04 Maret 2013

refleksi minggu kedua Maret 2013



Lukas 15: 11-32




KASIH MERANGKUL MENERIMA

Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. (Lukas 15: 20)





Mari kembali kepada Kasih. Kasih yang pasti akan merangkul dan menerima kita, apa adanya. Kasih Allah Bapa. 

Titik balik untuk kembali tersebut, di perikop kali ini, mulai di ayat 16. Ketika si anak yang hilang dalam perumpamaan ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi, tetapi tidak seorangpun memberikannya.  Ia tersadar, lalu rindu untuk pulang. “.. katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.  Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,..” (ayat 17-18).

Benar saja, ketika pulang, masih jauh ayahnya telah melihatnya, berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium (ayat 20). Sebuah wujud kasih yang merangkul, kasih yang sungguh menerima kembali anaknya yang telah berbuat kesalahan besar. Lalu pakaian terbaik diberikan, makanan ternikmat disiapkan dan semua bersukacita!  

 Bahkan ketika sang kakak protes, lagi ayahnya mengingatkan dengan kasih, “Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali." (ayat 31-32)

Sehingga kita yang telah dirangkul dan diterima Allah Bapa, sekarang mau juga memaklumi bahkan bersedia memaafkan. Memaklumi sesama atau keadaan yang bagaimanapun beratnya. Dan dimampukan Allah untuk memaafkan siapapun yang pernah, sedang (atau akan) menyakiti hati kita. Siap sedia hidup nyata dengan kasihNya. Kasih yang selalu merangkul dan menerima pertobatan. Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.

27 Februari 2013

refleksi minggu pertama Maret 2013


Yesaya 55: 1-9


IKUT SERTA

"Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya." (Yesaya 55: 7)









Setelah lagu dan tarian “Gang Nam Style” mendunia. Kini muncul wabah baru, lagu dan tarian bernama “Harlem Shake”. 

Sebenarnya sebuah tarian, muncul di Harlem (1981). Lalu di tahun 2012, sebuah lagu diciptakan Baauer (berkebangsaan Amerika) dengan judul yang sama. 

Namun kemudian benar-benar “meledak” di Februari 2013 kemarin. Saat sebuah video diunggah bertanggal 2 Februari oleh The Sunny Coast Skate. Lima remaja asal Queensland, Australia.  Menampilkan beberapa sosok berkostum menari dengan diiringi lagu ciptaan Baauer tadi. Yang menarik, semula satu orang masuk di tengah kumpulan beberapa orang yang sedang serius di satu ruangan, lalu terpengaruh juga untuk menari, sehingga semua ikut serta.

Ya, ikut serta. Tentang tematik ini, Bangsa Israel, yang telah meninggalkan Allah dan kebenaran-Nya, kini diundang Allah untuk kembali kepada-Nya dan dikembalikan kepada persekutuan dan berkat. Agar tetap pasti ikut serta dalam KeselamatanNya.  Misalnya di ayat 7, “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya..”

Ajakan dan undangan ini juga berlaku kini untuk kita. Untuk keluarga kita, bahkan untuk semua orang (siapa saja) melalui kita. Menikmati hidup penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. 





Siap sedia menjadi berkat bagi banyak orang, khususnya bagi mereka yang miskin, lapar dan menderita. Sehingga bersama, kita bisa terus “menyanyi menari” dari hati memuliakan Tuhan. Serta hidup kembali harmonis, berdamai, penuh kasih mulai dalam keluarga, dengan tetangga, juga dengan sesama manusia dan alam. 

Sehingga semua benar-benar ada dalam rancangan penyelamatan Allah.

Amin. 




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

20 Februari 2013

refleksi minggu keempat Februari 2013




Mazmur 27: 1-6



TUHAN BENTENG HIDUPKU
“Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mazmur 27: 1)





Sebuah survey terbaru dirilis The State Administration of Cultural Heritage (SACH) atau Badan Administrasi Negara urusan Peninggalan Budaya China menyebutkan The Great Wall atau Tembok China ternyata memiliki panjang dua kali lipat lebih dari perkiraan sebelumnya. Dinding yang melalui 15 provinsi di China ini memiliki panjang 13,170.6956 mil atau 21,196.18 kilometer. Sebelumnya tahun 2009 dirilis panjang 5.500 mil atau 8.850 kilometer.

Tembok Cina merupakan benteng pertahanan. Salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Mungkin satu-satunya benteng di bumi yang bisa dilihat dari bulan. Karena dibuat berabad-abad, bahkan hingga 5 dinasti (terakhir di zaman Dinasti Ming). Konon juga berfungsi sebagai kuburan! Ribuan pekerja yang tewas dalam pembuatannya dikubur dalam benteng tersebut.




Namun sesungguhnya ada “benteng” lain yang jauh lebih hebat lagi: “Benteng Kehidupan” kita. Yang melalui ungkapan iman Raja Daud –Sang Pemazmur-,  benteng itu terpanjang, terlama, teraman, terkuat, terkokoh, juga ter- yang lain-lain. Khususnya sama sekali tidak membawa gemetar apalagi kematian. Benteng kita itu hanya membawa kehidupan. Kehidupan keselamatan kekal abadi.




Benteng itu adalah Tuhan. Saat kita tidak dapat lari berlindung kepada siapa pun atau ke tempat mana pun yang aman terpercaya. Ingat dan mari, kini datang dan berlindunglah hanya kepada Kekuatan dan KasihNya.

Tuhan adalah benteng, benteng kehidupan kita! Amin.




Tulisan & foto: Lusindo Tobing.

12 Februari 2013

refleksi minggu ketiga Februari 2013




Ulangan 26: 1-11.



TUHAN SANG PEMBEBAS

Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mujizat-mujizat. (Ulangan 26: 8)





Bagian perikop kali ini sungguh mengingatkan kita tentang tindakan pembebasan Allah.  Khususnya ayat 8, “Lalu Tuhan membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung”.

Yang dilakukan melalui peristiwa eksodus Israel dari Mesir.  Dan kemudian penaklukan Kanaan oleh umat pilihanNya.  Agar kita, umat Tuhan,  selalu ingat bahwa Tanah Perjanjian yang subur, "berlimpah susu dan madunya"  adalah anugerah pemberian Tuhan (baca kembali ayat 3).

Dan di konteks Perjanjian Baru, juga kesadaran iman kita kini dan seterusnya:  Semua yang percaya memperoleh hidup dan keselamatan. Oleh karena kemurahan Allah melalui Tuhan Yesus Kristus (bandingkan Efesus 1: 14). Kita telah bebas dosa karena ditebus kematian Sang Juruselamat dan menjadi milik-Nya. 

Dengan mengingat semua pembebasan Tuhan tersebut, kita diminta merespon.  Salah satunya dengan memberi persembahan. “Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya Tuhan.” (ayat  10). Jadi, persembahan itu benar-benar merupakan ungkapan syukur atas kasih dan pembebasanNya.

Tidak hanya mempersembahkan harta, tetapi juga mempersembahkan diri untuk beribadah dan melayani sesama manusia. Dari hati tulus lapang. Hati yang terbebas!  Amin.




tulisan & foto: Lusindo Tobing.

05 Februari 2013

refleksi minggu kedua Februari 2013



Lukas 9: 37-43



YESUS SANG PENYEMBUH

Dan ketika anak itu mendekati Yesus, setan itu membantingkannya ke tanah dan menggoncang-goncangnya. Tetapi Yesus menegor roh jahat itu dengan keras dan menyembuhkan anak itu, lalu mengembalikannya kepada ayahnya. (Lukas 9: 42)




Peka terhadap kebutuhan seorang ayah yang memohon kesembuhan anak tunggalnya. Ayat 41 jelas mencatat perkataan Yesus kepada para muridNya: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Bawa anakmu itu kemari!"

Karena sebelumnya si-ayah sudah meminta murid-murid menyembuhkan anaknya. Tetapi kecewa, anak itu masih terus kesakitan dikuasai roh jahat. Setelah menegur para murid tadi, Yesus minta anak itu dibawa kepadaNya. Saat mendekat, roh jahat yang ada di dalam membanting-banting tubuh anak tersebut. Melihat hal ini, Yesus langsung menghardik roh jahat tersebut dengan tegas (baca kembali ayat 42).  Dan seketika itu juga, keluarlah si jahat dan anak itu menjadi sembuh!

Satu perintah dari Yesus mampu mengusir roh jahat yang sekian lama menyengsarakan hidup si anak. Ini membuktikan bahwa Yesus memiliki otoritas atas segala kuasa yang ada.  Dia adalah Penguasa semesta alam. Hingga bagian awal ayat 43 menceritakan bahwa semua orang yang menyaksikan penyembuhan karya agung Yesus itu, serentak memuji kuasa kebesaranNya.

Mari percaya dan bahkan terus lebih percaya bahwa: Yesus Kristus adalah Tuhan, Tuhan Sang Penyembuh! Amin



 tulisan & foto: Lusindo Tobing.