04 Juni 2015

Refleksi Minggu Kedua Juni 2015


Markus 4: 26-34



BERTUMBUH UNTUK BERKARYA




Perumpamaan ini berbicara mengenai Kerajaan Allah sebagaimana ia hadir dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Benih yang bertunas dan bertumbuh siap memberi tuaian yang baik (ayat 26-29). Si Penabur telah menabur benih. Karya keselamatan Mesias telah mulai. Dunia baru telah hadir. 

Namun, meskipun Kerajaan itu masih hadir dalam keadaan terselubung, tetapi ada kepastian bahwa pada waktunya benih yang telah ditaburkan, melalui karya Allah yang ajaib itu akan mendatangkan musim menuai.

Lalu di ayat 30-34, adalah tentang biji sesawi yang meski kecil, bahkan terkecil di antara segala benih yang ditaburkan orang di lahan. Namun karena hidup, benih itu tumbuh menjadi pohon yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari segala pohon yang ditanam di lahan itu. Kerajaan Allah itu telah datang dan telah tersedia berkatnya bagi semua orang

Melalui perumpamaan-perumpamaan ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa bila kita sungguh dalam Dia, tidak bisa tidak kita mengalami kerohanian yang bertumbuh. Sudah seharusnya kita menerapkan prinsip ini di dalam kehidupan sehari hari. 

Hidup kita adalah hidup berkarya sehingga membawa berkat bagi orang lain. Orang yang ada di sekitar kita harus dapat merasakan manfaatnya bergaul dengan seorang Kristen. Yang tiap hari bahkan tiap waktu, dari hati secara tulus “dengan sendirinya mengeluarkan buah” (automate / secara otomatis –ayat 28) terus bertumbuh untuk setia berkarya. Bahkan berbuah banyak! Amin.



Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.



03 Juni 2015

Refleksi Minggu Pertama Juni 2015





Mazmur 130: 1-8


ADA PENGAMPUNAN




Martin Luther dan John Wesley sampai-sampai memuji mazmur ini sebagai “Mazmur Pertobatan dan Pengampunan.” Karena isinya sangat sesuai dengan pesan Injil: Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus menyelamatkan dan mengampuni. Ya, hanya Dia yang sanggup dan mau mengampuni dan menyelamatkan kita dari dosa.

Sangat gamblang digambarkan orang yang terjebak di jurang dosa. “Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan?” (ayat 3). Tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri, hanya menunggu maut!  Tetapi itu semua dikalahkan oleh kedahsyatan Kasih Allah. Kasih yang bukan hanya mengampuni manusia dari jurang dosa melainkan juga menyelamatkan manusia. 

Yang lebih menarik lagi, pengampunan dan penyelamatan dari Tuhan itu berlanjut pada kerinduan pemazmur mengajak semua orang kembali kepada Allah. Inilah tanda kesejatian dari iman. Agar kita semua yang menerima ampunanNya, berani menyerukan pertobatan. Agar semakin banyak orang lain juga mengalami penyelamatan dan pengampunan-Nya (bandingkan ayat 7-8). Dan salah satu cara terbesar-terhebat adalah: Bersedia mengampuni. Diampuni untuk mengampuni. Karena dalam Tuhan serta Kerajaan Cinta KasihNya, selalu ada pengampunan. Amin.


Tulisan & Foto: Lusindo Tobing.