16 Maret 2017

Refleksi Minggu ketiga Maret 2017



Mazmur 95: 1-11


Hidup Saleh dengan Tidak Mengeraskan Hati

                                                                                                foto oleh: lt

            Membaca perikop kali ini, saya jadi membuat ungkapan
begini: “Sesat di jalan, Tuhan masih berkenan. Tapi keras hati dan
sesat hati, Tuhan tidak berkenan!” Karena ketika tersesat di jalan,
baik di jalan raya maupun di jalan kehidupan, Allah masih bisa
menegur dan kita bersedia dituntun-Nya menemukan jalan keluar.
Jalan yang benar. Tetapi kalau hati sudah mengeras dan tersesat,
kita tidak mau disapa (apalagi ditegur) Allah. Hanya mengandalkan
kekuatan diri sendiri, kita sendiri yang mengeraskannya dan karena
itu, diri sendirilah yang akan menanggung kesalahannya untuk
selama-lamanya.

            Mari jangan keraskan hati. Apalagi saat ditegur-Nya.
Tulisan Mazmur adalah juga seruan kenabian atau merupakan
liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur kita kali ini mengundang
umat untuk memuji Allah (ayat 1-2 & 6), disertai alasannya (ayat
3- 5 & 7), lalu mengundang umat untuk taat kepada-Nya (ayat
7-11). Penulis Mazmur ini mengajak kita bergerak maju, dari
ajakan pujian ke pengajaran, bahwa Allah adalah Raja yang
berdaulat atas segala sesuatu.

            Kini saatnya untuk menerima Firman, lebih bersedia
dikoreksi Tuhan Allah dan benar-benar mau melakukannya.
Memasuki Minggu Pra Paskah III ini, mari berikan hati kita bagi
firman Tuhan karena hanya Tuhan yang bisa memampukan kita
untuk menjalani berbagai pergumulan dan perjuangan hidup seberat
apapun juga. Jangan keraskan hati, apalagi sampai sesat hati.
Lembutkan hati dan jadilah saluran berkat bagi sesama dengan
nyata. Amin

 

Pdt. Lusindo Tobing