18 Januari 2013

refleksi minggu ketiga Januari 2013




Yohanes 2: 1-11



DALAM YESUS ADA KEHIDUPAN

Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya. (Yohanes 2: 11)








Jakarta darurat banjir! Ya, ibukota negara Indonesia yang kita cintai, benar-benar dilanda bencana banjir. Sebut saja rumah-rumah, perkantoran hingga rumah sakit dan jalan-jalan besar utama di Bundaran HI (Hotel Indonesia), Sarinah, Jl. Jenderal Sudirman, Bendungan Hilir, Gorogol-Kepa Duri, Pluit, Tanjung Priok, juga tidak luput daerah Menteng hingga Kampung Melayu, semuanya “lumpuh” tertutup banjir. Bencana banjir yang baru beberapa hari saja telah merugikan puluhan milyar rupiah, merusak berbagai bangunan, hingga memakan korban sakit dan meninggal dunia. Yang terbesar adalah rusaknya tata sosial, pelayanan masyarakat, kerja kinerja dan tata hidup kehidupan Jakarta sekitarnya.

Tetapi dari peristiwa perkawinan di Kana dalam perikop kali ini. Kita diperlihatkan bagaimana memiliki keyakinan pertolonganNya atas berbagai bencana apapun di hidup kehidupan. Bahkan kepastian akan Hidup Sejati. Kita harus memulai dan melanjutkan Tahun 2013 ini dengan lebih mengundang Yesus, tentu bukan sekadar sebagai tamu, tetapi sebagai pemilik kehidupan kita.  

Tuhan bisa memakai apapun juga sebagai alat-Nya. Apa yang tidak terlalu berguna, bisa diubahkan menjadi sesuatu yang sangat berharga. Dibutuhkan ketaatan akan cara Tuhan bekerja. Namun dalam kisah ini yang diminta Tuhan adalah, kita meminta tolong kepada-Nya secara spesifik, dan membiarkan Tuhan bekerja dalam waktu dan cara-Nya. (ayat 7). Dan perubahan yang Tuhan kerjakan dan ketaatan kita sebagai tanggapan kepada-Nya, perlu dirasakan oleh orang disekitar kita. (ayat 8-9)

Allah peduli atas kehidupan manusia berdosa yang sarat bencana dan tragedi. Dan Tuhan Yesus Kristus hadir bukan untuk membangkitkan diskusi-diskusi teologis mengenai siapa diri-Nya atau untuk kemegahan liturgi ibadah di gereja. Dia hadir untuk memberikan anggur baru kehidupan dalam hubungan-hubungan agar diperbarui. Mari lebih peduli, lebih mau berbagi. Wujudkan iman bukan dengan sekadar menyapa sesama kita "syalom," tetapi mari menjadi syalom Allah bagi Jakarta sekitarnya yang terkena bencana banjir, dan syalom untuk semua kehidupan. Amin.



tulisan & foto: Lusindo Tobing.


14 Januari 2013

PEMBUATAN & PENYAMPAIAN KHOTBAH




PEMBUATAN & PENYAMPAIAN KHOTBAH

oleh: Pdt. Lusindo Tobing






Khotbah adalah penyampaian Firman Tuhan (terutama dari Alkitab dan juga kehidupan sehari-hari) yang tekhnik penyampaiannya secara mendasar dan mayoritas menggunakan kata juga kalimat lisan dan sedikit pendukung lain. Sehingga yang mendengarkannya (jemaat dan siapapun juga) bertambah pengetahuan, pemahaman, refleksi akan ajaran Firman Tuhan, bertumbuh dalam imannya dan sungguh lebih rindu melakukan Kasih nyata di keseharian. Untuk sesama dan kehidupan yang lebih baik.
Pemahaman ini mungkin sedikit melengkapi dari definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa Khotbah adalah Pidato (terutama yg menguraikan ajaran agama).



Pembuatan Khotbah

1.     Berdoa.
Karena khotbah adalah penyampaian Firman Tuhan. Maka berdoalah! Minta sungguh kepada Allah, si pemberi Firman itu. Bahkan Dia-lah Firman yang hidup. Datanglah dengan kerendahan hati, sebagai hamba atau pelayananNya, minta Tuhan memberi pengajaranNya terlebih dulu kepada kita sebagai mediator penyampai Firman (pengkhotbah). Berdoalah dengan cara Anda. Bisa tidak terlalu lama, atau berdoa dengan membutuhkan waktu yang cukup lama. Yang lebih baik adalah lengkapilah dengan meditasi atau merenung dengan saat teduh dan jernih di urapan Roh Allah Yang Kudus. Bersedia dibimbing, mau diajar Allah dan terus-menerus mendengar serta tidak berhenti memaknai ulang setiap materi khotbah yang akan kita susun dan bersemangat bahwa nanti akan benar-benar jadi berkat saat dan setelah penyampaiannya kepada jemaat dan pendengar khotbah kita. Belajarlah, berharaplah, lakukanlah dalam dan dengan berdoa. Berdoalah.

2.     Tentukan Tema Khotbah.
Sebetulnya kita akan sangat terbantu jika Tema Khotbah sudah ditentukan oleh pihak yang akan menjadi tujuan (gereja, pengurus atau panitia) tempat kita akan menyampaikan khotbah. Namun jika tidak, maka tentukanlah sendiri Tema Khotbah. Bukan sekadar dengan bahan atau Tema yang sudah ada apalagi yang sudah sering kita sampaikan, Tetapi sungguh-sungguh karena Tema tersebut sangat cocok untuk kenyataan yang terjadi di konteks jemaat dan kehidupan banyak orang saat itu. Tema yang sangat menyegarkan, menegur juga harus menguatkan iman setiap yang mendengar khotbah FirmanNya.

3.     Tentukan Ayat Alkitab.
Begitu pula dengan Ayat atau ayat-ayat Alkitab. Siapkanlah sendiri Ayat Alkitab tersebut, dengan atau tanpa penentuan dari pihak yang mengundang kita. Ayat-ayat Alkitab bisa dipilih tentu dari Alkitab dengan meruntut dan berpegang kepada Tema yang sudah ada. Namun pemilihan tersebut juga bisa terbalik, maksudnya lebih dulu pemilihan ayat atau ayat-ayat Alkitab. Lalu barulah ditemukan atau ditentukan Tema Khotbah.

4.     Pelajari Dengan Mendalam.
Lakukan pendalaman tafsiran atau eksegesis (pemahaman mendalam, komentar atau penafsiran teks Alkitab untuk menguraikan hal-hal yang tidak jelas dan mencari detail suatu kata atau teks dengan tujuan mendapatkan dan menentukan maknanya yang pasti) yang bisa kita dapat dari berbagai buku, internet dan sumber bacaan teologis lainnya. Juga berusahalah memkanai ulang terus-menerus bagian per bagian ayat dan tema khotbah. Temukan hal-hal yang menarik, unik, baru, kuat dan kaya sebagai pengajaran bagi iman. Juga mulailah rancang akan seperti apa nanti jadinya khotbah tersebut, dengan mendalami bahan, dan jangan lupa menghubungkan dengan keadaan jemaat yang akan menerima khotbah. Pelajari mendalam teks Firman Allah dan pelajari mendalam kebutuhan pendengar khotbah.

5.     Buatlah Isi: 3-5 point “singkatpadatjelas”.
Buatlah point-point yang singkat, padat dan jelas. Bahkan gunakan urutan angka untuk tiap point. Saya sangat menyarankan 3-5 point. Agar tidak terlalu sedikit,  tetapi juga jangan sampai terlalu banyak. Buatlah tiap point ada kesinambungannya bahkan sifat dan hakikinya menuju klimaks dan lengkap kuat! Lalu susunlah isi khotbah lengkap dengan memberi isi serta menguraikan tiap-tiap point tersebut. Cara ini juga bisa dilakukan sebaliknya: menyusun lengkap isi khotbah, kemudian barulah kita memilah atau menentukan bagian mana yang masuk menjadi point  1, 2, 3 atau (maksimal) hingga point 5.
 
6.     Tambahkan Illustrasi dan Lagu Pendukung.
Memang istilah yang kita gunakan adalah tambahan (tambahkan), tetapi sesungguhnya langkah ini harus dilakukan atau diwujudkan. Karena kemajuan jaman menuntut sebuah khotbah yang bisa didukung secara audio dan visual sebaik mungkin. Kuncinya cari dan tetapkanlah pendukung yang benar-benar mendukung Tema, Ayat Alkitab dan Isi Khotbah secara menyeluruh. Bisa berbentuk illustrasi gambar atau foto (berbentuk slide atau dengan program computer tertentu), video atau cuplikan film tertentu, hasil survey, cerita dengan gambar atau seni lainnya, hingga persiapkan beberapa lagu (yang nanti nyanyikan sendiri, bahkan ajak jemaat melantunkan lagu sembah pujian tersebut) yang sekali lagi harus sangat berhubungan dan menambah kuat serta melengkapi isi khotbah.

7.     Penyempurnaan.
Sebut saja ini bagian finishing. Mempertajam isi khotbah. Dan lebih memastikan Pembukaan dan Penutup dari khotbah kita. Lalu ulangi dan ulangi terus, sempurnakan di beberapa titik dan dimensi. Tetapi yang jauh lebih penting adalah terus sederhanakan, sederhanakan khotbah tetapi harus lebih kaya “nutrisi untuk iman” dan kuat untuk disampaikan sebagai pewartaan kabar baik dari Tuhan kepada manusia. Ingat: Jika khotbah yang kita buat bisa menyentuh relung hati dan iman kita sendiri, maka kemungkinan besar itu akan bisa menyentuh hati juga iman pendengar atau jemaat yang nanti mendengarkannya. Kemudian, (hapal) simpanlah dalam otak, ingat alur khotbah tersebut, dan sekali lagi ulangi dengan melatihnya. Bayangkan sudah sama seperti sesungguhnya disampaikan.  Jika sudah cukup lengkap atau rampung, tutp sempurnakan lagi dengan doa dan lebih banyaklah berdiam. Memohon Tuhan saja yang berbicara melalui kita untuk jemaat (pendengar) dengan khotbah yang terbaik, menjadi saluran berkatNya!




Penyampaian Khotbah

1.     Kuasai Materi Khotbah
Kini untuk menuju penyampaian khotbah, kuasai betul Isi Khotbah (sekali lagi lihat dan ingat bagian sebelumnya, Pembuatan Khotbah). Lalu persiapkan lagi semua materi dan kelengkapannya. Naskah khotbah, point-point dan illustrasi khotbah di kertas atau dalam usb (saat ini, penulis biasanya menggunakan program Keynote pada ipad - juga Microsoft Office Power Point pada laptop/komputer ), cd atau bentukan file lainnya. Dan tentu jangan pernah terlupa: Awali dan akhiri khotbah dengan doa (bersama jemaat atau –khususnya- secara pribadi).

2.     Penampilan Bersih Rapih
Setelah Naskah atau Isi Khotbah yang sudah dipersiapkan dengan baik. Maka hal penting berikutnya yang tidak kalah penting adalah tentu penampilan. Bukan penampilan “wah”, harus mahal atau silau. Justru berpenampilanlah dengan sederhana tetapi harus benar-benar bersih dan rapih. Dari ujung kepala, rambut, wajah, tangan, kuku tangan yang bersih, hingga baju dan celana dipersiapkan dengan baik, dan sepatu yang bersih (disemir) tentu.

3.     Berdiri Tegap
Seperti layaknya orang hendak menyampaikan kata sambutan atau bahkan pidato, maka lebih lagi saat menyampaikan khotbah. Sebuah khotbah yang sudah dipersiapkan dengan baik dan matang, disertai dengan penampilan yang bersih dan rapih. Harus disampaikan dengan posisi tubuh yang berdiri tegap. Jangan membungkuk, boleh bersandar sesekali pada mimbar atau bagian mimbar tertentu. Dan baik jika memang memungkinkan untuk bergerak, atau bahkan berjalan, sekali lagi ingat jangan terlalu sering dan membuat konsentrasi jemaat sebagai pendengar akan terganggu.  Tetapi awali, sampaikan khotbah dan akhiri dengan berdiri tegap mantap!

4.     Kontak Mata (Eye Contac)
Bagian atau hal ini sering kali terlupa. Lakukanlah selalu eye contac atau kontak mata dengan jemaat atau pendengar khotbah kita, selalu. Jika masih kesulitan untuk menatap mereka langsung, apalagi di keadaan berkhotbah di ratusan apalagi ribuan orang, tataplah mereka, minimal dahi mereka, lalu upayakan mata mereka. Ajak mata mereka mendengar, mengerti dan juga menelan keindahan Firman Tuhan melalui kohatbah kita. Jangan lalai, jangan lupa, kasihi jemaat dan semua mereka yang mendengar khotbah kita dengan tatapan mata dari hati kita yang tulus dan sungguh rindu menyampaikan kebenaran Firman dan hanya Ajaran Tuhan yang memulihkan bahkan menyelamatkan. “Dari mata dan melalui khotbah turun ke hati” tetapi kali ini benar-benar untuk kemuliaan Tuhan dengan SabdaNya.

5.     Suara Lantang Jelas
Yang saya maksudkan benar-benarlah berkhotbah dengan suara yang jelas (terdengar jelas dan “sampai” ke telinga jemaat/pendengar). Baik dengan atau tanpa mic-speaker, berkhotbahlah dengan suara lantang dan jelas. Khotbah yang jelas dan lantang. Bukan berteriak-teriak, tidak! Bukan berteriak, khususnya saat mengawali khotbah. Dan selanjutnya isi dengan cara menyampaikan khotbah secara intonasi (kadang keras, lemah, dipercepat atau ada penekanan pada bagian penting tertentu dengan memperlambat pengucapannya). Namun sampai akhir khotbah tetaplah berbicara menyampaikan dengan suara lantang dan kata kalimat yang jelas.
 
6.     Bergerak Komunikatif Dialogis
Gerakkan tangan (kiri dan kanan) sesuai dengan isi dan penekanan khotbah.  Juga bergeraklah, berjalanlah jika memungkinkan, sesuai dengan hati dan pikiran yang fokus penuh menyampaikan berita Kebenaran. Tetapi sekali lagi ingat, jangan membuat pusing pendengar (jemaat) yang mendengar khotbah kita. Jangan membuat gerakan yang malah mengganggu konsentrasi mereka. Persiapkan dan bahkan dengan otomatis bergeraklah sehingga mendukung bahkan “menarik” perhatian juga hati semua yang mendengar khotbah. Sehingga mereka bisa menyerap betul isi khotbah yang kita sampaikan.

7.     Penutup Yang Tidak Bertele-tele.
Jika sebelumnya sudah “lepas landas dan terbang” dengan baik, jangan lupa bersiap untuk “landing”. Maksud saya, jika sudah mempersiapkan lalu menyampaikan khotbah dengan baik, maka jangan lupa untuk menutupnya. Baik sesuai dengan alur dan urutan isi khotbah. Tetapi juga ciptakan dan milikilah juga akhir yang manis. Yang tidak bertele-tele. Boleh menyimpulkan atau kristalisasi keseluruhan isi khotbah yang telah disampaikan. Tetapi harus tegas, segera, jelas, klimaks dan singkat kuat!

 
Dan selanjutnya, benar-benar seperti mengakhiri setiap khotbah, saya rindu menutup uraian pelajaran singkat mengenai “Pembuatan & Penyampaian Khotbah” ini dengan: Tuhan memberkati saudara semua. Amin.


                


                                                                                                          Akhir2012. :)                                                                                                                                                                                                                                            LT.