29 September 2015

Refleksi Minggu Pertama Oktober 2015


Markus 10: 1-12 



KELUARGA KEUTUHAN





Belakangan kembali ramai berita tentang perceraian. Apalagi menyangkut seorang artis wanita Indonesia, dengan pria yang selama ini sangat terkenal sebagai (artis) penyanyi rohani Kristen di Indonesia. Lewat media sosial, mereka berdua menyampaikan sudah bercerai dengan pasangan (sebelumnya) masing-masing. Kini kedua artis tersebut siap untuk menikah. Berita ini langsung menuai banyak dan beragam reaksi. Tetapi bagaimana sesungguhnya ajaran mendasar tentang perceraian? Kita memang mungkin perlu diingatkan lagi, apa yang Tuhan Allah katakan tentang perceraian. 
  
Seperti dalam perikop kali ini. Jelas ditegaskan perceraian adalah hal yang sangat dilarang Allah. “Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (ayat 9). Karena Allah-lah yang membentuk pernikahan, kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita. Pernikahan ini menghasilkan hubungan yang unik, yaitu hubungan "satu daging". Lebih erat daripada hubungan orangtua-anak (band. Kej 2: 24). Pernikahan bukan sebuah kontrak sementara waktu dan bukan keutuhan yang dapat dibubarkan begitu saja. Adalah salah, bila manusia memisahkan suatu keutuhan. Dalam pandangan Allah, tidak ada perceraian.   

Mari jangan pernah melihat perceraian sebagai suatu (apalagi satu-satunya) solusi, meski situasinya sangat buruk. Dan mari, kita bersama-sama dalam kehidupan tiap keluarga dan berkeluarga kita, tidak “tegar hati”/”keras hati” (baca dan renungkan kembali ayat 5). Mari kembali pada Dia yang mempersatukan, menolong terjadinya pemulihan, hingga kembali kepada keutuhan. Mari menjadi keluarga yang fokus kepada keutuhan. Keutuhan yang hanya ada dalam Cinta Kasih Allah. Hidup berjuang saling sayang, mengasihi, saling mengampuni, melayani dan meng-utuhkan dalam keluarga kita, sebagai Gereja kecil sehari-hari. Amin.


Tulisan: Lusindo Tobing
Foto: dok. keluarga.