06 Januari 2011

refleksi minggu kedua Januari 2011


MENJADI BERKAT

Yesaya 42: 1-9


Harga cabai melambung tinggi! Kalau tidak salah sempat sampai menembus Rp. 100.000 /kg. Semua kalangan resah dan bingung, mulai dari para petani yang tampaknya belum kebagian untung, juga sampai ke para pembeli baik para pengusaha restoran dan makanan hingga sangat merisaukan ibu-ibu rumah tangga.

Lalu berbagai alasan dan dalih bermunculan mengapa fenomena cabai mahal bisa sampai terjadi. Menambah lengkap sempurna berbagai pergumulan, tantangan bahkan penderitaan hidup kehidupan keluarga, gereja, masyarakat dan bangsa Indonesia, juga seantero penghuni bumi.

Apakah kita yang dipanggilNya sebagai umat pengikut Allah juga larut dengan semua ini? Tidak!

Jangan pernah berputus asa dan hilang pengharapan. Allah tetap dan akan selalu tetap menyertai memberkati kita semua.

Hal inilah yang disampaikanNya dan dikumandangkan penulis Yesaya, yang diyakini adalah Nabi Yesaya sendiri bagi bangsa Israel di dalam pembuangannya. “ Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa” (ayat 6).

Ada si pembebas (Nubuatan tentang Mesias Juruselamat) yang menyelamatkan dan membebaskan.

Ingatlah selalu saudara-saudara umat pilihan Tuhan, anda dan saya telah dipanggil untuk terus diberkati.

Diberkati Allah bukan melulu untuk diri kita sendiri. Tetapi kita diselamatkan untuk menyelamatkan. Dibebaskan untuk membebaskan. Dipulihkan untuk memulihkan. Dan diberkati untuk memberkati.

Bagi dan untuk siapa? Bagian Alkitab, Firman Tuhan jelas: Untuk orang lain ( tertera suku dan bangsa lain). Menjadi saluran berkat-berkatNya bagi sesama.

Di semakin sulit keadaan, mari, belajarlah jadi berkat untuk sesama lebih lagi. Karena jika di keadaan yang aman bahkan berkelimpahan, kita jadi saluran berkat, ah itu biasa. Sangat wajar.

Tetapi mari jadi luarbiasa dalamNya. Jadi indah bahkan lebih indah dalam Iman, Pengharapan dan Kasih. Sehingga diri kita sendiri adalah “berkat” bagi sesama. Lebih mau dan benar-benar melakonkan: Semakin berat dan susah, kita kian tertantang untuk lebih lagi membahagiakan orang lain, rela membantu, siap menolong dan menambah berbagai kebaikan.

Hingga kehidupan bersama kita,
bisa benar-benar lebih menikmati berkat-berkat Allah :)




Tulisan dan Foto: Lusindo Tobing