25 Agustus 2009

refleksi minggu kelima Agustus 2009

Markus 7: 14-23

HATI
“..dari dalam, dari hati..” (Markus 7: 21)

                                         foto: Kompas
Harga gula naik gila-gilaan! Dari harga sekitar Rp. 7000,- an /kg sekarang sudah Rp. 9000 /kg, bahkan kecenderungannya akan naik lagi! Semua pihak ribut “berteriak”, dari para Menteri yang berhubungan, lembaga dan asosiasi yang berhubungan juga, hingga para grosir dan para penjual eceran gula di pasar-pasar. Khususnya tentu, para ibu-ibu rumahtangga. Ada yang emosi,  marah-marah bahkan melontarkan kritik pedas. Dimensi positifnya khan baik bila tubuh kita bisa mengurangi konsumsi gula? Namun fenomena harga gula ini menunjukkan jelas bahwa bukan sekadar yang masuk ke dalam tubuh yang bisa “mencemari”, namun apa yang ke luar dari dalam kita.

Setelah menjawab orang Farisi mengenai adat istiadat lawan Hukum Taurat, Tuhan Yesus mengarahkan perhatianNya kepada orang banyak untuk membicarakan soal penajisan. “ Apa yang ke luar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat...” (ayat 20-21). Oleh penulis Injil Markus bahkan disebutkan Tuhan Yesus menyatakan apa-apa saja yang sesungguhnya bisa mencemari kita manusia. Diawali dari pikiran (pikiran yang jahat tadi) hingga kebebalan. Sebuah penggambaran kebodohan iman yang memandang soal dosa hanyalah lelucon, dan menertawakan orang-orang yang memperlakukannya secara sungguh-sungguh, yang berjuang untuk tidak jatuh dalam dosa. Tidak tercemar.

Mari jangan jadi orang bebal! Ingat dan refleksikan ini dengan dalam: Tidak ada sesuatupun yang lahiriah yang dapat mencemarkan manusia, sebab sumber segala kecemaran adalah batiniah. “Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (ayat 23). Soal kecemaran bukan dikaitkan dengan tangan, melainkan dengan hati. Oleh karenanya mari miliki hati yang tidak mudah dicemari. Minta urapan Roh Allah untuk mengurapi, membersihkan, mentahirkan, menjaga dan memulihkan hati kita masing-masing. Kemudian berpikirlah dan bertingkahlakulah dengan hati jernih bersih. Salurkan “air kehidupan yang manis” lewat bibir dan lisan kita. Biarlah lebih banyak orang disegarkan, didamaikan dan diselamatkan juga lewat perbuatan pelayanan kita. Ayo jadi sosok yang manis yang menyenangkan di dimensi dan fenomena apapun juga. Jangan hanya mau gula, maksud saya, jangan hanya mau terima yang manis-manis. Mari manis terlebih dahulu dari yang paling dalam. Untuk Tuhan dan sesama. Manis dari hati. Amin.


Pdt. Lusindo Tobing