13 November 2014

Berbagi Kehidupan



  
Berbagi Kehidupan Dengan Sesama Warga Jemaat 
Dan Sesama Manusia

Roma 12: 9-21




Warga Jemaat dan semua -siapapun Anda-dalam Kasih Tuhan, coba renungkan nasihat danFirman Tuhan  yang tertulis 
di ayat 16, “Hendaklah kamu sehatisepikir dalam hidupmu bersama;
janganlah kamu memikirkanperkaraperkara yang tinggi, tetapi 
arahkanlah dirimu kepadaperkaraperkara yang sederhana. Janganlah
menganggap dirimupandai!”  Ya, mari mau rendah hati, lebih 
mengenal kiri dan kanan,teman-teman jemaat, rekan-rekan seiman 
dalam kehidupan Jemaat dan lebih luas dalam masyarakat. 


Dan mau serta mampu melakukan 3 hal ini:
 
1. Keakraban Antar Sesama Manusia.
Mari jadi anggota keluarga, jemaat dan masyarakat  yang akrab. 
Dengan konteks pembacaan Roma 12: 9-21, yang berisi nasihat-nasihat untuk hidup dalam Kasih. Lalu kita sekarang 
menghubungkannya dalam kehidupan berjemaat  & bermasyarakatdi manapun
kitaberada. Di tantangan juga godaan dunia yang egoism dan 
sangat individualisme sekarang ini, tantangan kita bersama adalah 
mau dan mampu bersama membangun keakraban. Dengan dasar 
Kasih, lalu sama-sama kita mewujudkan apa yang difirmankan Tuhan 
di ayat 10, “Hendaklah kamu saling mengasihi  sebagai saudara dan 
saling mendahului  dalam memberi hormat.”

2. Harus Diupayakan!
Dan semua keakraban dalam cinta kasih Tuhan Yesus Kristus 
tersebut harus diupayakan terus! Tidak boleh berhenti dan tidak bisa 
digantikan dengan hal-hal negatif apapun. Terlebih di keadaan saling curiga, membenci dan bahkan saling menyakiti. Mari kita menjadi pribadi dan keluarga yang mengupayakan keakraban persaudaraan mulai 
dari hal-hal kecil, sederhana, tiap hari. Berjuang terus, teruslah 
berupaya,  membangkitkan semangat menjunjung tinggi persatuan, 
persaudaraan dan kesehatian di antara kita. Persaudaraan yang 
saling mengasihi dengan tulus. Yang akan menciptakan damai 
sejahtera di dalam tiap keluarga dan meluas ke seantero keluarga 
jemaat hingga masyarakat dan kehidupan luas. Terwujudnya persaudaraan yang saling mengasihi dengan tulus. 
Dan itu haruslah meluas kepada siapapun, di manapun dan dalam 
keadaan apapun orang dan keluarga di manapun juga. Bahkan kita 
akan terlibat aktif untuk tidak mudah kalah terhadap kejahatan, 
tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! (baca kembali 
ayat 21).

3. Keluarga Bersaksi
Kisah perjalanan hidup seorang perempuan Thailand bernama Mae 
Toi mungkin perlu kita teladani. Ketika ia divonis menderita kanker, 
dan dokter menyatakan hidupnya hanya tersisa paling lama 2 tahun 
lagi. Walau dunia sekitarnya tidak peduli, Mae Toi mengisi sisa hidup
nya tersebut dengan merawat serta membesarkan 3 orang anak. 
Ketiga anak ini diambilnya dari 3 tempat berbeda. Anak-anak yang 
miskin, penuh keterbatasan dan terkadang tidak masuk dalam 
hitungan sosial masyarakat. Mae Toi bersaksi dengan mengasihi dan 
merawat anak-anak tersebut dengan cinta kasih dan sayang yang 
tulus.  Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat 
dan lakukanlah yang baik (ayat 1). Mari bersaksi juga dengan 
berusahalah hidup damai dengan semua keluarga, jemaat dan 
semua orang. Dengan nyata sehari-hari mari menjadi keluarga yang 
saling berkesaksian! Di ayat 15 bahkan jelas diperintahkan agar kita 
semua, “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan 
menangislah dengan orang yang menangis!  Mari keluarga-keluarga, serta tiap pribadi, kita berkomitmen berupaya untuk 
memajukan dan mengembangkan kehidupan bersama kita. Mau dan mampu lebih saling berbagi lebih banyak hal-hal 
positif. Dan membawa diri kita sendiri, juga semua anggota keluarga –bersama seluruh Gereja dan manusia 
di seluruh dunia- hidup lebih hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan 
saja!

Katakan dan lakukanlah, ”Aku mengasihimu dan Tuhan lebih lagi”.  
Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.