08 September 2022

Mengadakan Pertemuan dengan LAI

 




Bagi Tuhan segala sembah dan syukur…

Mewakili Panitia HUT ke-92 Sinode GKJ, mengunjungi-bertemu LAI (Lembaga Alkitab Indonesia) untuk membicarakan salah satu kegiatan bersama dan di LAI dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-92 Sinode GKJ nanti: tanggal 18 Februari 2023. “Hari Depan Yang Penuh Harapan” 💒💒💒🎂92 ❤️🙏🙏🙏






Di Ibadah Alumni RohKris Lintas Angkatan SMPN 30 Jakarta

 




Segala syukur kpd Tuhan…


Belajar bareng di Ibadah Alumni RohKris Lintas Angkatan SMPN 30 Jakarta, sekaligus melayankan Sabda Tuhan: “Empati dan Taat”


Resume

Ibadah RKL 30

Tgl 08 September 2022


Empati dan Taat

Ibrani 5:1-10. 

(Fokus ke ayat 7&8)


Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan yang ber-empati (berasal dari bahasa Yunani, “emathen”&”epathen”, definisi kbbi - empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain). 

Firman Tuhan untuk kita di Ibadah Persekutuan RohKris Lintang 30 kali ini, melalui penulis Kitab Ibrani, mengulang seraya menegaskan hal tersebut, demikian, “Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.” (Ibrani 5:7)


1. Empati

Ya, kita diajak berefleksi ulang, salah satunya membayangkan seperti kita hadir saat Tuhan Yesus berdoa di taman Getsemani:


Sebelumnya Dia mengatakan, “kalau boleh cawan (beban penderitaan dan kematian) boleh lalu”, namun kemudian karena Tuhan tahu persis kita manusia tidak bisa menanggung apalagi membayar lunas hutang dosa kita, posisi inilah empati Tuhan Yesus nyata, yang membuatnya akhirnya berkata, “jangan kehendakku yang jadi, jadilah kehendak-Mu”, 

Dia mengambil posisi seperti kita, merasa dan berpihak kepada kita manusia yang tidak berdaya karena dosa, untuk akhirnya bersedia menanggung dosa-dosa kita. 


Sekaligus mengajarkan untuk meneladankan empati serta perbuatan itu yang memunculkan ketaatan kepada Allah Bapa (yang dalam pemaknaan akan Trinitas adalah diri-Nya sendiri). Empati Tuhan Yesus adalah karena Kasih-Nya kepada kita, jadi perhatikan: awalnya empati, dilakukan tiap hari atau tiap waktu, maka akan memunculkan ketaatan. Jangan dibalik, bukan berkata atau rindu mau taat, namun isi kesehatian kita sama sekali tidak ada empati. Nihil cinta kasih peduli kepada sesama manusia. 


2. Taat

Bisa dibaca dan maknai ulang lebih lengkap satu perikop Ibrani 5:1-10. Namun kini, mari lanjut, ayat terakhir yang saya ajak kita fokus ke ayat 8 demikian, “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,” (Ibrani 5:8). Jadi memaknai bolak-balik posisi Tuhan Yesus Kristus yang adalah Tuhan, di perikop dinyatakan sebagai “Iman Besar”, Dia sebagai Allah Putra / Anak Allah (ingat Anak Allah hanya satu yakni Tuhan Yesus Kristus, kalau kita -banyak, kita semua- sebagai pengikut-Nya adalah anak-anak Allah, ada huruf A besar dan huruf a kecil itu). Sebagai Anak Allah, Dia mau berposisi menjadi seperti kita, anak-anak Allah, karena apa Kasih, Kasih yang wujud nyata seperti pelajaran kita di atas: Empati. Keteladanan empati yang dilakonkan Tuhan Yesus sepanjang perjalanan pewartaan Kabar Injil Keselamatan untuk dunia untuk kita ini seperti kata TAAT itu sendiri. Perhatikan dibolak-balik bagaimanapun tetap

 T A A T. 


Mari tetap taat setia di pergumulan hidup pandemi yang masih berat sekarang ini, taat kepada Tuhan dan semakin memberlakukan nyata Kasih bagi semua orang, bagaimanapun perjuangan tiap pribadi dan keluarga kita, seberat apapun perjalanan kehidupan di tengah pandemi sekarang ini. 


Mari tiap hari bahkan tiap waktu kita isi lebih berempati - merasakan kesakitan penderitaan orang lain-, orang-orang di sekitar kita, atau yang jauh dari kita, pergumulan dan perjuangan kehidupan mereka yang kita kenal atau belum kita kenal, masih banyak, sekali lagi masih terlalu banyak orang-orang yang jauh lebih menderita daripada kita. Bersyukurlah apa yang ada yang Tuhan anugerahkan kepada tiap kita. Semua Kasih-Nya indah, kali ini kita belajar dan dicerahkan lagi bahwa keindahan Kasih Tuhan Yesus Kristus itu salah satunya berempati tiap hari. Mari tiap hari (tiap waktu) berempati, dan kita akan dimampukan untuk taat sampai mati. Taat menyembah memuliakan dan menyenangkan Hati Tuhan, dengan senang bersemangat bergembira perbuatan kita nyata taat untuk mendoakan, mengasihi dan melayani sesama manusia serta semua ciptaan Tuhan. 


Salam sehat bergembira, 

salam empati dan t a a t. 

Amin. 

*Pdt. Lusindo Tobing '88*

📖❤️🤗

Melayankan Sabda Tuhan di Ibadah PMK Universitas Atma Jaya, Pluit.

 “Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.” (2 Korinyus 4:5)

Di Ibadah PMK Universitas Atma Jaya, Pluit. “A family under God” 📖🤝🤗






07 September 2022

06 September 2022

Flyer Ibadah RohKris Lintang SMPN 30

 Flyer Ibadah RohKris Alumni Lintas Angkatan SMPN 30 Jakarta 📖🙏



05 September 2022

Ibadah Persiapan PTS SMPK 2 PENABUR

 “Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.”

Di Ibadah Persiapan PTS (Penilaian Tengah Semester) SMPK 2 PENABUR Jakarta 📖💡👍










Melayankan Ibadah Minggu Awal September 2022 - GKJ Nehemia






 





Segala syukur kemuliaan bagi Kristus.

Bersama majelis dan para pelayan ibadah melayankan Liturgi dan menyajikan khotbah di Ibadah Minggu pertama September 2022 (jam 09 & 17) GKJ Nehemia. 


Kristus Dimuliakan Dalam Hidup Dan Matiku


Filipi 1: 20-26


“Surat Sukacita.” Ya, Kitab Filipi berisi surat-surat Rasul Paulus kepada umat jemaat di Filipi, tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya di bagian paling awal, sampai ke doa berkat (di Filipi 4 ayat 23), surat ini memusatkan perhatian pada Tuhan Yesus Kristus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.


1. Hidup dan atau Mati


Berpusat kepada Tuhan Yesus inilah yangenjadi tujuan hidup dan pengharapan akan hidup kekal. Dalam dan oleh hidup maupun mati. 

“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” (Filipi 1:20)


Hidup (maupun) / dan atau mati dalam Kristus inilah kerinduan terdalam Paulus, yaitu bahwa hidup atau matinya boleh mempermuliakan Kristus (baca dan maknai lagi ayat 20 lanjut 21). Karena hubungannya dengan Kristus sedemikian akrab maka kondisi-kondisi yang berubah-ubah tidak mempengaruhi kesetiaannya, kualitas kerohaniannya maupun kobaran semangat pelayanannya. Sebaliknya penderitaan adalah kesempatan untuk mengalami keindahan persekutuan Kristen lebih dalam dan membuat ia lebih berharap berjumpa Kristus. 


Untuk Paulus hidup atau mati tidak soal. Yang penting dalam pengalaman mana pun, ia tetap menyatakan Kristus dan ia ingin memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi jemaat Tuhan.Kiranya Roh Allah mengaruniakan kita keyakinan serta prinsip hidup yang sama dengan Paulus.  Mari semakin yakin, baik hidup dan atau mati, kita mewujudkan prinsip iman bahwa Tuhan telah, sedang dan akan selalu menyiapkan kita menghadapi kondisi seburuk apa pun, tetap kokoh dalam iman, hangat dalam kasih, teguh dalam pengharapan, berkobar dalam pelayanan kasih bagi sesama manusia serta semua kehidupan.


2.Memuliakan Kristus


Jika kita balik pemaknaan ayat 21 ke ayat 20 mungkin refleksinya bertambah kuat. Bahwa, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.“ (Filipi 1:21) adalah hasil sejati yang Paulus ajak kita berjuang memiliki dengan berjuang melakukan nyata di keseharian yakni pemuliaan Tuhan Yesus: 'Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku'” seperti kita maknai di poin pertama di atas. 


Pernyataan ini mungkin mengantisipasi kehadiran Rasul Paulus di hadapan Kaisar saat itu (konteks bacaan teks kita). Paulus merasa yakin bahwa ia akan berani berada di ruang kerajaan itu—dan dengan demikian tidak akan "mempermalukan" dan menistakan kepentingan yang untuknya ia sudah memberikan hidupnya. Ia percaya bahwa segala sesuatu yang tersingkap pada akhirnya akan memuliakan Kristus. Istilah yang berarti "ditinggikan" bisa juga diterjemahkan "diperluas" atau "diperbesar." 


Pada awalnya gagasan itu menghenyakkan kita sebagai hal yang aneh. Karena Tuhan Yesus sudah "lebih besar daripada besar," bagaimana bisa Rasul Paulus memuliakan atau "memperluas" atau "memperbesar" Dia? Lalu bagaimana dengan kita? apakah kita juga bisa? Jawabannya adalah ya, kita bisa meninggikan Dia di dalam pikiran manusia dan tingkah laku nyata kemanusiaan kita. Bahkan sebagaimana kaca pembesar dapat membantu orang untuk melihat hal-hal lebih jelas, kehidupan yang berpusat pada Kristus dapat membantu umat manusia melihat Allah sebagaimana Ia adanya. Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus dan hikmat urapan Roh Kudus yang mengasihi kita manusia, saat hidup di dunia, dan apalagi nanti sudah mati -saat bertemu kembali dengan Kristus” di sorga abadi kekal. 


Seperti yang dengan tegas namun tetap penuh nada Kasih dan semangat sukacita di ayat terakhir perikop kita Minggu ini, di Filipi 1:25-26, demikian, “ Dan dalam keyakinan ini tahulah aku: aku akan tinggal dan akan bersama-sama lagi dengan kamu sekalian supaya kamu makin maju dan bersukacita. Mari bersukacita membagikan Kasih sayang yang murni dan nyata. Jangan munafik, mari dimurnikan dari dalam hati dan pikiran sehingga kita benar-benar hidup. Mari sampai mati kita memperjuangkan kebenaran dan keadilan, sesulit apapun tantangan pergumulan dunia. Jangan berdrama apalagi mempermainkan Tuhan dan meliciki sesama manusia. Mari kita berusaha lewat tingkah laku dan semakin berbagi kebaikan -dari iman, pengharapan dan kasih- kepada keluarga, tetangga, teman kerja, rekan usaha dagang, kawan-kawan sekolah dan kuliah kita, bahkan berani mendukung yang murni baik dan benar, menolak yang busuk dan jahat siapapun itu orangnya. Sehingga kemegahan kita dalam Kristus Yesus semakin bertambah nyata dimuliakan di dalam dan atau melalui tubuh kita, baik oleh hidup-kehidupan kita, (maupun) dan atau oleh kematian kita. Amin

Pdt. Lusindo Tobing