpannya dalam hati (Injil Lukas), dan mengeluarkan
buah. Buah dalam perupamaan-perumpamaan Yesus melambangkan hasil
praksis yang nyata dari kematangan
dan kedewasaan spiritual. Tanah yang baik adalah tanah yang tidak keras seperti
jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah yang berbatu-batu subur
dan menyimpan udara yang lembab.
Siapakah orang yang memiliki hati yang baik dan mulia itu? Penulis Injil
Matius memberikan jawabannya, bahwa Dia mengatakan, "orang yang mendengar
firman itu dan mengerti." Ajaran praksis ini, tentu saja Matius mengingat
lagi kutipan Kitab Yesaya, bahwa orang-orang yang memiliki hati sempurna dan
mulia adalah orang yang melakukan kehendak Allah dan menjawab panggilan Allah
"Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini aku,
utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti
karena hatinya mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya -
kemauan, intelektual, dan emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya
yang praksis mengalami pertumbuhan rohani, dan menghasilkan buah; memengaruhi
(baca: mengajar/mendidik) orang lain untuk beresedia melakukan kehendak Allah.
Beberapa ahli menyebut perumpamaan penabur sebagai perumpamaan dari
perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang
paling terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi karena berisi empat perumpamaan
yang dijadikan satu. Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran
khusus: Firman Allah diberitakan dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat
Allah menerima Firman, mengertinya, dan dengan taat melakukan-membagikan Firman
(Injil Keselamatan). Pemberitaan Injil yang penuh iman tidak akan pernah gagal
menghasilkan buah karena, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam puluh,
atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."
Perumpamaan-perumpamaan
Kristus selalu diambil dari kejadian-kejadian biasa di keseharian, bukan dari
gagasan atau dugaan-dugaan filsafat, atau peristiwa alam yang luar biasa,
walaupun semuanya itu dapat diterapkan; sebaliknya, perumpamaan-Nya berasal
dari hal-hal yang jelas-jelas bisa dilihat, yang bisa diamati dalam hidup
sehari-hari, dapat dimengerti dan memengaruhi orang-orang dengan pengetahuan
alkitabiah yang sangat kurang sekalipun. Banyak dari antara
perumpamaan-perumpamaan itu diambil dari kehidupan petani, seperti perumpamaan
tentang seorang penabur kali ini.
Benih yang ditaburkan
adalah firman Allah, yang di sini disebut dengan firman tentang Kerajaan Sorga (ay. 19). Penabur yang menebarkan
benih adalah Yesus Kristus Tuhan kita, dan Ia melakukan-Nya sendiri atau
melalui hamba-hamba-Nya (baca ayat 37). Orang-orang-Nya adalah para petani yang
bekerja di ladang Allah, begitulah yang dikatakan, dan hamba-hamba Tuhan adalah
kawan sekerja Allah (1Kor. 3:9).
Berkhotbah kepada orang banyak adalah menabur benih. Namun “khotbah yang
terbaik” adalah perbuatan praksis di setiap hari, sikap dan keteladanan
mengasihi semua orang di sekitar kita tiap hari, sebab kita tidak tahu di mana
benih itu akan jatuh, hanya saja, pastikan dan berikanlah benih yang
berdasarkan Firman-Nya
Nah, hal yang membedakan
tanah yang baik ini dengan jenis tanah lainnya hanyalah satu kata, yaitu
berbuah. Praktik hidup yang nyata, berdasar iman setia dalam Tuhan Yesus
Kristus setiap hari menjadi “garam dan
terang dunia.” Dalam hal inilah
orang-orang Kristen dibedakan dari orang-orang munafik, bahwa secara praksis
mereka berbuah banyak dan layak masuk
kategori disebut “dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yoh. 15:8).
Ia tidak berkata bahwa tanah yang baik ini tidak berbatu-batu, atau tidak
berduri, melainkan bahwa tidak ada satu hal apa pun yang dapat menghambat tanah
ini untuk berbuah.
Tuhan Yesus sendiri yang menjelaskan tentang perumpamaan ini
kepada murid-muridNya. Penabur yang menaburkan benih adalah
semua orang yang menaburkan Firman
Tuhan. Termasuk
Anda dan saya, diutus Tuhan untuk menabur, mendidik dan mengajar orang lain
dengan perbuatan dan tingkah laku nyata sebagai buah dari iman kekristenan
kita, agar benih yang jatuh ke
tanah adalah "firman tentang Kerajaan Sorga" bisa masuk ke hati
manusia.
Firman Allah dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang.
Kita diperintahkan Tuhan Yesus untuk bersedia mengajarkan, mendidik orang lain,
dengan setia mewartakan Firman keselamatan sejati. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas
hati orang-orang yang mendengarkan dan khususnya melakukan Firman itu. Ada orang yang menolaknya, ada juga orang
yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada orang yang
menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam hatinya
serta menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan
keinginan lain), dan ada orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati
yang baik dan menghasilkan banyak buah.
Mari menjadi praksis dan
berpraktik lewat perbuatan-perbuatan nyata kepada orang lain. Setiap hari, mari
lebih banyak “sung tuladha,” menebar keteladanan iman, pengharapan dan kasih
yang dari Tuhan Yesus Kristus, kepada keluarga, tetangga dan semua orang. Mari
mau dididik Tuhan, mendidik diri sendiri, agar siap untuk menjadi pendidik
praksis: yang mengajar sesama manusia bukan hanya dengan kata-kalimat, tetapi khususnya
dengan perbuatan nyata setia melakukan, benar-benar praksis mewartakan ajaran
Kasih-Nya, yang membahagiakan banyak orang lain dan membangun kehidupan bersama
yang lebih baik dan benar. Berbuah-buah nyata!
Kegiatan, Pertanyaan dan Sharing
1. Setiap
peserta PA dipersilakan masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berisi 3
orang, mohon setiap orang menjawab pertanyaan ini: Sudahkan aku menjadi
pendidik praksis (mengajar dengan sikap dan perbuatan nyata berdasarkan Kasih
dalam Tuhan Yesus Kristus) untuk orang-orang di sekitarku? Mohon jelaskan.
2. Lalu
setiap peserta PA dipersilakan bergabung ke dalam kelompk-kelompok lebih besar
(maksimal 8-10 orang), untuk merespons dan berbagai /sharing ajakan menjadi pendidik praksis ini: Bagaimana cara agar
kita menjadi dan semakin menjadi pendidik praksis iman, pengharapan dan kasih
kepada keluarga, tetangga, dan semua orang?
3. Umat
berkomitmen menjadi pendidik praksis, berbuah nyata, dengan mempelajari dan
menyanyikan bersama Pelengkap Kidung Jemaat no. 226 bait 4:
Pdt. Lusindo Tobing
Tidak ada komentar:
Posting Komentar