23 Desember 2015

Refleksi Minggu Keempat Desember 2015

Kolose 3: 12-17 


ORANG-ORANG PILIHAN 



Buah adalah bukti dari sebuah tanaman yang hidup, bahkan tumbuh subur dan segar. Demikian pula dengan buah pertumbuhan kehidupan orang-orang pilihan Allah. Kasih yang terefleksi dari aplikasi hidup sehari- hari. Bukti dari kehidupan dalam Allah berpusatkan Kristus serta urapan Roh Kudus. Jadi pertumbuhan Kristen adalah secara kualitatif bukan alternatif. Kualitas sebagai orang-orang pilihan. Atau bisa juga dibalik, orang-orang pilihan yang sangat berkualitas! 

Ya, menjadi orang-orang pilihan bukan sekadar pilihan. Tetapi benar-benar pilihan Allah, berdasarkan kualitas hidup orang-orang yang dinyatakan oleh Allah. Di dalam Dia kita dimotivasi dan dimampukan. Untuk hidup berbuah sesuai panggilan hidup kita sebagai orang-orang pilihan yang dikuduskan dan dikasihi-Nya (ayat 12). “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (ayat 14-15). 

Kehidupan Kristen yang bertumbuh dan bersama-sama (baca ayat 16) diperbaharui oleh-Nya. Harus dibuktikan, berbuah-buah, dilakukan dengan nyata! Alkitab memberikan prinsip-prinsip umum yang mengizinkan orang percaya yang dipilih oleh RohNya. Juga dimampukan menentukan betulnya atau salahnya hal-hal yang tidak disebut dengan jelas di dalam Firman Allah. Dalam segala sesuatu yang kita katakan, lakukan, pikirkan, atau nikmati, kita harus mengajukan sikap sebagai berikut: 1. Segala hal itu dilakukan untuk kemuliaan Allah, bukan sekadar untuk memuliakan diri sendiri dan manusia ; 2. Nyatakan Doa dan lakukan "dalam nama Tuhan Yesus" (ayat 17) seraya memohon berkat-Nya atas kegiatan dan perbuatan mengasihi sesama manusia; 3. Lakukan perbuatan-perbuatan baik atau perbuatan-perbuatan pilihan, sementara kita dengan sungguh-sungguh mengucap syukur kepada Allah, sang Maha Besar yang telah memilih kita. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.

15 Desember 2015

Refleksi Minggu Ketiga Desember 2015


Lukas 1: 46-55 


MEMULIAKAN  




Setelah Anunsiasi berlanjut ke Visitasi dan memunculkan Magnificat! Setelah Malaikat Gabriel menyampaikan berita dan rancangan Allah atas diri Maria dan ia akan mengandung Sang Juruselamat (peristiwa ini dikenal dengan Anunsiasi). Lalu Maria meresponnya dengan melakukan Visitasi (perkunjungan) kepada saudari sepupunya Elizabet. Dalam Kitab Injil, termasuk latar belakang perikop kita (di konteks Lukas ini), yang terjadi setelah Maria menyalami Elizabet, anak dalam kandungan Elizabet (yang kelak menjadi Yohanes Pembaptis) bergerak. Ketika hal itu diberitahukan kepada Maria, dia menyanyikan Kidung Magnificat.   

Maria memuliakan Allah karena karya Allah bagi dirinya (ayat 46-49). Ia yang rendah telah diperhatikan Allah sehingga segala keturunan akan menyebutnya berbahagia. Maria memuji karya Allah atas orang yang takut akan Dia, sebaliknya Dia akan mempermalukan orang yang menjadi musuh-Nya (ayat 50-53). Allah dipuji karena telah membuat harapan umat-Nya terwujud melalui Putra yang akan dilahirkan Maria (ayat 54-55).   

Kita pun patut memuji Allah karena janji yang dulu hanya diperuntukkan bagi Israel kini ditujukan juga bagi kita. Mari memuliakan Juruselamat yang datang, sebab kita bisa mendapat bagian di dalam Kristus. Saat-saat mendekati Hari Natal sepatutnya kita sebagai pribadi, keluarga dan umatNya semakin bersyukur karena Allah mengingat kesengsaraan umat manusia yang dibelenggu dosa. Dia mengirim Anak-Nya untuk menyatakan kemuliaan dan kuat kuasa-Nya atas dunia, dosa, dan juga atas maut. Selamat semakin dimuliakan Allah, dengan terus “ber-Magnificat” memuji dan membagikan Kasih PenyelamatanNya. Selamat menjelang malam Natal dan Natal Tahun 2015. Amin. 


Tulisan & Foto: Pdt. Lusindo Tobing.

Refleksi Minggu Kedua Desember 2015


Filipi 4: 4-7 

BERSUKACITALAH 



Bersukacitalah! Ya, perikop Minggu Adven ketiga kita diawali sebuah ajakan kuat. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (ayat 4). Mari semua jemaat Tuhan dan pembaca, bersukacitalah. Mari tiap-tiap kita di tiap-tiap bagian hidup kehidupan, bersama sepakat meruntuhkan-menyelesaikan pergumulan hidup berat hanya bersama Tuhan saja, bersukacitalah. Dan, “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!” Bersukacitalah! (ayat 5)   

Rasul Paulus kembali mengingatkan di konteks jemaat Filipi, juga kita kini , di durasi akhir Desember, sekaligus akhir Tahun 2015 bahwa sukacita Kristen dan bersukacita itu berasal dari Tuhan. Paulus meminta agar secara aktif kita semua menyatakan kebaikan hati bagi sesama manusia dan kehidupan. Dan, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (ayat 6)   

Setia memupuk status tersebut dalam doa dan perbuatan nyata, relasi dengan Tuhan menjadi komunikasi yang hidup dan hangat. Sehingga dalam kondisi demikian kekuatiran tak beroleh tempat, sebab damai dan sukacita Allah memenuhi hati kita. Selamat menjelang peringatan Natal dan Tahun Baru yang kian dekat. Juga selamat taat menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (ayat 7) Amin. 


Tulisan: Lusindo Tobing
Foto: doc. keluarga LT.

Refleksi Minggu Pertama Desember 2015


Maleakhi 3: 1-4 


DIMURNIKAN  



Sebelum melampiaskan hasrat mencari-cari siapa yang salah dalam keluarga. Sebelum kita memuaskan nafsu untuk menunjuk-nunjuk sahabat atau tetangga akan dosa dan keberdosaan mereka. Walaupun dengan alasan lama yang sering kita pakai: “Untuk menegur mereka, sehingga mereka bisa sadar” (baca bertobat). Mari, di perjalanan Minggu-minggu Adven ini, kita lebih dulu menyapa, dan menegur ke dalam hati dan pikiran. Menghardik diri kita sendiri. Dengan mempersilakan Roh Allah menguduskan hati serta pikiran anda dan saya. Memurnikan kita.     

Sebab di sejarah Alkitab dan perjalanan umatNya, Tuhan sudah berkali-kali mengutus para nabi-Nya. Termasuk Maleakhi menegur dosa-dosa umatNya agar mereka bertobat (ayat 1). Namun, umat Tuhan berulang kali juga, sejak permulaan bangsa Israel berdiri sampai saat konteks Maleakhi 3 ini menolak. Karenamya akan ada kedatangan Tuhan menjadi kejutan besar dalam hidup mereka. Menyucikan hati, pikiran dan kehidupan umat yang bobrok oleh dosa. Tidak seorang pun akan luput dari pemurnian itu. Pemurnian akan berlangsung menyakitkan, seperti tukang pemurni emas memurnikan logam-logam seperti emas dan perak dengan panas tinggi, agar segala kotoran yang melekat akan hilang dan lebur. Atau Allah memurnikan seperti penatu menggelontorkan semua noda yang melekat pada kain dengan sabun (ayat 2-3). Sehingga Yehuda dan Yerusalem akan kembali berkenan kepada-Nya (ayat 4).     

Selamat memasuki Bulan Desember Tahun 2015, seraya terus memaknai adven Tuhan. Selain akan memperingati Natal-Nya, ingat dan sadari, Tuhan Yesus Kristus akan datang menghakimi kita dan dunia. Mari, sebelum segala sesuatunya terlambat, saya berdoa untuk kita semua dan kita saling mendoakan untuk benar-benar mempersilakan Tuhan melakukan pemurnian hati serta pikiran kita. Bertobat dalam kasih pemurnianNya. Mari berpikir yang murni, bersikap murni, berkata-kata serta bertingkah laku dengan murni dan terus dimurnikan setiap hari, Lebih lagi mulai hari ini, di Adven ini, dari hati semakin murni sampai Tuhan Yesus datang kembali. Amin.


Tulisan dan Foto: Lusindo Tobing.

24 November 2015

Refleksi Minggu Keempat November 2015


Wahyu 1: 4-8 


MENYERTAI      



Serangan teroris dalam bentuk peledakan bom dan penembakan membabi-buta terjadi di Kota Paris pada Jumat 13 November 2015. Dimulai peledakan bom di sebuah gedung konser musik, lalu di luar stadion olahraga tempat dilaksanakannya pertandingan bola Tim Jerman vs Tim Perancis. Dan seterusnya, berlangsung hampir dalam waktu bersamaan di enam titik kejadian berbeda. Mengakibatkan sekitar 150 orang meninggal dunia dan ratusan orang lainnya terluka.  

Ketakutan tampaknya berhasil ditebar dan tersebar. Setelah peristiwa itu, banyak negara-negara lain meningkatkan kewaspadaannya. Beberapa kunjungan kepala negara dan pejabat pemerintahan dibatalkan, dari dan khususnya menuju Perancis. Termasuk ketakutan yang juga mengakibatkan pembatalan kunjungan beberapa public figure: Olahrgawan, artis film, penyanyi dan selebritis lainnya. Dan ketakutan-ketakutan akan ancaman teror berikutnya di masyarakat secara umum dan meluas.     

Tetapi “We Stand with Paris, We Stand with France.” Suara dan sikap seperti ini harus tetap menjadi sikap kita melawan bahkan mengalahkan teror dan ketakutan. Tentu bukan dengan kekuatan kita sendiri. Tetapi bersama. Bersama seluruh rakyat Indonesia, bahkan bersama seluruh manusia di dunia. Dan yang paling utama: Bersama Kasih karunia dan damai sejahtera Allah (baca dan maknai ulang ayat 4). Kasih KaruniaNya yang selalu menyertai dan menyelamatkan kita, kapanpun, di manapun dan bagaimanapun juga. Amin. 


Tulisan: Lusindo Tobing.
Foto: www.lovethispic.com 

Refleksi Minggu Ketiga November 2015


Daniel 12: 1-13 


PERLINDUNGAN ALLAH     




Sampai kapan Allah akan melindungi kita? Jawabannya adalah: Sampai selama-lamanya, sampai zaman akhir (akhir zaman). Ya, sampai akhir dari semua kehidupan kita, sampai akhir semua kehidupan dunia. Bahkan sampai akhir semesta raya.     

Melalui konteks Kitab Daniel, kita belajar kembali bagaimana Allah memelihara umat-Nya untuk menerima perlindungan dan keselamatan. Siapapun yang hidupnya menunjukkan ketaatan akan bersinar seperti bintang-bintang (ayat 1-3). Ini penglihatan-penglihatan yang sebenarnya mengejutkan Daniel. Namun ia diingatkan supaya merahasiakan (ayat 4). Tidak boleh diceritakan kepada siapapun dan memeteraikan Kitab (firman) itu sampai pada akhir zaman (ayat 9). Agar terbukti kelak bahwa akan ada proses pengujian, penyucian, dan pemurnian. Dan orang-orang yang mampu melewati semua itu akan berbahagia (ayat 12).     

Rencana Allah tidak pernah gagal. Mungkin terkadang kita kecewa dan cenderung putus asa melihat bahkan mengalami kenyataan bahwa kejahatan dan penindasan semakin merajalela. Tetapi ingat dan percayalah jaminan perlindungan Allah (baca dan maknai lagi ayat 13), agar kita tetap memiliki pengharapan dan keteguhan iman. Dalam menghadapi segala penderitaan dan kesesakan sehari-hari. Marilah berjuang jadi setia dan tekun, karena sesungguhnya kita telah mengalami anugerah Allah. Dan mari senantiasa hidup dan terus menjadi saluran berkat bagi sesama manusia serta seluruh kehidupan, dalam perlindungan Allah hingga akhir zaman. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing

Refleksi Minggu Kedua November 2015


1 Raja-raja 17: 8-16 


MELALUI ORANG LAIN     




Tuhan Allah kita adalah Tuhan yang selalu datang, bukan pergi. Dia Allah yang selalu menghampiri mengasihi, menuntun, menolong dan menyelamatkan kita. Langsung ataupun tidak langsung. Di perikop kali ini, Nabi Elia diperintah Allah pergi ke kota Sarfat, sebuah kota kecil di tepi Laut Mediterania antara Tirus dan Sidon. Ketika tiba di sana, dia melihat seorang janda yang sedang mempersiapkan makanan terakhir untuk diri janda itu dan putranya. Elia meminta air. mungkin ini sebagai sebuah ujian iman. Karena pada saat janda itu bersiap untuk memenuhi permintaannya, nabi Allah itu juga meminta sepotong roti kepadanya (ayat 8-11).     

Lalu perempuan itu menjawab, "Demi Tuhan, Allahmu Yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikitpun." Jawaban ini menunjukkan dia mengenali Elia sebagai nabi Allah. Lalu Elia berkata kepadanya, "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan." Oleh ketaatannya memberi makan kepada sang nabi, janda itu menukar keadaan yang tidak pasti menjadi keadaan yang pasti, kelaparan menjadi kelimpahan, kematian menjadi kehidupan!     

Mari renungkan, refleksikan dengaan kehidupan kita kini. Janganlah takut, jangan gentar menjalani berbagai tantangan, pergumulan dan kesulitan. Ingat dan imani selalu “tepung dalam tempayan itu tidak akan habis” (baca dan maknai lagi ayat 13-14). Nubuat kepastian yang diucapkan Elia jadikan patokan. Membawa Kasih dari Tuhan Allah, nyata melalui perempuan (janda Sarfat) itu kepada Nabi Elia, juga sebaliknya, melalalui Nabi Elia kepada janda di kota Sarfat. Pemeliharaan Allah melalui kasih yang diberikan orang lain bagi kita. Amin. 


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.