06 Februari 2015

Mintalah Kepada Tuhan




Mazmur 2: 1-12

 

MINTALAH KEPADA TUHAN





Salah satu kealpaan kita yang mengaku sebagai pengikutNya, anak-anak Allah dan Umat pilihan-kesayangannya Tuhan Allah, adalah: Meminta. Ya, meminta atau memohon kepada Sang Sumber Berkat & Keselamatan itu. 

Karena yang sering kita kira Allah sudah dan pasti akan selalu memberkati kita, selalu, terus-menerus. Tetapi apa pertanggungjawaban kita? Lalu apa yang sesungguhnya Tuhan inginkan dari kita?  Dan sudahkah kita benar-benar menyembah Tuhan Allah dalam memohon dan meminta kepadaNya?

Pemazmur merasakan keyakinan yang sama saat me-nyaksikan penahbisan raja Israel yang baru. Israel adalah negara kecil dan muda. Ia hadir di tengah-tengah banyak bangsa yang relatif lebih besar dan yang tak sedikit bersikap bermusuhan dan hendak menjajahnya. Bagi pemazmur, sikap bangsa-bangsa musuh yang hendak menjegal raja Israel sama saja dengan memusuhi TUHAN (Yahweh). 

Sungguh nekat! Siapa yang dapat bertahan melawan Sang Pemilik Israel, yang telah meneguhkan takhta Israel pada pundak Daud dan keturunannya? Hanya raja urapan Tuhanlah yang mewarisi ujung bumi (ayat 8). Oleh karena itu, pemazmur mengimbau bangsa-bangsa untuk menerima pengajaran, takluk kepada Tuhan dan menyembah Dia, Allah yang sejati (ayat 10-11). Jangan sampai murka Tuhan menerpa dan kehancuran menimpa (ayat 12).

Konteks bacaan kita kali ini sesungguhnya menggambarkan pelantikan seorang raja dan upacara penobatan raja. Namun tradisi Yahudi dan Kristen mengartikannya sebagai nubuat tentang Raja-Mesias (bandingkan Kis 4:25-28; 13:33; Wah 19:19 & Ibr 1:5; 5:5). 

Allah sendiri yang melantik! Allah memberikan otoritas dan kuasa penuh kepada-Nya atas dunia ini (ayat 8-9). Tidak pernah ada raja dunia yang menerima janji semacam ini; janji ini hanya digenapi dalam Raja Mesias, Tuhan Yesus Kristus!

Di ayat 7 hingga ayat 9 perhatikanlah, bahwa “Yang Diurapi Allah” mendapatkan dua janji yakni: kekuasaan dan kemenangan.  Dua janji itu juga berlaku untuk kita yang mau datang percaya kepadaNya. Bahkan yang lebih tepat: Mau selalu percaya menyembah dan datang memohon kekuatan dan kemenangan atas berbagai pergumulan serta perjuangan hidup kehidupan.

Umat Kristen masa kini pun dapat bersorak dan beribadah dengan sukacita tanpa perlu merasa khawatir karena Tuhan Yesuslah yang telah menggenapi kemenangan istimewa Sang Raja sebagai Anak Allah dan Mesias (Kis. 4:25-26). 

Bapa menundukkan seisi dunia di bawah kaki Mesias. Semua bangsa dan setiap manusia yang tidak mau bertobat akan mendapatkan balasannya. Begitu pula pihak-pihak yang merongrong umat-Nya. Sekali kelak mereka akan dihancurkan dan musnah tak berbekas. 


Di tahun 2015 ini realitas hidup umat Tuhan tidak akan semakin ringan. Namun Dia yang sudah melalui penderitaan dahsyat, kini memerintah sebagai Tuhan dan Raja. Kita bukan hanya bisa bertahan. 

Sesungguhnya bahkan kita akan dimampukan menyuarakan kebenaran tentang Kristus kepada semua orang. Dengan nada kemenangan! "Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan" (Lukas 10: 11). Amin.



Tulisan & foto: Lusindo Tobing.

04 Februari 2015

Refleksi Minggu Kedua Februari 2015




Markus 1: 29-39





MEMBERIKAN PERTOLONGAN







Tuhan Yesus Kristus tidak hanya mengajar banyak orang (ayat 35-39). Tetapi Dia juga menyembuhkan banyak orang, termasuk ibu mertua Simon, yang menderita sakit demam (ayat 30).  

Tidak hanya orang sakit, orang-orang yang kerasukan setan pun dibawa kepada Yesus untuk disembuhkan dan dilepaskan dari cengkeraman setan (ayat 32-34). Menarik untuk dicatat bahwa Yesus tidak memperbolehkan setan-setan berbicara meski mereka mengenal Yesus. 


Ke mana pun, Ia datang untuk berbuat baik. Perhatikanlah betapa sempurna pertolonganNya itu: Tangan yang sama menyembuhkan, juga menguatkan, memampukan sehingga ibu mertua Simon –kini refleksikan juga kita di konteks jaman sekarang ini-  mampu lebih mengasihi, melayani dan memberi pertolongan kepada orang lain.


Mari meneladani kasih Tuhan Yesus Kristus. Dengan kasihNya kita dimampukan mengasihi sesama manusia. Dan tidak perlu mendengar suara godaan setan dan tipu daya iblis, yang selalu coba mempengaruhi kita untuk hidup egois, mementingkan diri sendiri dan akhirnya lambat menolong. 

Mari bersedia segera menolong sesama dan kehidupan. Khususnya memberikan pertolongan nyata kepada yang lemah, terpinggirkan dan sangat membutuhkan bantuan pertolongan. Karena sesungguhnya: Kasih berarti memberikan pertolongan bagi orang lain.  Amin.




Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

29 Januari 2015

Refleksi Minggu Pertama Februari 2015




1 Korintus 8: 1-13



TIDAK MENJADI BATU SANDUNGAN




Sungguh kita prihatin. Atas terjadinya saling “serang” antara dua lembaga penegak hukum: KPK vs POLRI. Berlarut-larut.  Tetapi mungkin adalah lebih indah jika kita merefleksikan keprihatinan ini. Salah satunya untuk berkomitmen: Tidak menjadi “batu sandungan” bagi orang lain. Seperti konteks 1 Korintus 8 menyatakannya .



Yakni ketika ada pertanyaan jemaat Korintus mengenai daging persembahan berhala. Apakah dibenarkan untuk membeli atau makan daging itu dan ikut serta dalam pesta pora di kuil berhala? (ayat 1-7). Rasul Paulus menegur mengingatkan, yang lebih kuat iman tidak boleh sengaja makan daging bekas persembahan berhala, sebab tindakan itu akan menggoncangkan iman yang lemah. Khususnya para pemula dan simpatisan Kristen. “Karena itu apabila makanan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.” (ayat 13).



Berhentilah menjadi batu sandungan (baca juga lagi ayat 9). Mari saling membangun dalam kasih. Kasih itu berarti kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mulai dalam keluarga dan Gereja kita. Kebersamaan itu penting. Orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan melukai hati sesamanya, sesungguhnya melukai juga hati Tuhan. Hiduplah jujur dan bersih, tulus mengasihi meluas hingga ke kehidupan bermasyarakat, bernegara dan seantero alam.


Mari berdoa juga bersama berupaya agar kekisruhan, seperti antara Polri dan KPK sekarang ini bisa makin sirna . Keduanya bisa berdampingan bahkan bekerjasama, sehingga penegakan hukum berjalan dengan baik. Karena yang terutama adalah para koruptor harus dihukum seberat-beratnya dan tidak boleh ditolerir. Mari, dari tiap pribadi kita berjuang untuk tidak korupsi. Tidak menjadi batu sandungan. Berjuang untuk tidak merugikan orang lain, apalagi tidak merugikan orang banyak.  Save KPK dan Save POLRI. Amin





Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

21 Januari 2015

Refleksi Minggu Keempat Januari 2015




Mazmur 62: 6-13





ALLAH TEMPAT PERLINDUNGAN KITA








Setelah malam peristiwa kecelakaan maut di Jalan Arteri Pondok Indah (20-01-2015). Pagi harinya saya mendengar dialog dua penyiar sebuah radio swasta mengomentari peristiwa tersebut. Dan salah satu isi dialog mereka adalah mengajak para pendengar untuk lebih berhati-hati saat membawa kendaraan (baik motor maupun mobil). Walaupun mereka juga mengakui, “Kita sudah hati-hati saja masih bisa celaka juga, oleh karenanya yang paling lengkap: Hati-hati dan plus berdoa.” Demikian salah seorang penyiar mengakhiri perbincangan tersebut.


Ya, berdoalah. Berdoa selalu dari hati memohon keselamatan dariNya. Sang pemilik hidup kehidupan. Mari mengandalkan selalu penjagaan dan perlindungan Tuhan Allah di setiap perjalanan kita. “Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.”  Demikian ayat 7 perikop kita kali ini berbunyi.  Pemazmur menegaskan dan mengajak semua pembaca-pendengar mazmurnya. Di berbagai ancaman “musuh-musuh” bahaya apapun. Untuk kembali percaya dalam perlindungan dan penjagaan Allah saja.


Bahkan di ayat 9, yang menjadi nats kita di minggu ini. Minggu terakhir perjalanan 1 (satu) bulan awal Tahun Baru, Januari 2015. Dan untuk selama-lamanya. Firman indah berbentuk mazmur nyanyian ini melengkapi kita semua: “Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita.” Amin.





Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

14 Januari 2015

Refleksi Minggu Ketiga Januari 2015





Yohanes 1 : 43-51



UNTUK MENGIKUTI-NYA






Tuhan melihat kejujuran hati. Tuhan bahkan selalu mencari dan rindu kepada kejujuran, ketulusan dan keaslian hati kita. Ya, refleksi ini sangat tampak di ayat 47, “Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel  sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!" 

Dan Tuhan Yesus Kristus pasti akan memanggil, setiap orang yang jujur dan tulus hati untuk mengikutiNya. Seperti Tuhan sendiri berinisiatif memanggil Filipus lalu Natanael. Tidak sekadar untuk mengikuti langkah-langkah kaki, tetapi mengikuti secara langkah-langkah iman. Bahkan meneladani sikap Tuhan Yesus yang “Jika Ya katakan Ya, dan jika Tidak katakan Tidak” (baca Matius 5: 37),  juga berjuang melakukan kebenaran dan kasih yang dilakukanNya.     

Mari benar-benar mengikutiNya. Sebab Kekristenan sejati adalah mengikut Kristus, mengabdikan diri kita kepada perkataan dan perbuatan-Nya, mengikuti segala tindakanNya. Merespon panggilan (juga perintah) Tuhan seperti di ayat 43, “Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku! " (ayat 43).  Amin.



Tulisan: Lusindo Tobing.