21 Januari 2010

refleksi minggu keempat Januari 2010

Lukas 4: 14-21
GENAP

“.. Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk 4: 21)


Pada satu hari Sabat, Tuhan Yesus datang ke kota tempat Ia dibesarkan, Nazaret. Di rumah ibadat itu seperti biasa dilakukan doa-doa, pembacaan dari hukum Taurat juga kitab para nabi, dan khotbah. Pemimpin kebaktian biasanya berdiri saat berdoa dan membaca dan duduk saat mengajar atau berkhotbah. Begitu pula Dia saat membaca bagian dari nabi Yesaya, “Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin..” (ayat 18). Kata “miskin” di sini maksudnya adalah sengsara, seperti eksplisit tertera pada Yesaya 61: 1-2. Allah di dalam Kristus datang ke kemiskinan moral manusia, kelam sengsara hati umat dunia.                                      
                       
                                                                                                                                                                                                                foto: lt


Untuk kemudian disampaikanNya kabar baik. Kabar baik itu adalah: Memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan (khususnya dari dosa). Memberitakan penglihatan bagi orang-orang buta. Dan membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (ayat 19).

Dan yang paling menarik adalah langsung dilanjutkanNya tuturan kabar baik mengenai penggenapan, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (ayat 21) demikian perkataan Tuhan Yesus di bagian akhir perikop kita kali ini.

Itu semua menunjukkan langsung perihal diri Yesus sendiri sebagai Anak Allah yang diurapi oleh Roh. Atau bisa kita sebut sebagai Penggenapan Pribadi. Namun kemudian sekaligus diperlihatkan penggenapan “hari ini” tadi, atau lebih tepat menunjuk “saat ini” atau Penggenapan Sekarang, semua nubutan melalui Nabi Yesaya, sekarang telah terwujud.

Namun ada penggenapan yang lebih penting lagi, yakni Penggenapan Rahmani. Yaitu tadi bahwa zaman keselamatan yang dari Allah telah tiba di dalam diri Sang Mesias, Juruselamat dunia, Tuhan Yesus Kristus.

Dengan minimal ketiga hakiki penggenapan tersebut (Pribadi, Sekarang dan Rahmani) , mari hadapi dan jalani terus Tahun 2010 dengan iman pengharapan teguh. Secara pribadi milikilah hubungan yang akrab dengan Tuhan, pribadi yang intim mengasihiNya setiap hari. Tepatnya sekarang atau hari atau saat ini, jangan tunda-tunda. Mari keseharian kita adalah keseharian yang diurapi Roh Tuhan. Dituntun, dibimbing, dijaga, dihibur dan diberkati oleh Roh Kudus.

Setelah itulah baru kita siap membagikan berkat-berkat kepada sesama. Khususnya tidak kapok-kapoknya membagikan Kasih dari hal-hal sederhana: Lebih sering tersenyum untuk orang yang kita jumpai, suka menyapa orang lain, mau juga mampu berkomunikasi dengan sopan, bersikap menyenangkan, rajin berterimakasih apalagi setelah mendapat pertolongan, selalu siap memaafkan, namun juga mau meminta maaf saat salah. Hingga kemudian kita akan terus dipakai oleh Allah untuk perkara-perkara yang lebih besar sebagai penggenapan rahmani bagi sesama (baca lagi ayat 18-19).

Mari, tiap hari berjuang membawa kabar baik bagi lebih banyak orang. Jangan berhenti menolong, membantu, hadir, berbagi dan terus melayani orang-orang sekeliling. Sehingga Rancangan Kasih Tuhan itu bukan hanya di awang-awang ideal belaka, namun benar-benar berwujud nyata lewat kita, membahagiakan hati sesama dan membuat hidup bersama jadi jauh lebih baik.

Menyenangkan hati sesama manusia, sebagai wujud menyenangkan Hati Tuhan. Genap! Amin.



Pdt. Lusindo Tobing

19 Januari 2010

refleksi minggu ketiga Januari 2010

Yohanes 2: 1-11

MANIS
“.. air, yang telah menjadi anggur itu - “ (Yoh 2: 9)


Ini tanda pertama.

Tanda mujizat pertama yang dilakukan Tuhan Yesus mengawali pelayanan panjangNya di atas bumi. Dan Ia memilih konteks pentingnya perkawinan di Kana di Galilea. “Mereka kehabisan anggur” itu kalimat Maria, ibu Yes...us, kepadaNya. Padahal tanpa anggur sebuah pesta, jamuan makan, apalagi sebuah resepsi untuk tamu pernikahan atau perkawinan, sangat tidak bisa diterima. Berbagai menu makanan dan hidangan bisa disiapkan, tetapi tanpa anggur, maka acara tersebut akan dipandang tidak sempurna. Anggur memang memiliki tempat khusus dan tinggi nilainya. Dalam budaya bahkan kebiasaan hidup masyarakat Israel kuno. Hingga termasuk di jaman Tuhan Yesus.

Dengan iman yang kuat, Maria percaya Dia bisa mengatasi kekurangan anggur tersebut dan melengkapi kekurangan pesta perkawinan. Ayat 5 berkata,” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayanan-pelayanan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” Dan benar saja, kemudian Yesus meminta pelayanan-pelayanan itu,”Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air” (ayat 7). Ada enam tempayan, masing-masing isinya dua tiga buyung, itu sekitar 100 liter ukuran sekarang. Jadi boleh dikatakan pesta perkawinan tersebut secara kwantitas cukuplah besar.

Namun tentu bukan kwantitasnya saja, tetapi perhatikanlah kwalitas atau isi pesan refleksi yang boleh kita maknai: Dengan kata “penuh” juga konteks perkawinan, nyata bahwa Allah yang kita sembah adalah Tuhan yang tidak akan pernah membiarkan dan menelantarkan anak-anakNya, Dia tidak pernah merancang keluarga kita berkekurangan. Rancangan Tuhan adalah agar hidup kita cukup bahkan penuh sesuai kebutuhan masing-masing.

Dan atas perintah Tuhan Yesus kepada para pelayan, dicedoklah air tersebut dan dibawa kepada pemimpin pesta. Orang yang paling bertanggungjawab atas acara tersebut. Apa yang terjadi? Air telah berubah jadi anggur! Ya, air yang tawar sudah berubah menjadi anggur yang baik kwalitasnya, anggur yang manis!
Perhatikan kalimat sang pemimpin pesta kepada mempelai laki-laki,” Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.” (ayat 10). Luarbiasa!

Teman2 terkasih.. mari, pertama milikilah iman percaya yang kuat di dalam Tuhan.

Kedua, terus berjuanglah, belajarlah, bekerjalah, berusahalah melakukan dengan patuh apa yang diperintahkan dalam Firmannya, ingat Dia tidak pernah akan membiarkan keluarga-keluargaNya berkekurangn terus-menerus.

Dan akhirnya yang ketiga, barulah kita akan dimampukan Tuhan untuk berubah, beralih, melakukan pertobatan kita pribadi namun khususnya ke orang lain: beralih dari tawar menjadi manis.

Sekali lagi renungkan ini: Dari air tawar menjadi anggur yang manis.. , dari tawar jadi manis, dari kurang baik menjadi baik, lalu terus menjadi sosok yang lebih baik seterusnya. Di manapun kita berada. Bagi diri sendiri, khususnya menyediakan dan melayankan yang manis bagi orang-orang yang ada di dekat kita sehari-hari, juga memberikan yang manis bagi lebih banyak sesama yang tawar hati bahkan menerima kepahitan hidup.

                                                                                                                                                       foto: lt

Bantulah mereka yang perlu dibantu, tolonglah sesama yang membutuhkan pertolonganmu, lakukan kepedulianmu bagi orang lain, lebih banyaklah memikirkan bagaimana membahagiakan orang-orang di sekitarmu, rancang dan rencanakan kebaikan demi kebaikan bagi satu atau lebih banyak orang tiap memulai hari, bersyukurlah senanglah dengan menikmati semua aktifitas sehingga orang lain nyaman berada di dekat kita bahkan senang bekerjasama dengan kita. Lakukan dari hal-hal yang sederhana hingga besar untuk membuat mereka tersenyum. Doakan lebih banyak orang. Dan sesulit apapun, tinggalkan satu tempat lebih baik daripada ketika pertama kali mendatanginya. Berjuanglah dengan Kasih mengkondisikan yang manis, sepanjang hidup kita.

Mari membuat yang tawar menjadi manis..  Amin.


 
Pdt. Lusindo Tobing